Fimela.com, Jakarta Di bulan Agustus tepatnya pada 1-7 Agustus diperingati dengan Pekan ASI (Air Susu Ibu) sedunia. ASI pun sangat dibutuhkan bagi bayi baru lahir hingga minimal 6 bulan hingga maksimal 2 tahun.
Lalu sebenarnya seberapa penting ASI bagi bayi bahkan sang ibu? dr. Annisa Setiorini dari RS EMC Sentul dalam acara Fimela Ask The Expert mengatakan ASI merupakan makanan dengan kualitas terbaik untuk bayi. ASI tidak bisa disebut cairan atau minuman, namun merupakan larutan kompleks yang berisi karbohidrat, protein lemak dan semua zat yang penting untuk bayi.
“Maka dari itu ASI kualitas nomor satu untuk asupan bayi karena menunjang sekali untuk tumbuh kembang si bayi,” ujar dr. Annisa kepada Fimela.
dr. Annisa juga menyampaikan manfaat ASI untuk bayi diantaranya, untuk pertumbuhan otak, memberi kekebalan tubuh, mencegah adanya infeksi dalam tubuh.
“ASI merupakan larutan yang kompleks. Jadi bukan sekedar minuman atau makanan tapi juga penting untuk si bayi karena dia mengandung mikronutrien serta mengandung zat anti infeksi yang memang di dalam asi mengandung imunoglobulin yang penting untuk imunitas bayi itu sendiri. Jadi begitu bayi itu lahir, dia tidak gampang kena sakit karena mendapatkan asi,” paparnya.
Sedangkan manfaat ASI untuk ibu ialah meningkatkan bonding dengan bayinya, memberikan kesehatan untuk si ibu karen terbukti dengan memberikan asi mencegah terjadinya kanker serviks, endometriosis.
“Dan menambah kedekatan karena sering bonding dengan bayinya,” tambahnya.
Lalu bagaimana tanda si kecil cukup ASI? dr. Annisa menyampaikan, pertama bayi tampak pulas saat tidur, lelap dan nyaman, akan melepaskan payudara ibunya sendiri lepas tanpa dipaksa saat menyusui.
Cara yang paling mudah dilihat ibu dan pengasuh adalah buang air kecil. Harus sering, rutin dan jernih. Kadang bayi baru lahir pakai popok, jadi lebih mudah dilihat dan dievaluasi oleh orangtua. Kemudian, berat badan. Dipastikan naik sesuai usianya.
What's On Fimela
powered by
Memperlancar produksi ASI
dr. Annisa menyampaikan ASI diproduksi tergantung demand, jadi ibu tak perlu khawatir karena ASI akan disesuaikan dengan demand bayinya. Maka penting sekali untuk menyusui dengan rutin.
“Makanya kita selalu bilang, tenang aja ibu kalo untuk asi sesuai demand dari bayinya. Karena kalau bayinya membutuhkan asi, produksi akan terus berlangsung, maka dari itu penting buat ibu menyusui dengan rutin, karena ketika payudara masih penuh, produksi stop. Tapi ketika produksi itu sudah dikeluarkan, diambil oleh bayi, maka produksi berjalan lagi. Jadi rutinkan memberi asi pada bayi secara frequent,” paparnya.
Lalu bagaimana dengan mengkonsumsi ASI booster? dr. Annisa menyampaikan pemberian asi booster, atau yang disebut lactogogue, ada beberapa yang sudah melewati uji klinis, ada beberapa yang tradisional.
Lactogogue sendiri ada yang non herbal, ada yang herbal. Di pasaran menurut dr. Annisa banyak jenisnya terutama yang herbal, namun secara medis ilmiahnya belum tapi terbukti aman, efektif membuat ibu menjadi lebih rileks. Namun untuk beberapa lactogogue atau asi booster yang non herbal memang ada beberapa yang sudah teruji secara klinis mempertahankan atau meningkatkan produksi asi itu sendiri.
Selain langsung menyusui langsung dari payudara, pumping dengan menggunakan alat lalu dimasukan ke dalam botol menjadi salah satu cara pemberian ASI pada si kecil, terutama bagi ibu pekerja. Pumping juga dapat memperlancar produksi ASI.
dr. Annisa menyampaikan durasi pumping dianjurkan sebaiknya sekitar 3 jam sekali memerah asinya, agar ASI kosong, nantinnya dapat memicu ASI produksi kembali. Untuk memeras sebenarnya tidak harus 1 jam atau 30 menit. Cukup 15 – 20 menit per payudara. Terpenting frekuensinya. Jadi pastikan dalam 1 sesi bekerja, dia mampu memerah 2 sampai 3 kali.
“Untuk ibu-ibu bekerja, pumping itu untuk menyediakan stok ya ketika bekerja. Tapi kita harus ingat ya, ketika berada di rumah, usahakan menyusui bayinya lebih dulu. Jadi kalau untuk pumping itu boleh tapi 1 bulan atau 2 minggu sebelum masuk kerja aja. Nggak perlu dari awal banget lahir. Karena memang memerah asi sebenarnya latihannya boleh setelah dia menyusui pertama kali. Tapi untuk stoknya, teori yang sekarang ini memang baiknya yang terbaru yang langsung diberikan kepada bayi,” papar dr. Annisa.
Untuk menyimpan asi sendiri ada beberapa cara, kalau yang masih fresh, baru diperah bisa disimpan 6-8 jam suhu ruangan. Sehabis diperah langsung, diletakan saja, masih bisa dikasihkan untuk bayi. Tapi suhu ruangan yang kita sebut yang optimal ya jadi tidak terlalu panas atau dingin sekali.
Namun bagi ibu bekerja, menyimpan ASI ada beberapa cara, pertama bisa disimpan di freeze atau memang punya kulkas khusus asi itu lebih baik karena tidak tercampur dengan makanan lain. Otomatis masa penyimpanannya berbeda-beda, karena di freeze, refrigerator yang di bawah suhunya lebih rendah. Dibandingkan atau yang khusus asi saja. Itu bisa bertahan paling maksimal sampai 3 – 6 bulan.
Cara mencapai keberhasilan dalam memproduksi ASI
Untuk seluruh ibu yang menyusui mencapai keberhasilan nomor satunya dukungan dari semuanya. Itu yang paling penting ya, seperti dukungan dari keluarga, terutama orang terdekat yang ada dalam satu rumah, seperti suami atau pengasuh atau nenek atau orangtua sendiri.
Kedua, kepercayaan diri atau kemandirian dari ibu. Kalau ibunya percaya diri, tenang dan sudah dibekali edukasi yang banyak, pasti menyusuinya juga lebih nyaman. Dibarengi dengan kalori atau asupan yang baik tentunya, menurut penelitian asupan ibu baik, maka asinya akan lebih optimal.
“Jadi kalau ibunya sedih, capek, baby blues, jadi produksi asi berkurang jadi nggak berhasil kita pengen asi eksklusif. Karena stress menjadi salah satu faktor asi menjadi tidak lancar, hormonnya jadi terganggu. Tidur berkurang, nafsu makan berkurang, jadi itu balik lagi ibunya terganggu. Hormon imbalance, produksinya jadi berkurang,” paparnya.
Untuk menghindari stress pada ibu menyusui, sebaiknya sebelum melahirkan atau pada masa kehamilan sebaiknya mengikuti kelas-kelas edukasi atau menonton kelas edukasi bagaimana pasca persalinan, bagaimana menyusui pasca persalinan.
“Menurut saya sangat penting ya menghandle stress sebelum stress itu terjadi. Kalau udah tenang, udah tau, memiliki edukasi tentang asi jadi lebih terkontrol,” ungkap dr. Annisa.
Lalu, sebaiknya suami atau pengasuh turut serta dalam membantu mensukseskan pemberian ASI dengan support. Kemudian, konseling pada dokter anak atau dokter kandungan atau bidan terkait. Dan kita cari sumber stress yang membuat pikiran tidak nyaman.