Kenali Dampak Susah Makan Terhadap Tumbuh Kembang Optimal

Fimela Reporter diperbarui 29 Sep 2023, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Dalam setiap keluarga pasti memiliki satu anggota keluarga yang merupakan seorang picky eater. Permasalah itu pun yang dapat menjadi tantangan untuk orangtua, apalagi jika si kecil susah makan.

Salah satu peran penting orangtua dalam menghadapi orang yang susah makan adalah dengan cara terus bersabar dan memberikan mereka nutrisi yang cukup. Jika anak sudah tahap masalah makan (feeding difficulties). Maka akan terjadi berbagai macam masalah seperti waktu makan akan memicu stress, distraksi saat mengingat apapun dan lain-lain.

Pemberian ASI untuk anak memang sangat baik untuk perkembangan anak. Akan tetapi jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama mengkonsumsi ASI akan menghambat nafsu makan anak dan membuah si kecil makin susah makan. Jika anak umurnya di atas 2 tahun seharusnya nutrisi dari ASI saja tidak cukup untuk membantu perkembangan anak.

Permasalahan susah makan ini, sering sekali kali dialami masyarakat Indonesia bahkan dunia. Masalahnya sendiri bisa terjadi karena masalah lingkungan, perilaku anak, atau bisa juga disebabkan karena permasalahan pencernaan. Gangguan pencernaan pada anak akan menyebabkan rasa tidak nyaman saat anak makan, sehingga akan membuat seorang anak dapat terpapar dengan diare, muntah, sakit perut,  gastroesophageal reflux disease (GERD), intoleransi laktosa atau lain-lain.

 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Tingkat kesulitan makan di Indonesia

Tungkat kesulitan makan pada anak di Indonesia. (Foto: Unsplash/Kelly Sikkema)

“Tingkat kesulitan pada anak bervariasi tergantung istilah yang digunakan dan umur, secara umum berkisar 20-70% pada anak usia di bawah 5 tahun. Meskipun sebagian besar disebabkan non organik, sebagai dokter dan orang tua perlu mewaspadai adanya alarm symptoms penyakit organik pada 20-30% anak dengan masalah makan,” ujar Prof. dr. Badriul Hegar, Sp.A(K), Ph.D, Pakar.

 

Beberapa permasalahan dasar yang biasanya menyebabkan anak menjadi susah makan seperti anak memiliki gangguan saluran pencernaan refluks gastroesofagus(PRGE), kolik infantil, dan infeksi saluran cerna. Kedua, anak memiliki alergi makanan terutama pada protein sapi (laktasi dan toleran). Ketiga gangguan perkembangan motorik dan sensorik juga dapat , mempengaruhi kemauan maka hal ini karena anak yang mengalami gangguan pada motorik dan sensorik dapat membuat mereka susah makan.

“Sebaiknya secara berkala kita mengevaluasi kemungkinan adanya kelainan organik pada anak yang belum memberikan respon terhadap tata laksana yang diberikan, minimal setiap 3 bulan. Tidak jarang kelainan organ yang tidak tertata laksana dengan maksimal, menyebabkan gangguan mindset anak yang meninggalkan trauma terhadap makanan, sehingga meski kelainan organik telah teratasi, anak tetap mengalami masalah makan, menolak makanan yang diberikan,” ujar Prof. Hegar.

3 dari 4 halaman

Penyebab susah makan

Dua anak laki-laki yang menolak memakan sayuran. (Foto: Unsplash/Austin Pacheco)

Selain itu, Vera Itabiliana S. Psi, Psikolog Anak di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia mengaku selain dari permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, anak bisa menjadi susah makan atau picky eater bisa juga terjadi karena pola didik orangtua yang menggunakan makanan sebagai hadiah atau hukuman. Intinya permasalahan utama anak bisa menjadi pemakan yang susah karena kondisi  lingkungan makan anak.

Vera menambahkan jika anak pernah mengalami pengalaman buruk tentang makanan tersebut entah itu karena teksturnya aneh. Apalagi dengan adanya dukungan dari faktor emosi seperti stress perubahan rutinitas, dan ragu untuk mencoba. Salah satu resiko dari anak yang kurang makan adalah malnutrisi. Salah satu dampak dari permasalahan tersebut adalah menurunya imunitas sehingga anak akan lebih mudah sakit.

“Anak dapat mengalami malnutrisi yang ringan hingga feeding difficulties yang sangat ekstrem dan menyebabkan defisiensi gizi yang signifikan. Defisiensi gizi akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, pertumbuhan fisik, fungsi kognitif otak, motorik, fungsi fisiologis dan perubahan respon imun. Hal yang paling penting dilakukan orang tua dalam situasi ini adalah segera berkonsultasi dengan dokter, jadi bisa ditentukan prioritas penanganan dan tata laksananya,” jelas dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A (K), MPH, Dokter Tumbuh Kembang Anak RSCM.

4 dari 4 halaman

Malnutrisi pada anak

Anak sedang memakan semangka. (Foto: Unsplash/Christian Bowen)

Malnutrisi sendiri merupakan konsisi dimana seseorang mengalami ketidak seimbangan nutrisi dalam tubuh. Malnutrisi ini terjadi karena kurangnya mineral, vitamin, dan protein. Maka dari itu jika protein dalam tubuh tidak terpenuhi dengan cukup maka hal tersebut akan menyebabkan turunnya daya tahan tubuh dan fungsi imun akan turun. Dengan daya tahan tubuh yang menurun si kecil akan dengan mudah terpapar oleh infeksi.

“Malnutrisi memperlambat proses penyembuhan penyakit dan menurunkan daya intelegensi anak. Seperti yang diketahui, perkembangan otak memerlukan dua aspek penting yaitu nutrisi dan stimulasi. Faktor fisik biomedis otak memerlukan peran penting nutrisi. Makanan dengan kualitas kadar gizi dan kuantitas yang optimal akan mendukung pertumbuhan otak yang optimal, apalagi didukung dengan stimulasi yang tepat oleh orang tua,” tambah dr. Bernie. 

Dalam beberapa kasus, anak-anak yang mengalami susah makan akan mengalami pertumbuhan yang lambat atau gagal karena kekurangan nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Selain itu, anak yang tidak memiliki nutrisi yang cukup dalam pertumbuhan akan membuat mereka susah untuk konsentrasi, daya ingat lemah, dan kemampuan kognitif lainnya melemah. 

dr. Bernie menyarankan demi mendukung perkembangan maksimal anak, orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan si kecil. Bisa dimulai dengan memperhatikan apa yang anak makan. Jangan hanya memberikan mereka makan, tapi juga berikan mereka nutrisi yang seimbang. 

“Jika anak masih terus-terusan susah makan, orangtua harus segera berkonsultasi dengan dokter. Dikarenakan, masalah ini bisa jadi bagian dari masalah lain yang lebih besar sehingga anak terancam mengalami malnutrisi atau defisiensi nutrisi yang berdampak pada tumbuh kembangnya,” tutup dr. Bernie.