Fimela.com, Jakarta Perusahaan FMCG terkemuka, Procter & Gamble (P&G) telah berkomitmen untuk menjalankan inisiatif keberlanjutan lingkungan melalui P&G Ambition 2030. Dalam kerangka komitmen keberlanjutan lingkungan ini, P&G bertujuan mengurangi emisi dalam lima aspek bisnis utamanya hingga tahun 2030, yakni pada aspek Material dan Kemasan, aspek Operasi, aspek Transportasi, aspek Penggunaan Produk (Consumer Use) dan aspek Akhir Masa Pakai Produk (Product End of Life).
Diskusi ini disampaikan oleh perusahaan dalam acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023. Dalam acara ini, P&G terpilih sebagai Knowledge Partner untuk menggelar sesi tematik dengan judul “Keberlanjutan Lingkungan dan Ekonomi Sirkular sebagai Standar Bisnis Baru (Sustainability and Circular Economy as the New Business as Usual”.
Di Indonesia, P&G menerjemahkan komitmen global tersebut lewat tiga pilar utama, yaitu Iklim (Climate), Air (Water), dan Limbah (Waste) di berbagai aspek bisnisnya. Lantas, apa saja strategi keberlanjutan dan ekonomi sirkular yang diterapkan P&G ke dalam tiga pilar utama ini? Yuk, Simak!
What's On Fimela
powered by
Tiga Pilar Utama P&G
Dalam pilar Iklim, pabrik P8G Indonesia telah mengaktifkan listrik terbarukan dan meningkatkan efisiensi transportasinya untuk mengurangi emisi karbon.
Kemudian pada pilar Air, upaya daur ulang telah diterapkan untuk mengurangi penggunaan air secara efisien.
Di sisi Limbah, berbagai inisiatif telah diambil baik pada level produksi maupun penggunaan produk. Sejak pertama kali beroperasi, pabrik P&G Indonesia telah lama menjalankan praktik Zero Waste to Landfill untuk mengelola sampah produksinya dengan baik.
Sementara itu, di level hilir setelah konsumsi, P&G menjalankan program Conscious Living yang melibatkan masyarakat dalam pengumpulan dan pengelolaan sampah kemasan plastik melalui aplikasi digital.
“Kami terus berupaya mengembangkan inovasi dan produk berkelanjutan dalam mengurangi jejak karbon, sesuai dengan komitmen Keberlanjutan Lingkungan P&G Secara global,” kata Saranathan Ramaswamy, Presiden Direktur P&G Indonesia dalam ISF 2023, Kamis (7/9).
Gandeng Superindo dan Octopus dalam Program Conscious Living
Sejak tahun 2021, P&G telah bekerja sama dengan Pemerintah Jawa Barat dalam memulai program Conscious Living. Selain Pemerintah, P&G juga menggandeng salah satu mitra ritelnya, yaitu Superindo, yang telah berjalan sejak tahun 2022 di Jawa Barat.
“Kolaborasi kami bersama P&G menghasilkan Program Conscious City di Jawa Barat dan Jakarta yang sudah berjalan selama dua tahun dan telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan bisnis serta mengakselerasi upaya ekonomi sirkular kami. Ke depannya, kami berharap program kolaborasi kami bersama P&G dan Octopus dapat terus mendorong terciptanya ekonomi sirkular melalui pemberdayaan Pelestari," kata Boudewijn van Nieuwenhuijzen, selaku President Director Super Indo.
Program P&G Conscious Living tentunya dapat berjalan lewat dukungan Octopus, sebagai mitra aggregator sampah dalam program tersebut. P&G Indonesia telah berkolaborasi dengan Octopus sejak peluncuran program P&G Conscious Living di Jawa Barat pada tahun 2021.
Dalam kerjasama ini, konsumen dapat mengumpulkan sampah kemasan sachet atau multilayer serta plastik HDPE dari produk-produk P&G, untuk kemudian disetorkan lewat Octopus, dan diberikan insentif berupa poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah menarik seperti pulsa, token listrik, voucher kopi, dll, sebagai bentuk apresiasi terhadap partisipasi mereka dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Sejak dimulai pada tahun 2021 hingga Agustus 2023, program P&G Conscious Living di Jawa Barat dan DKI Jakarta telah mencapai sejumlah pencapaian yang luar biasa. Hingga Agustus 2023, program P&G Conscious Living berhasil mengumpulkan lebih dari 250 ton sampah plastik dengan melibatkan sekitar 2,500 bank sampah lokal dalam pengelolaannya. Tercatat sebanyak kurang lebih 70,000 konsumen telah berpartisipasi dalam program P&G Conscious Living.
Chief Executive Officer Octopus Indonesia, Moehammad Ichsan mengatakan dengan adanya Octopus pada program Conscious Living membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah plastik.
“Program ini memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat, di antaranya adalah konsumen, pelestari, dan bank sampah lokal,” jelas Ichsan.
Ia menjelaskan, program ini berhasil mengumpulkan lebih dari 250 ton sampah plastik dengan melibatkan 2.500 bank sampah lokal dalam pengelolaannya. Tercatat sebanyak kurang lebih 70.000 konsumen telah berpartisipasi.
Chief Executive Officer Octopus Indonesia, Moehammad Ichsan mengatakan, dengan adanya Octopus pada program Conscious Living juga membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengolahan sampah plastik.
“Tidak hanya itu, program ini juga telah memberdayakan sekitar 10,000 Pelestari dari beragam latar belakang seperti ibu rumah tangga, ojek online, dan lainnya, dengan memberikan mereka kesempatan tambahan penghasilan hingga R 800,000 per bulan. Uniknya, dari jumlah keseluruhan Pelestari tersebut, sekitar 5,400 orang adalah perempuan dan kurang lebih 870 Pelestari adalah orang yang hidup dengan disabilitas,” tandas Ichsan.