Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua pasti berharap agar anaknya menjadi pribadi yang ramah terutama kepada semua orang tanpa perlu melihat latar belakang mereka. Apalagi ketika mereka sudah mulai bersekolah, mereka akan bertemu dengan banyak orang dan harus bersikap ramah agar memiliki teman dan disukai oleh orang sekitar.
Memang mendidik anak untuk selalu ramah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Anak kecil pasti memiliki sifatnya sendiri, yaitu tidak bisa menahan amarah, terlalu jujur, dan lain lain. Akan tetapi sebagai orangtua, kita seharusnya mengajarkan mereka tentang bagaimana cara yang tepat untuk bersikap ramah kepada semua orang. Salah satu cara yang terbaik adalah dengan menunjukkan kepada mereka. Berikan mereka rasa kepercayaan diri untuk menyebarkan kebaikan terhadap orang lain. Tekankan mereka beberapa konsep kalau terlalu jujur bukanlah hal yang baik, tetapi kita juga harus jujur.
Maka dari itu, FIMELA telah merangkap 3 tips yang bisa kalian terapkan untuk mendidik anak menjadi sosok yang ramah kepada semua orang.
Mengajari Konsep Kebaikan
Dalam satu hari terdapat 24 jam dan dalam satu minggu Ada 168 jam. Dari sekian banyaknya waktu kita habiskan bersama dengan si kecil, pasti kita memiliki waktu atau momen-momen di mana kita memberikan teladan, kebaikan, dan rasa hormat kepada anak maupun orang lain.
Ajari mereka apa itu konsep kebaikan dengan cara menjelajahinya. Anak biasanya akan belajar dari perilaku orang tua. Contohnya jika kamu meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan nya, sebut saja saat membeli beberapa barang di minimarket, dititik itulah kamu akan melakukan interaksi bersama dengan kasir dan di titik itu juga kamu harus bersikap ramah Karena secara tidak langsung anak kamu akan melihat dan menerapkan bagaimana cara dirimu berinteraksi.
Misalnya, jika kamu bertemu dengan orang lanjut usia, tidak bisa menyebrang jalan atau mengambil barang yang jatuh karena memiliki sendi yang jelek, di situ kamu akan membantu orang lanjut usia tersebut. Apalagi di saat anak kamu berada di sisimu, berikan mereka contoh yang baik dengan membantu dan bersikap ramah ke orang lanjut usia tersebut.
Intinya berikan mereka contoh yang baik karena anak akan meniru gerak-gerik dirimu. Selain itu, misalnya kamu meminta bantuan kepada anakmu untuk membersihkan mainannya sendiri, jika ia membantu dan menyelesaikan tugas ucapkan kata terima kasih dengan spesifik. Contohnya “terima kasih karena sudah membantu membersihkan mainan ini,” “Kerja yang bagus, terima kasih nak,” dan lain-lain. Selalu ingat untuk memberikan mereka pujian dan dukungan saat mereka melakukan berbagai macam tindakan. Dengan ini mereka juga secara tidak langsung akan menerapkannya saat mereka bertemu dengan orang lain.
Kemudian, bawa juga ke rumah Anda sendiri. Sebutlah saat anak Anda menunjukkan kebaikan dan beri nama sesuai dengan namanya. Contohnya, saat mereka membantu pekerjaan rumah, sampaikan apa yang mereka lakukan secara spesifik, dengan mengatakan, “Terima kasih telah membereskan piring, itu sangat membantu saya,” alih-alih mengucapkan sesuatu yang samar-samar seperti “Terima kasih sudah membantu. seorang penolong.” Ini akan memberi mereka dorongan sekaligus mendorong mereka untuk melakukannya lagi.
Kembangkan Kebaikan di Sekolah dan Rumah
Anakmu sudah belajar banyak soal konsep kebaikan karena tips nomor satu. Langkah selanjutnya adalah dengan meminta mereka menerapkan nya di sekolah. Mungkin saja mereka akan malu malu saat menerapkannya, tetapi kamu harus selalu mendukung mereka dan memberikan mereka rasa percaya diri untuk menerapkan keramahan kepada semua orang.
Meskipun saat mereka sekolah kamu tidak akan tahu apa yang mereka lakukan. Akan tetapi bertanyalah kepada mereka tentang apa yang telah mereka lakukan hari itu. Contohnya dengan melontarkan beberapa pertanyaan seperti “apa yang kamu lakukan hari ini?” “Apakah kamu ada membantu seseorang hari ini?” atau “Apakah kamu bertemu dengan orang baru hari ini?”
Anak anak akan senang jika selalu ditanya tentang harinya. Bukan hanya itu perhatikan kata yang digunakan, jika dia menggunakan kata kita dan bukan saya, berarti mereka sudah melakukan sosialisasi dengan orang sekitar. Jika dia menggunakan saya maka dia tidak bersosialisasi dengan orang lain. Memang pada dasarnya anak anak memiliki sifat dan kepribadian berbeda. Akan tetapi yang bisa kamu lakukan adalah dengan mendukung mereka.
Cara Menangani Momen Tidak Baik
Bukan hanya mengajari anak tentang konsep kebaikan, akan tetapi mengajari anak untuk membaca momen itu juga penting. Intinya kamu harus mengajari anakmu bagaimana cara memahami emosi seseorang terutama dari raut wajahnya. Hal ini penting dilakukan agar anak kamu tidak memilih langkah yang salah atau melakukan, bahkan berbicara hal yang terdengar tidak sopan pada kondisi tersebut.
Ajari mereka raut wajah sedih, senang, bersemangat, dan lain lain. Selain itu Ajari mereka bagaimana cara merespon raut wajah tersebut dengan cara yang positif. Selain dari membaca emosi orang lain, Ajari anak kamu untuk mengontrol emosinya, tetapi tekankan kepada mereka kalau merasakan emosi merupakan hal yang manusiawi. Namun, Ajari mereka untuk Menumpahkan emosinya dengan cara yang positif. Contohnya, jika mainan anak mu di sekolah dirusak secara tidak sengaja oleh orang lain, berarti Ajari mereka untuk tidak marah melainkan ubah lah menjadi sesuatu yang positif seperti “Tidak apa apa, yang penting kamu baik baik saja” Atau minta mereka untuk melapor ke guru agar tindakan yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Ajari mereka jika mengalami permasalahan atau merasa sedih untuk mengungkapkan perasaan mereka kepada orang dewasa, menarik nafas dengan dalam dalam, keluar ruangan, dan menjauh dari permasalahan. Selain itu kamu juga bisa menciptakan ruangan yang tenang dan aktif khususnya untuk mendorong kesadaran diri, dan pengaturan diri anak.
Faktanya untuk mengajari anak sebagai sosok yang rendah diri dan juga ramah harus dimulai dari diri sendiri, tekankan arti kemurahan hati. Memang benar, jika kita melakukan kesalahan kita harus minta maaf atau untuk mengurangi rasa bersalah bantulah orang tersebut. Segala hal butuh pembelajaran dan tidak ada yang instan. Intinya terapi secara pelan-pelan.
Penulis: FIMELA Sherly Julia Halim