Lady Boss: Manifestasi Positif Rachel Lakhiani Kembangkan Skincare yang Fungsional

Nizar Zulmi diperbarui 29 Sep 2023, 10:29 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi COVID-19 telah memupuskan banyak hal, mulai dari sektor perekonomian hingga rencana-rencana. Di masa itu hampir semua sektor terpuruk, tapi ada beberapa orang yang berjuang di tengah ketidakpastian itu.

Salah satu sosok yang mengamini harapan dengan memulai bisnis di era pandemi, adalah Rachel Lakhiani. Perempuan kealhiran 23 September 1990 ini merupakan Founder & CEO Dew It, produk perawatan diri berkonsep hands-free pertama di Indonesia.

Perjalanan Rachel menjadi seorang entrepeneur rupanya sudah tertanam sejak kecil, meski ia juga pernah mengasah skillnya di berbagai bidang. Ia terinspirasi dari keluarganya yang sibuk dengan berbisnis. Sejalan dengan mimpinya itu, ia juga merasa ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi sesama perempuan.

"Pertama saya mungkin tipe orang yang nggak bisa diam. Saya selalu merasa, I need to be helpful to other people. I need my life to be full of purpose," tutur Rachel Lakhiani dalam sesi wawancara eksklusif dengan FIMELA belum lama ini.

Rachel Lakhiani for FIMELA Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Dalam mengembangkan produk-produk Dew It, Rachel mengutamakan sisi practicality dan functionality. Ia menyasar konsumen yang memang punya gaya hidup aktif dan multi-tasking. Hal itu diaplikasikan dari sisi kemasan dan cara penggunaannya yang ringkas, hanya butuh beberapa detik.

"Kenapa ngomong Dew It itu tuh untuk active lifestyle. karena kita mau skin care under 5 seconds. Kita ingin support lifestyle yang memang lumayan sibuk atau multi tasking. I actually use my brand pas aku hamil, jadi pas aku lahiran itu benar-benar kayak pegang anak sambil skincare-an, terus pegang anak sambil laptop-an, benar-benar embody multitasking yang saya mau keluarkan di produknya," jelasnya.

Mengaku sebagai seseorang yang optimis dan perfeksionis, Rachel Lakhiani dibantu oleh tim yang bisa mewujudkan visi sekaligus menjadi support system-nya. Ia juga punya percaya dengan manfiestasi positif dalam mengembangkan diri maupun bisnisnya.

"Aku selalu manifest product aku obviously do well. And then even if the product doesn't do well, aku manifest, 'okay kita bisa ganti formula'. I'm also very optimistic person, I believe manifesting itu akan menular ke tim kita juga. Manifestation externally is great, tapi internally is also good," tambah Rachel.

Simak perbincangan seru FIMELA dengan Rachel Lakhiani tentang Dew It, mindset dan kiatnya menjadi seorang perempuan yang sibuk dan berdaya. Berikut kutipan wawancara kami selengkapnya.

2 dari 3 halaman

Ingin Hidup yang Bermakna dan Punya Tujuan

Rachel Lakhiani for FIMELA Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Apa yang menarik minat Anda menjadi entrepreneur, apakah cita-cita sejak kecil?

Mungkin ini jadi cita-cita saya dari kecil, lihat papa saya, lihat kakak saya, lihat mama saya juga, semuanya berkarier semuanya menginspirasi saya untuk punya bisnis sendiri untuk bisa punya kesibukan sendiri dan bisa mencapai mungkin target-target yang awal-awalnya saya nggak punya, tapi karena melihat mereka bisa saya rasa juga saya bisa.

Kenapa memilih produk skincare?

Jadi awalnya itu sebenarnya mulai dari papa saya dan kakak saya. Mereka mempunyai manufaktur OEM buat soap bar. Jadi dari kecil saya selalu lihat mereka produksi bar soap yang diekspor. Nah dari situ aku sering belajar mereka bagaimana produksinya, bagaimana mereka cara kesamaannya, itu yang saya bikin saya lumayan menarik, tapi setelah itu saya pergi ke sekolah untuk desain. Balik-balik saya join agency dulu, advertising agency terus kemudian saya mulai agency sendiri. Di dalam branding agency, saya sering research selalu research-nya kepada beauty, selalu cari-cari kayak 'Oh ada beauty product baru apa yang saya bisa coba'. Nah dari situ, aku mulai formulasi brand sendiri, jadi dari fashion sendiri udah dari kecil lihat produk kecantikan, saya bikin produk sendiri, brand sendiri, semua saya buat saat di agency.

Karena bisnis butuh komitmen besar, di momen apa Anda yakin untuk all out di bidang ini?

Pertama saya mungkin tipe orang yang nggak bisa diam, rasanya kalau saya tidak melakukan sesuatu untuk bantu either wanita atau bantu orang lain, what am I doing in my life? why can't i do more? Dan saya selalu merasa I need to be helpful to other people, I need my life to be full of purpose. Nggak cuma duduk di rumah atau enggak cuman kayak santai-santai, orangnya bukan tipe yang santai. Jadi I really feel like i wanna help other people mau bantu wanita yang lain, bisa mengajar tentang kecantikan, jaga diri. even juga menjadi inspirasi untuk anak-anak aku sendiri.

Siapa saja sosok yang berjasa membesarkan Dew It, selain orang tua?

I think yang membantu saya adalah kakak saya yang cowok, dia super inspired by him. He's very excited, dia bisa membangun perusahaan keluarga saya dari kecil sampai ke mana itu dia sendiri, dia sama papa saya, tapi dia tuh benar-benar yang bikin saya rasa 'Oh kalau dia bisa aku jadi bisa'. Kedua adalah semua wanita yang ada di hidup saya, misalnya seperti nanny saya yang membantu anak, saya benar-benar terinspirasi oleh dia karena dia bisa ninggalin anaknya untuk kasih kehidupan lebih baik untuk anaknya, jadi saya ngerasa semua wanita yang di kehidupan aku, I'm very inspired by them and I really wanna make a difference even dengan produk kecantikan buat mereka semua.

Dengan banyaknya produk kecantikan di Indonesia, merasa tersaingi?

Ada waktunya yang saya benar-benar takut nih kayak competition sekarang. Kita kemarin ikut booth, lihat boothnya sudah sampai ratusan yang mungkinnya tahun lalu nggak segini banyak, saya juga lumayan takut. Tapi ada sometime, saya bisa lihat brand-brand yang udah besar banget yang mulainya dari kecil especially local brand, I'm looking up to them, mereka bisa, kita juga bisa. Kalau kita lihat dari produknya Dew It, kita kan purpose-nya lumayan beda ya, bodycare, fungsional. Yes, kita akan masuk ke face care juga, cuman kita benar-benar focus on elasticity yang kita bilang kekenyalan. Kita ngerasa mungkin banyak yang bisa masuk ke industri ini dengan produk yang sama, cuman karena mungkin kita passionate about our packaging juga, passionate about how we brand it. Nggak cuma packaging, tapi cara kita pakai juga quite passionate and particular. Dari situ saya rasa kita bisa have a big future juga buat Indonesia

Seberapa penting influencer mendukung bisnis Anda?

Last year, kita kolaborasi dengan Valerie Thomas, kita bikin dia jadi BA kita untuk 6 bulan, kita launching bodywash, deodorant and scrub sama dia. Jadi saya ngerasa memang perlu, tapi untuk sementara dari Dew It lebih ke lokal artis untuk BA dan mungkin artis yang ada uniknya, kayak dia multitasker, mompreneur. Bisa dilihat juga dengan campaign yang pertama kita, kita pakai 6 tokoh wanita yang beda-beda semuanya, satu artis, satu painter, satu workout, satu mompreneur. Jadi kita mau kasih lihat sebenarnya we are for everyone.

Rachel Lakhiani for FIMELA Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Bicara soal RnD, seberapa besar pengaruh teknologi dalam menentukan produk Dew It?

Besar sekali, tanpa RnD sekarang, mungkin produk kita juga kualitasnya dan feelnya nggak akan sebagus sekarang and kita pakai pabrik untuk RnD, ada internal tim kita juga, jadi kita RnD bisa double, internal dan external juga untuk make sure SPF kita betul, PA++ nya betul, testingnya semua dan well halal, jadi all of that is important buat kita.

Punya produk yang fungsional, kenapa itu salah satu concern utama Anda mengembangkan produk Dew It?

Karena kita lihat trend sekarang makin banyak brand yang seperti kita bilang tadi makin banyak yang akan peduli cara pakainya. dan sebenarnya dari awal kita kenapa ngomong Dew It itu tuh untuk active lifestyle. karena kita mau skin care under 5 seconds. itu yang kita selalu bilang internally. Kita mau orang bisa semprot and than you done. Push, wash done, all of body, done kita maunya support lifestyle yang memang lumayan sibuk atau multi tasking. I actually use my brand pas aku hamil. Jadi pas aku lahiran itu benar-benar kayak pegang anak sambil skincare-an, terus pegang anak sambil laptop-an, jadi saya benar-benar embody multitasking yang saya mau keluarkan di produknya.

Ke depannya mau mengeluarkan produk apa lagi?

Kalau kita lihat dari produk Dew It semua, best saller adalah sunscreen mist, karena mungkin lumayan gampang pakai nya ya. Jadi kedepannya kita akan fokus ke SPF, tapi selalu dengan collagen. Jadi kita collagen tuh number one hero ingredient semua produk kita, kita memang yang tadi aku bilang elasticity booster, menjaga kekenyalan kulit, karena kita tahu orang kalau aktif under the sun, mereka lari, itu sebenarnya menghilangkan elasticity. Kalau kita tahu kayak runner space, itu skin-nya agak kayak longgar, kendor. Nah itu yang kita jaga untuk jadi ketat, tapi ada SPF, atau ada hydration. Makanya kita ada beberapa line, untuk kedepannya kita akan fokus dulu ke sunscreen

Apa suka duka selama Anda berbisnis?

The best, positive thing itu, orang-orang feedback ke kita. 'Oh thank you so much sunscreen-nya gampang banget'. 'Pakai sabun besoknya udah kayak rasanya kenyal'. Appreciate banget everybody comment, orang-orang yang datang ke booth kita yang benar-benar kayak jatuh cinta sama brand-nya, yang bikin susah atau yang dari sisi negatifnya adalah yang pertama adalah competition. Nomor dua, perfectionist, jadi kalau packaging nya keluarnya salah, we have we do, itu yang bikin kita lumayan ok 'we have to work event hard there, karena if you know this event the way our packaging. Kita benar-benar particular packaging sama warna, logo, tulisan, sangat spesifik.

3 dari 3 halaman

Antara Karier dan Peran sebagai Perempuan

Rachel Lakhiani for FIMELA Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Apakah Anda termasuk seseorang yang perfeksionis? Bagaimana memanage hal itu dalam tim?

Dari satu sisi kita akan keluarkan produk yang mungkin levelnya atau kualitasnya tinggi, tapi sisi lain adalah agak negatif karena kita akan overthinking. Ada timku yang jadi partnerku, dia selalu bilang "Gapapa Rachel, kita harus maju aja". Most of the time dia benar, tapi it's good to have dua sisi, satu sisi yang mungkin lebih overthinking, satu sisi yang lebih chill, jadi kita bisa balance each other, that's really important untuk tim kita

Setiap pengusaha mungkin punya visi tersendiri dalam berbisnis. Apa saja prinsip yang Anda yakini sebagai entrepreneur?

Nomor satu itu kegigihan, sebagai seorang ibu, ada rasa untuk malas ke kantor. Kayak mau sama anak saja, atau karena saking capeknya anter anak ke sekolah, ke kantor dll, jadi terasa setiap hari itu punya banyak kegiatan, kadang rasanya mau give up juga. Tapi, nomor 1 prinsip saya dari dulu ada kegigihan. Kalau gigih, bisa push through dan bisa lihat hasilnya seperti ini.

Sebagai Mom dan entrepreneur, apa challenge terbesar yang dirasakan?

Banyak banget, setiap hari tuh ada saja challenge nya. Yang pertama terpenting adalah mengatur waktu, kadang-kadang pun aku masukin ke dalam schedule kapan harus sama anak, kapan harus kantor, karena memang nggak ada pilihan kalau nggak diatur waktunya, nggak organize about kapan sama anak, kapan sama ini, kadang-kadang semuanya bisa keteteran. Even kantor semuanya kayak where are you? Even rumah juga semuanya 'mommy, where are you?". Jadi really schedule paling penting. Setiap hari Minggu this is my secret, setiap hari Ninggu aku planing untuk satu minggu ke depan, jadi even les anak-anak ngomong, sama nany ini harus ke mana atur mobil, atur semua itu satu minggu ke depan. Jadi kita udah enggak ada surprise, mungkin oke tiap hari akan ada sedikit yang ganti-ganti tapi semuanya udah organize.

Bagaimana cara memberi pemahaman ke anak bahwa Anda seorang ibu pekerja?

Itu paling susah, apalagi anak kedua. Anak pertama itu sudah mulai ngerti karena udah hampir 5 tahun, yang kedua kemarin kita harus Finance meeting urgent, and Aku sebenarnya work from home dua kali seminggu, tapi hari itu kita ada urgent financial meeting karena mau budgeting buat setahun ke depan. Nah, anak aku enggak mau ditinggal, akhirnya aku bawa ke kantor kita duduk di ruang meeting sambil finance meeting yaudah dia duduk aja di sini. 'Mommy office?" kayak gitu, udah dia duduk aja dengerin, tapi habis itu dia ngerti karena dia udah pernah lihat ini ini artinya meeting, ini artinya kerja, yaudah next time saya ingetin lagi 'kan kemarin begitu. Jadi kamu di rumah aja'. Jadi ku pikir harus ada balance-nya yang harus jelasin. Membuat mereka sibuk juga lumayan membantu punya les-les setelah sekolah.

Bagaimana Anda membuat work life balance dalam tim?

Schedule aku harus super organize. Tapi yang ngebantu buat kantor sama rumah, tiga kali seminggu aku kerja di kantor, dua kali seminggu di rumah, karena biar bisa lihat juga yang di rumah gimana sambil work from home

Banyak perempuan yang kurang percaya diri. Bagaimana yang Anda tanamkan agar bisa PD?

Aku susah buat percaya diri, tapi yang keep strong adalah anakku. Karena aku mau kasih tau mereka, mereka bisa menjaga diri sendiri. And I have to show juga, tanpa adanya suami, atau papaku, aku bisa jaga sendiri. Itu yang aku ingin mereka dengar dan tahu.

Apakah Anda pernah membuat keputusan yang terberat dalam kehidupan dan karier?

Ada satu yang lumayan susah, setelah mulai agency branding aku, setelah 10 tahun, aku tutup agency-nya. That i think decision paling susah yang aku bikin, karena itu benar-benar its like my baby, bahkan sebelum aku punya anak sendiri. Aku mulai agency 2013, 2020 pas aku buat Dew It, aku keluar dari agency tapi aku kasih ke manager biar dia yang manage, tapi aku masih owner di agency. Mungkin karena pandemic, orang-orang nggak mencari advertising, akhirnya menurun, 2022 aku bikin decision quite defecult and i close the agency. Dengan itu, i also lost my saving karena it was my business so that really hard, karena aku jadi building saving awal lagi, tapi dengan motivasi bisa menjaga diri sendiri. Dan akhirnya aku kembali dengan decision karena aku bisa langsung full fokus ke Dew It dan have time for my kids.

Rachel Lakhiani for FIMELA Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Tips membuat decision making yang tepat?

Tahu apa dampak positif dan negatifnya. Kedua, gut feeling karena sebagai wanita, kita bisa mendengarkan perasaan diri sendiri. Actually, listen to ourself. I cant do this. Ini sudah too much for me, or I have to stop, and just be happy with the decision.

Apa definisi leader yang baik menurut Anda?

Leader yang baik, pengertian nomor satu. Ada banyak leader yang membuat decision, mereka maunya yang lain ikut. Tapi, the way i do it here, adalah kalau mau launching product, aku akan dudukkan semuanya, aku tanya maunya apa, aku dengarkan dulu dan buat decision sama-sama. Of course, kadang-kadang bilang tidak karena bisa jadi budget atau yang lainnya. Tapi I think good leader itu mengerti timnya, saling kasih ide, saling diskusi, dan memang tetap butuh hierarki, tapi hierarkinya harus dalam pengertian one another. Harus sabar, dan jangan buat keputusan cepat, compassion, jadi I feel understand each other, kalau ada yang sakit harus mengerti, karena aku punya anak. Tapi kalau industri, kita harus lihat hierarki yang atas aja yang bikin keputusan, tapi harus punya atasan dan bawahan.

Pesan yang ingin disampaikan pada perempuan yang mau berjuang?

Nomor satu, untuk build legacy, kasih pengertian ke anak kalau kalian bisa jaga diri sendiri, bisa jadi inspirasi wanita di mana-mana. Kedua, to make a difference in Indonesia, karena industri beauty sudah saking banyak kompetisi, tapi what can you do yang bikin orang lain senang. Bisa bikin orang feel hopeful.

Jika diberikan kesempatan mengucapkan terima kasih untuk diri sendiri, apa yang ingin anda katakan?

I would say thank you to myself for always believing in myself, for always pushing through. Through the bad days, good days, through the day when I feel like I'm giving up, through the Post-Partum Depression. I'm always inspired by my self to always push forward, and always reach my goals.

Apakah Anda percaya jika manifest ke diri sendiri itu penting?

(Percaya) banget sebenarnya. Dari (urusan) kantor dulu ya, aku selalu manifest product aku obviously do well. And then even if the product doesn't do well, aku manifest, 'okay kita bisa ganti formula'. I'm also very optimistic person, I believe manifesting itu akan menular ke tim kita juga. Kalau bisa positif, mereka akan bilang productnya lebih baik. Manifestation externally is great, tapi internally is also good. Let's say aku lagi sakit, I will manifest to myself I'm gonna be okay tommorow, and sometimes I push through and I'm really okay that day. Sesimple ngomong ke diri sendiri, self care, love yourself, simple thing yang bisa bikin manifestationnya jadi kenyataan.