Fimela.com, Jakarta Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif di mana seseorang atau sekelompok orang terus menerus membuat seseorang merasa tidak aman, terluka, atau takut. Bullying bisa berupa hal seperti memukul, berkata-kata kasar, mengintimidasi, dan sebagainya. Orangtua tentunya tidak ingin anaknya mengalami bullying.
Sebagai orangtua, rasa khawatir akan anak menjadi korban bullying pasti muncul. Jika anak menjadi korban bully, dampaknya bisa sangat serius bagi anak kita. Anak akan merasa stres, sedih, dan kesepian. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orangtua untuk mendukung anak-anak dan memastikan mereka merasa aman.
Orangtua harus mendidik anak untuk menjadi orang yang berperilaku baik terhadap semua orang. Selain itu, sebagai orangtua, kita juga perlu membekali anak supaya mereka terhindar dari teman-temannya yang berpotensi menjadi pelaku bullying.
Berikut adalah cara mendidik agar anak tidak dibully oleh teman-temannya yang dilansir dari Coffeandcarpool.com. Yuk, simak informasinya!
1. Dengarkan dan bangun komunikasi terbuka bersama anak
Sudah menjadi kewajiban bagi orangtua untuk membangun komunikasi yang terbuka bersama anak. Ajarkan anak untuk terbuka mengenai perasaannya. Dengarkanlah saat anak bercerita tentang kegiatannya sehari-hari. Pastikan bahwa anak paham bahwa orangtuanya akan selalu ada untuknya sebagai tempat bercerita.
Penting bagi orang tua untuk mevalidasi perasaan anak-anaknya. Dengan begitu, anak akan merasa terhubung secara emosional bersama orangtuanya dan mereka akan lebih mudah untuk terbuka.
2. Bantu anak untuk menemukan teman
Jika anak merasa kesulitan untuk menemukan teman yang baik, bantu mereka untuk menemukan teman. Para pelaku bully cenderung menargetkan anak-anak yang berbeda atau sendirian. Jadi, dorong anak untuk berteman dengan anak-anak yang berperilaku baik.
Orangtua bisa meminta bantuan kepada guru wali kelas di sekolah untuk memberi tahu anak-anak yang berperilaku baik. Selain itu, orang tua juga bisa mengundang teman-teman anak untuk datang ke rumah, seperti membuat pesta kecil-kecilan, untuk melihat langsung anak-anak yang bersikap baik.
3. Bantu anak untuk membangun rasa percaya diri
Salah satu cara agar anak tidak menjadi target bullying adalah dengan membangun rasa percaya dirinya. Penting bagi orang tua untuk memupuk rasa percaya diri anak supaya mereka mampu membela dirinya sendiri jika mereka dibully. Anak-anak yang percaya diri cenderung mudah untuk berhubungan dengan anak-anak lain. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan mereka menjadi korban bullying.
Orangtua perlu mendukung anak untuk mengikuti aktivitas positif yang mereka sukai agar rasa percaya dirinya dapat terbentuk dengan baik. isalnya, mendukung anak untuk bermain alat musik, mamasak, bermain sepak bola, menari, dan sebagainya. Keberhasilan mereka dalam hobi yang ditekuni akan memberikan mereka rasa pencapaian. Keahlian yang mereka dapatkan akan membuat mereka merasa bangga dengan dirinya sendiri.
4. Ajarkan anak untuk menjadi tegas
Orangtua perlu untuk memberi tahu kepada anak bahwa menjadi tegas kepada orang-orang yang membuat kita merasa jengkel adalah hal yang wajar. Ajarkan anak untuk berani mengatakan "stop", "tidak", "jangan", dan sebagainya untuk membela dirinya saat dihadapkan dengan anak-anak yang nakal. Tidak masalah jika mengajarkan anak untuk berkata tegas kepada anak-anak bully yang tidak sopan. Di samping itu, orangtua juga perlu mengajarkan anak untuk selalu berperilaku baik kepada teman-temannya yang baik juga.
5. Ajarkan anak supaya tahu waktu untuk meminta bantuan
Banyak anak yang tidak masalah untuk meminta bantuan kepada orang dewasa. Namun, beberapa anak kesulitan dalam hal ini. Berikan edukasi terkait bullying terhadap anak ehingga anak tahu bahwa perbuatan tersebut itu tidak benar dan perlu bantuan orang dewasa untuk mengatasinya. Ajarkan anak untuk memberi tahu orang dewasa ketika dirinya sendiri atau temannya yang terluka secara fisik atau emosional akibat pelaku bully. Yakinkan anak bahwa orang dewasa, seperti guru, staf pengawas, dan orangtua, akan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Penulis: Denisa Aulia.
#BreakingBoundariesOktober