Dampak Anak yang Sering Dijadikan Pelampiasan Emosi Orangtua

Maritza Samira diperbarui 09 Sep 2024, 09:53 WIB

Fimela.com, Jakarta Stres dan emosi yang meluap bisa dialami seseorang ketika sedang menghadapi banyak masalah. Ketika orangtua sedang penat, kesal, dan marah, tidak jarang anak pun yang dijadikan pelampiasan ayah atau ibunya. Perlu diketahui bahwa luapan emosi orangtua pada anak ini dapat menimbulkan dampak negatif terhadap psikologis anak yang mempengaruhi kehidupannya.

Ketika anak sering menjadi pelampiasan emosi orangtua, anak tidak dapat meluapkan emosinya dengan baik. Tidak hanya dampak fisik yang berpotensi melukai tubuh anak, tetapi juga dampak psikologis yang akan mempengaruhi seluruh proses kehidupan anak di masa depan.

Emosi yang meledak dapat membekas di ingatan anak dan menjadi trauma hingga anak tumbuh dewasa. Bahkan, anak dapat mengikuti pola pengasuhan orangtuanya tersebut. Sebagai contoh, anak akan tumbuh dengan perasaan penakut, rendah diri, gangguan kecemasan, hingga mengganggu hubungan interpersonal anak dengan orang sekitarnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Dampak Negatif Melampiaskan Emosi pada Anak

Anak yang sering menjadi pelampiasan emosi orangtuanya cenderung tumbuh menjadi anak yang penakut. (Foto: Unsplash/Ivonne Lecou)

Kesalahan orangtua dalam memperlakukan anak sebagai pelampiasan emosi dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Dilansir dari choosingtherapy.com, berikut beberapa dampak negatif akibat anak yang sering menjadi pelampiasan emosi orangtua:

Menurunnya tingkat kepercayaan diri anak

Anak yang sering menjadi pelampiasan emosi orantuanya cenderung akan tumbuh menjadi anak yang penakut. Hal ini disebabkan sang anak merasa dirinya selalu salah dan kurang dihargai oleh orangtuanya. Anak terus merasa minder dan merasa takut untuk mencoba hal baru.

Kesulitan meluapkan emosinya dengan baik

Anak yang menjadi pelampiasan emosi orangtuanya tidak dapat menyatakan emosinya dengan benar dan akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Anak menjadi lebih pendiam dan menarik diri dari lingkungannya karena takut mengungkapkan isi hatinya.

3 dari 3 halaman

Menjadi pemarah dan keras kepala

Anak yang dijadikan pelampiasan emosi orangtuanya cenderung keras kepala dan rentan mengalami gangguan kesehatan mental. (Foto: Unsplash/Vitolda Klein)

Orangtua yang sering melampiaskan emosinya akan membuat anak tumbuh keras kepala dan tidak dalapat mengendalikan emosinya. Tanpa disadari kebiasaan buruk orangtua tersebut akan direkam dan ditiru oleh anak. Anak berusaha untuk melindungi dirinya dan sulit menerima masukan dari orang lain.

Masalah kesehatan mental

Orangtua yang sering memarahi anaknya dapat mempengaruhi kesehatan mental anak. Emosi anak yang terus dipendam membuat anak semakin larut dalam kesedihannya yang menimbulkan trauma bagi anak. Anak menjadi mudah stres, depresi, gangguan kecemasan, hingga menimbulkan gangguan kesehatan mental lainnya.

Gangguan konsentrasi

Tanpa disadari, anak yang sering menjadi pelampiasan emosi orangtua mengalami gangguan konsentrasi. Terlebih bagi anak yang tertutup dan tidak bisa meluapkan emosinya. Kejadian buruk yang dialami anak akan dipendam dan terus berputar dalam pikiran anak sehingga konsentrasinya terganggu.

 

*Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di tautan ini.

Penulis: Maritza Samira

#BreakingBoundariesOktober