Fimela.com, Jakarta Kanker payudara menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia, termasuk di Indonesia. Umumnya, kanker payudara didiagnosis pada wanita. Jumlah kasus kanker payudara selalu meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dengan jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa kasus.
Di Indonesia, masih banyak wanita yang belum sadar mengenai masalah kanker payudara. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (Kemen PPPA) bekerja sama dengan PT Novartis Indonesia menyelenggarakan kampanye Rights to Smile: Perempuan Bicara Kanker Payudara, yang mana bertujuan untuk meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia untuk lebih berdaya dalam memegang kendali atas kesejahteraan dan kesehatan mereka, khususnya terkait tatalaksana kanker payudara.
Banyak perempuan di Indonesia yang masih takut untuk memeriksakan kesehatan payudaranya. Jika sudah muncul gejala-gejelanya, mereka cenderung untuk membiarkannya karena menganggap bahwa hal tersebut tidak menganggunya. Padahal, kanker payudara harus di tangani sejak dini.
"Penyebab utama kasus kanker payudara semakin meningkat salah satunya adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Padahal, apabila diketahui lebih dini, lebih cepat, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Sehingga bisa mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik," ucap Lenny N. Rosalin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (Kemen PPPA), di Jakarta (23/08/2023) dalam acara Media Briefing Rights to Smile.
Pentingnya Deteksi Kanker Payudara
Dalam kesempatan yang sama, dr. Walta Gautama Said Tehuwayo, Sp.B.Subsp.Onk(K) memaparkan bahwa sampai saat ini, di Indonesia, kanker payudara stadium lanjut masih mendominasi di bandingkan dengan stadium awal. “Saat ini, sekitar 70% pasien dengan kanker payudara yang datang ke pusat kesehatan dideteksi pada stadium lanjut, terlepas dari sudah banyaknya gerakan deteksi dini yang dilakukan, baik oleh Pemerintah maupun sektor lainnya."
Kanker payudara harus dideteksi sejak dini karena penyakit ini sangat berbahaya. Kanker payudar adapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat. Selain itu, penting juga untuk melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) oleh setiap wanita dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) oleh tenaga kesehatan terlatih.
Pemeriksaan tersebut harus rutin dilakukan oleh setiap wanita. dr. Walta Gautama menganjurkan untuk melakukan SADARI setiap 3 sampai 4 hari setelah selesai menstruasi. Jika muncul benjolan aneh pada payudara, segera lakukam SADANIS supaya dapat ditangani serius oleh tenaga kesehatan.
Penanganan Kanker Payudara
Didiagnosa mengidap kanker payudara bukanlah akhir dari segalanya. Jangan takut jika sudah terdiagnosa kanker payudara. Segera lakukan perawatan agar kanker payudara tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
“Perawatan kanker payudara, termasuk pada stadium lanjut sudah berkembang sedemikian rupa, di mana hal ini berpengaruh terhadap peningkatan angka harapan hidup. Yang terpenting, kita harus mengenali jenis dan tipe kanker payudara dengan baik, sehingga kita dapat memberikan dan memastikan bahwa tatalaksana sesuai dengan target terapi yang tepat terjadi,” jelas dr. Walta.
Pilihan perawatan kanker payudara bergantung pada stadium kanker, jenis kanker, dan faktor kesehatan pasien. Beberapa pilihan penanganan kanker payudara pada umumnya meliputi:
- Pembedahan atau operasi
- Kemoterapi
- Terapi radiasi
- Terapi hormon (endokrin)
- Terapi target
- Perawatan paliatif
Penanganan kanker payudara harus disesuaikan dengan tipe kanker payudaranya karena kanker payudara memiliki sifat biologis yang beragam. Penanganan yang bersifat individual dan spesifik menjadi paradigma di kanker payudara yang disebut sebagai individual tailoring therapy.
Penulis: Denisa Aulia
#BreakingBoundariesAgustus