Pentingnya Mengenali Gejala Baby Blues dan Cara Mengatasinya bagi Calon Orangtua

Fimela Reporter diperbarui 20 Sep 2023, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Baby blues adalah perasaan sedih yang mungkin dialami para ibu pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada siapapun. Merasakan perubahan emosi dan depresi selama masa ini adalah hal yang wajar. Baby blues biasanya berlangsung  selama satu sampai dua minggu dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, jika perasaan sedih ini berlangsung lebih dari dua minggu, lebih baik konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan.

Penyebab “baby blues”

Dilansir dari marchofdimes.org, perubahan hormon yang terjadi selama masa kehamilan dan setelah bayi lahir merupakan salah satu penyebab baby blues. Setelah melahirkan, jumlah hormon esterogen tiba-tiba menurun sehingga menyebabkan perubahan susasana hati. Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid bisa menurun drastis sehingga membuatnya merasa lelah dan depresi.

Selain itu, penyesuaian yang terjadi setelah melahirkan, seperti kurang tidur, perubahan rutinitas, dan emosi dari pengalaman melahirkan tersebut membuat ibu merasa sedih atau tertekan. Semua hal tersebut dapat berkontribusi pada perasaan seorang ibu baru dan menyebabkan baby blues.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Gejala Baby Blues

Baby blues memengaruhi suasana hati dan perasaan negatif ibu. (Foto: Unsplash/Jenna Norman)

Dilansir dari americanpregnancy.org, sekitar 70-80% dari semua ibu baru mengalami perubahan suasana hati atau perasaan negatif setelah melahirkan. Seringkali gejala baby blues sangat kuat dalam waktu empat sampai lima hari setelah kelahiran bayi, atau mungkin lebih awal. Berikut gejala baby blues, meliputi:

  • Merasa sedih atau menangis tanpa alasan yang jelas
  • Mudah marah, murung, gelisah, atau cemas
  • Mudah lelah
  • Insomnia atau sulit tidur
  • Penurunan konsentrasi
  • Perubahan suasana hati
  • Ingin menyendiri
  • Merasa putus asa

Tidak hanya pada ibu baru, pria juga mungkin mengalami baby blues karena perubahan hormon selama dan setelah bayi lahir. Hormon testosteron mungkin menurun, kadar esterogen dan hormon lainnya meningkat dapat menyebabkan depresi pada ayah baru.

3 dari 3 halaman

Pencegahan dan cara mengatasi Baby Blues

Dibutuhkan dukungan dari orang terdekat untuk mengatasi baby blues. (Foto: Unsplash/Jonathan Borba)

Baby blues biasanya akan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi baby blues:

  • Beristirahatlah dan pergi tidur
  • Mintalah bantuan dari pasangan, keluarga, atau pun teman
  • Adanya dukungan dari orang-orang terdekat
  • Luangkan waktu untuk diri sendiri
  • Berkomunikasi dengan orangtua baru lainnya untuk saling bercerita
  • Hindari meminum alkohol atau penyalahggunaan obat-obatan lainnya
  • Konsumsi makanan sehat dengan pola makan seimbang dan sempatkan berolahraga untuk mengurangi stres

Jika perasaan sedih atau gejala baby blues berlangsung lebih dari dua minggu dan semakin parah, segera hubungi penyedia layanan kesehatan untuk meminta bantuan. Bisa saja ibu memiliki kondisi yang lebih serius yang disebut postpartum depression. Gejala postpartum depression mirip dengan baby blues, namun gejalanya lebih intens dan bertahan lebih lama. Hal tersebut dapat mengganggu kemampuan ibu dalam merawat bayi, merasa depresi, hingga munculnya pikiran-pikiran untuk menyakiti bayi atau pun diri sendiri.

Pencegahan "baby blues"

Dikutip dari americanpregnancy.org, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi lemak Omega-3, EPA dan DHA selama periode prenatal, dapat menurunkan risiko kelahiran prematur dan menurunkan risiko baby blues pada ibu baru. Selain itu, asupan Omega-3 yang tidak tercukupi pada ibu juga berkaitan dengan timbulnya Diabetes Tipe 1 pada anak.

 

Penulis: Maritza Samira.

#BreakingBoundariesSeptember