Fimela.com, Jakarta FOMO atau Fear of Missing Out menjadi salah satu faktor penyebab semakin tingginya ancaman dan resiko penipuan online. Fakta tersebut muncul melalui eksperimen sosial yang digagas Blibli melalui situs Vomoshop yang bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi Ecommerce Indonesia-idEA, para pemilik merek, media massa dan komunitas. Eksperimen sosial tersebut bertujuan mengukur potensi penipuan yang bisa dialami orang masyarakat Indonesia.
Selain itu, ekseperimen sosial tersebut juga bertujuan untuk memberikan edukasi literasi berbelanja online yang aman lewat seruan #IngatVOMO. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat menyadari pentingnya literasi digital dan menjaga keamanan siber saat bertransaksi online.
Untuk mengetahui seberapa jauh literasi digital dan kesadaran diri pengguna dalam menjaga keamanan siber saat bertransaksi online, eksperimen sosial ini menyertakan rangkaian mulai iklan digital dengan penawaran harga tidak masuk akal pada situs Vomoshop.com dan mengajak masyarakat untuk checkout dengan informasi transaksi ke rekening pribadi yang tidak resmi.
Adapun, mengingat tujuan eksperimen sosial ini adalah edukasi, situs pun dirancang sedemikian rupa untuk tidak meminta data pribadi pengunjung dan tanpa ada pembayaran yang dilakukan, dimana perjalanan pengunjung ketika checkout berakhir di laman edukasi #IngatVOMO.
Perempuan menjadi paling FOMO dalam belanja online
Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, lebih dar 63 ribu visitor merespon dengan mengakses situs. Warga Jakarta menjadi pemenangnya dalam korban FOMO. Fakta menarik ditemukan bahwa perempuan lah yang menjadi paling FOMO saat berbicara tentang belanja online. Dari segi demografi usia, warga usia 25-34 tahun menjadi yang paling mudah terpancing mengunjungi situs, disusul warga usia 18-24 tahun.
Dihadapkan pada pilihan checkout produk yang diminati, 4 dari 5 warga ternyata memutuskan checkout belanja, membuktikan mayoritas warga masih rentan terjebak tipu tipu online akibat FOMO daripada #IngatVOMO. Yang tak kalah menarik, hasil kolaborasi bersama sebuah akun Instagram bernama @ecommurz, biggest tech workers community mengungkap sebanyak 1 dari 2 follower yang terpapar konten yang dibagikan kemudian mengunjungi situs Vomoshop dan berujung pada segera checkout produk incaran. Hal ini menunjukkan bahwa tipu tipu online dapat terjadi pada siapapun, termasuk mereka yang dipandang tech savvy. Lebih jauh lagi, temuan ini mengajak para influencer agar bertanggungjawab mengecek kebenaran konten yang dibagikan kepada pengikutnya.
Produk yang paling diminati masyarakat saat belanja online
Produk yang paling banyak membuat orang khilaf untuk segera checkout adalah barang-barang elektronik rumah tangga, diantaranya TV, vacuum cleaner dan hair dryer kekinian. Disusul dengan produk gaming. Banting harga fantastis menjadi alasan utama warga tergiur untuk checkout, terlihat dari 2 dari 3 visitor tergiur checkout laptop gaming seharga Rp30 juta yang dibanting menjadi Rp8 juta rupiah.
Bahkan tingkat ke-FOMO-an warga melonjak nyaris 80% dengan tambahan info promo berlaku ‘cuma hari ini aja’ pada materi iklan. Adapun, dari 7% visitor yang lebih berhati-hati mengungkap dua alasan utama mereka mantap tidak checkout, yakni tidak yakin produk yang ditawarkan orisinal dan tokonya dipandang tidak meyakinkan.
Dikutip dari rilis yang diterima Fimela (04/10), Edit Prima, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata menyampaikan, “Indonesia sedang menghadapi lonjakan kejahatan siber terlihat dari hampir 1,6 miliar traffic anomalies per Desember 2022 dengan potensi kerugian mencapai Rp 14,2 triliun. Tentunya kejahatan siber ini perlu menjadi perhatian bersama dan perlu sinergi para pelaku industri dalam menangani dan meningkatkan edukasi publik terhadap bahayanya. Kami mengapresiasi social experiment yang diinisiasi Blibli dan berharap kampanye #IngatVOMO ini dan #JagaRuangSiber dari BSSN dapat kita gaungkan bersama ke depannya untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda untuk peduli dan bijak dalam menjaga keamanan data pribadi apalagi saat berbelanja online.”
Melek literasi digital dengan #IngatVOMO
Berdasarkan data simulasi Vomoshop, sebanyak 71% korban FOMO sudah mengetahui bahaya transaksi ke rekening pribadi namun tetap dilakukan. Oleh karena itu, sebagai upaya menghentikan sekaligus menangkal risiko menjadi korban penipuan online yang dipicu FOMO, Blibli memiliki sejumlah langkah cerdas yang terangkum dalam kampanye #IngatVOMO, yakni meliputi:
- Verifikasi: memilih marketplace terkenal yang diunduh secara resmi melalui Google/App Store dan memiliki rating > 4.
- Observasi: selalu baca deskripsi produk dengan detail, pastikan harga ditawarkan wajar, serta memiliki kebijakan purna jual yang jelas juga garansi retur.
- Mudah Akses Info: memiliki layanan pelanggan 24/7, dengan kemudahan pemilihan serta lacak pengiriman dan terakhir.
- Ofisial: transaksi pembayaran hanya dilakukan lewat platform, bukan rekening pribadi mitra seller.
Edward Kilian S., Chief of Marketing Officer, Blibli menambahkan, “Sebagai pelopor omnichannel commerce sekaligus platform gaya hidup terpercaya, Blibli senantiasa menerapkan tata kelola privasi data dan keamanan siber yang bertanggung jawab di seluruh layanan dan fitur yang ditawarkan kepada pelanggan. Komitmen tersebut dibuktikan dengan memenuhi hak belanja pengguna melalui jaminan keaslian produk, pengiriman cepat, hingga gratis ongkos kirim (ongkir), layanan purna jual yang mudah diakses dan pembayaran aman yang terintegrasi. Dengan eksperimen sosial Perseroan di Vomoshop diharapkan literasi belanja online yang aman menjadi semakin baik dan juga memperkenalkan Blibli sebagai platform yang dapat memenuhi kebutuhan berbelanja online tanpa tipu tipu untuk masyarakat Indonesia.”
Penulis: Denisa Aulia
#BreakingBoundariesOktober