Fimela.com, Jakarta Sebagai orang tua, kekhawatiran selalu muncul saat melepas anak-anak di luar pengawasan kita. Salah satunya, ketika anak-anak sudah mulai bersekolah. Tentunya, kita berharap bahwa anak-anak akan merasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah. Akan tetapi, kita juga pasti was-was akan keselamatan anak-anak di sekolah. Bisa jadi anak-anak kita merasa tidak aman dan terluka, baik secara fisik, maupun mental karena bullying.
Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang lebih lemah atau rentan secara fisik, emosional, atau sosial. Bentuk bullying dapat beragam, termasuk pelecehan verbal, fisik, psikologis, atau perilaku online (cyberbullying). Bullying dapat menyebabkan dampak serius pada kesejahteraan anak, termasuk masalah kesehatan mental, rendahnya harga diri, kecemasan, depresi, dan isolasi sosial.
Penting untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menangani bullying dengan serius untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif yang mungkin timbul. Salah satu jalan terbaik untuk menghindari anak dari masalah bullying adalah dengan mendidiknya dengan baik, dari sejak dini hingga sekolah menengah atas. Berikut adalah tips bagi orang tua untuk mendidik anak agar tidak dibully di sekolah yang dilansir dari Momlovesbest.com.
What's On Fimela
powered by
1. Jalin komunikasi yang terbuka dengan anak
Biasakan untuk berbicara secara terbuka dengan anak-anak sejak dini. Berbicara secara terbuka dengan anak tentang hal apapun, termasuk teman-temannya, membantu membangun komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Tunjukkan ketertarikan terhadap apa yang mereka lakukan dan pastikan orang tua selalu ada mendukung mereka. Hal ini membantu anak merasa aman untuk bercerita kepada orang tua.
Dorong anak untuk berbicara terbuka tentang kegiatannya sehari-hari. Ajukan pertanyaan terbuka yang mendorong respon anak. Beberapa contoh pertanyaan yang bisa diajukan, di antaranya:
- Hari ini ada kegiatan apa saja?
- Apakah hari ini menyenangkan?
- Apakah ada kejadian tidak menyenangkan?
- Apa yang kamu sukai dari sekolah?
- Apa yang kamu tidak sukai dari sekolah?
Penting bagi orang tua untuk mendorong anak menjawab pertanyaan dengan jujur dan pastikan anak tahu bahwa orang tua akan selalu membantu menyelesaikan masalah yang terjadi kepada anak.
2. Edukasi tentang bullying kepada anak
Anak-anak mulai belajar berperilaku sejak dini. Mereka cenderung mengamatu apa yang dilakukan orang dewasa dan mengikutinya. Maka dari itu, kita sebagai orang tua berperan penting dalam pembentukan sikap dan perilaku anak. Selalu perlakukan orang lain dengan baik karena kita adalah role model bagi anak-anak. Contoh kecilnya adalah dengan selalu mengucapkan "tolong" dan "terima kasih" untuk menghargai orang lain.
Bantu anak untuk menanamkan perilaku anti-bullying dengan menjelaskan sikap-sikap yang tidak boleh dilakukan terhadap orang lain, seperti mendorong dan memukul. Tidak hanya itu, ajarkan juga untuk tidak mengejek atau mengucapkan kata-kata yang menyakitkan secara verbal. Mereka perlu tahu bahwa itu semua adalah bentuk dari bullying dan bukan perilaku yang layak untuk dilakukan.
Berbicara tentang bulliyng mungkin sulit untuk sebagian anak. Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat diajukan orang tua untuk menentukan apa yang dipahami anak tentang bullying dan cara menghadapinya:
- Apa arti menjadi seorang bullying (pengganggu) bagi kamu?
- Menurut kamu, kenapa orang bisa membully orang lain?
- Apakah bullying membuat kamu takut untuk datang ke sekolah?
- Apa yang bisa ayah/ibu lakukan untuk membantu menghentikan bullying?
- Bagaimana perasaanmu ketika melihat anak lain dibully?
- Apakah kamu akan mencoba memnbantu seseorang yang dibully?
3. Kenali tanda-tanda bullying
Untuk menghindari anak dari masalah bullying, orang tua juga perlu tahu akan tanda-tanda anak jika menjadi korban bullying. Jika anak mengalami tanda-tanda ini, segera tangani dengan serius. Berikut adalah beberapa tanda yang perlu diwaspadai oleh orang tua:
- Muncul luka atau cidera yang tidak dapat dijelaskan
- Berpura-pura sakit atau sering mengalami sakit perut atau sakit kepala
- Ada barang pribadi yang rusak atau hilang
- Perubahan kebiasaan makan, sering melewatkan makan atau makan yang berlebihan
- Mengalami susah tidur atau mimpi buruk
- Tidak ingin datang ke sekolah, nilai menurun, atau berkurangnya antusiasme terhadap pekerjaan sekolah
- Menghindari situasi sosial atau kehilangan teman-teman secara tiba-tiba
- Menurunnya rasa percaya diri
- Perilaku melukai diri sendiri, lari dari rumah, atau berbicara tentang bunuh diri.
4. Ajarkan anak untuk menghadapi bullying
Seseorang bisa melakukan bullying karena mereka merasa memiliki kuasa dan kendali. Saat anak di sekolah, kita tidak bisa mengawasinya secara langsung. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mengajarkan anak cara menghadapi bullying jika itu terjadi pada mereka. Beberapa hal yang dapat diajarkan kepada anak untuk mengatasi bullying di antaranya:
- Pergi menjauh: Ketika seorang pembully mulai melakukan aksinya, ajarkan anak untuk segera pergi menjauh dan jaangan memberi reaksi atau respons sama sekali.
- Katakan untuk berhenti: Pembully biasanya memilih orang yang mereka anggap lemah untuk dijadikan sebagai sasaran. Ajarkan anak untuk bersikap percaya diri dan mengatakan "berhenti" demhan suara yang lantang, lalu pergi menjauh.
- Respon dengan candaan: Jika ada seorang pembully yang mengatakan bahwa wajah anak kita jelek dan menertawakan anak, ajarkan anak untuk meresponnya dengan candaan. Beri tahu bahwa perkataan tersebut tidak benar, anak hanya perlu ikut tertawa sambil menatap mata pembully, kemudian ajari untuk langsung pergi meninggalkan pembully tanpa mengucapkan apa-apa.
- Punya teman: Pembully biasanya memilih sasarannya yang sendirian. Ajarkan anak untuk berperilaku baik kepada orang-orang sehinga ia punya banyak teman dan cukup berani untuk membela teman yang dibully dan menghadapi pembully.
- Minta bantuan: Ajarkan anak untuk selalu meminta bantuan orang dewasa jika terjadi masalah bullying. Beri tahu anak bahwa orang dewasa, seperti orang tua, guru, dan sebagainya, akan membantu menyelesaikan masalah bullying tersebut.
5. Bangun rasa percaya diri anak
Anak-anak yang selalu dibimbing dan didukung oleh orang tua kemungkinan besar memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi. Anak-anak dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak rentan menjadi korban bullying.
Dukung anak untuk mengikuti aktivitas positif yang mereka sukai supaya rasa percaya dirinya dapat terbangun dengan baik. Misalnya, mendukung anak untuk bermain alat musik, mamasak, bermain sepak bola, menari, dan sebagainya. Keberhasilan mereka dalam hobi yang ditekuni akan memberikan mereka rasa pencapaian. Keahlian yang mereka dapatkan akan membuat mereka merasa bangga dengan dirinya sendiri.
Anak-anak yang percaya diri cenderung mudah untuk berhubungan dengan anak-anak lain. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan mereka menjadi korban bullying.
Penulis: Denisa Aulia
#BreakingBoundariesSeptember