Fimela.com, Jakarta Merayakan 'Hari Lahir' Indonesia setiap tanggal 17 Agustus selalu dikaitkan dengan upaya memperkenalkan kembali jasa-jasa para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan. Namun, Pagelaran Sabang Merauke yang tahun ini mengangkat tema Pahlawan Nusantara dalam rangka pemperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-78 seperti memberu definisi lain soal arti pahlawan.
Ya, jika di tahun 2022 kemarin Pagelaran Sabang Merauke sekedar menjahit musik, tari dan busana tradisional dalam sebuah pertunjukkan, tahun ini iForte dan BCA selaku penggagas acara akhirnya punya cara jitu untuk mengajak masyarakat, khususnya kaum muda untuk lebih mengenal Indonesia dengan benang merah yang spesifik, yaitu Pahlawan Nusantara.
Menariknya, definisi pahlawan dalam Pagelaran Sabang Merauke Pahlawan Nusantara pun seperti mengalami perluasan makna. Jika di banyak literasi istilah pahlawan kerap digambarkan sosok yang berjuang di medan perang, Rusmedie Agus selaku sutradara pertunjukkan sukses melebarkan makna pahlawan dari aspek-aspek lain yang lebih luas dari sekedar mereka yang melakukan kontak fisik melawan penjajah di masa perjuangan.
What's On Fimela
powered by
Hadir Dalam Beberapa Sesi
Dengan persiapan yang matang, Rusmedie Agus dan tim akhirnya menyisipkan beberapa tokoh pahlawan dalam predikat yang lain sebagai sajian dalam pagelaran. Setidaknya, hal itu tergambar dalam beberapa sesi yang ada di pertunjukkan tersebut, seperti munculnya sosok Butet Manurung.
Bukan pahlawan perang masa penjajahan, Butet Manurung ialah aktivis sosial yang mengabdikan hidupnya menjadi guru untuk masyarakat di pedalaman hutan Bukit Dua Belas, Jambi yang digambarkan apik oleh Yuyun Arfah. Sesi lain yang menggambarkan perluasan definisi pahlawan di Pagelaran Sabang Merauke terjadi saat Isyana Sarasvati tampil anggun berkebaya putih. Di momen tersebut, Isyana Sarasvati merepresentasikan daerah Bengkulu lewat sosok Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno yang menjadi sosok penting di balik adanya bendera Indonesia yang terus dikibarkan sampai sekarang.
Berikutnya, momen yang membuka mata tentang sosok pahlawan ialah ketika lagu Sio Mama dilantunkan dengan haru oleh Alsant Nababan. Lagu ciptaan Melky Goeslaw berbahasa Maluku itu sukses mengingatkan para penonton bahwa pahlawan pun ada pada sosok ibu dengan segala kasih sayangnya sebagai tokoh penting di balik lahir dan tumbuhnya kehidupan baru yang ada di muka bumi.
Konsep Menarik
Tak cuma sukses memperluas definisi pahlawan, Pagelaran Sabang Merauke Pahlawan Nusantara pun hadir dengan konsep yang terbilang menarik. Dalam pertunjukkan yang berlangsung sekitar 2 jam, Pagelaran yang hadir pada 19 dan 20 Agustus 2023 itu menggunakan dialog interaktif prolog setiap sesinya.
Butet Kertarajasa dan Zie yang diceritakan sebagai kakek dan cucu yang sedang membahas tentang kepahlawanan di Indonesia. Lewat dialog yang terjadi, penonton diajak untuk berkenalan dengan pahlawan Nusantara yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Momen Pengingat
Pada akhirnya, Pagelaran Sabang Merauke Pahlawan Nusantara, dengan seluruh elemen yang terlibat di dalamnya, tak sekedar mengajak penonton untuk kembali belajar sejarah dan mengenal lebih banyak pahlawan lewat seni dan budaya. Lebih dari itu, pertunjukkan tersebut juga menjadi etalase totalitas para pihak pendukung dalam sebuah kesatuan tim yang harmonis.
Di panggung megah JIExpo Theatre, Jakarta Pusat, ratusan penari tradisional yang dipimpin Sandidhea Cahyo Nerpati selaku koreografer sukses mereprentasikan setiap daerah dengan apik lewat gerakan, kostum, dan set yang dinamis. Didukung elemen musik yang dipimpin oleh Dian HP, Avip Priatna, Dunung Basuki, Ammir Gita dan Meidy Ratnasari yang sukses mengawinkan unsur modern dengan musik tradisional, Pagelaran Sabang Merauke Pahlawan Nusantara bisa menjadi paket lengkap menggugah sisi nasionalis setiap penontonnya.
Selain sebagai 'penapak tanah' terhadap budaya leluhur untuk publik di tengah derasnya terjangan arus modernisasi dari luar, tema Pahlawan Nusantara yang diangkat Pagelaran Sabang Merauke pun bisa menjadi pengingat dalam bersikap. Bahwasanya, siapapun, kapanpun, dan dalam bentuk apapun, setiap orang bisa menjadi pahlawan dalam penghidupan masyarakat di masa pasca kemerdekaan Indonesia seperti sekarang.