Pekan Menyusui Dunia: Ibu Bekerja Perlu Penyesuaian Waktu Kerja Demi Kualitas ASI

Fimela Reporter diperbarui 17 Agu 2023, 14:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Perubahan dalam sistem kerja setelah pandemi membuat sebagian masyarakat merasa tertekan, termasuk perempuan. Di mana WFH membuat batasan waktu kerja menjadi kabur sehingga pekerja bisa bekerja lebih lama dari yang seharusnya. Akibat dari hal ini, banyak wanita harus melewati tekanan prenatal, postnatal, dan gangguan kesehatan yang akan mengganggu sistem menyusui sehingga menghambat Si Kecil mendapatkan ASI berkualitas.

Diansir oleh Medela.com, ASI bisa terbentuk karena adanya percampuran dari sel hidup, protein, asam amino, oligosakarida, enzim, hormon, vitamin dan mineral, antibodi, asam lemak rantai panjang, dan 1.400 microRNA. Dimana untuk mendukung terbentuknya ASI harus ada dukungan dari faktor pertumbuhan, entah itu dari apa yang dikonsumsi, emosional, dan lain-lain. Maka dari itu, jika seorang ibu sedang stress karena masalah pekerjaan atau hidup, maka pembentukan ASI akan mengganggu jumlah dan kualitas pada saat menyusui.

Dilansir oleh Kominfo.go.id, menyusui memiliki peran yang baik dalam perkembangan anak, mereka mengungkapkan kalau pemberian ASI eksklusif harus diberikan saat bayi 0 sampai dengan 2 tahun kelebih akan jauh lebih baik jika didampingi dengan makanan yang sehat. 

Maka dari itu AIMI  atau Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia bergerak untuk memberikan keadilan untuk para perempuan.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Pentingnya ASI

Ilustrasi ASI. (Foto: Unsplash/Nikolai Chernichenko)

Memberi ASI kepada balita faktanya dapat memberikan banyak sekali manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Dilansir dari Hopkinsmedicine.org, ASI dapat memberikan nutrisi yang baik, tepatnya lagi nutrisi yang ada pada ASI dapat memberikan nutrisi yang terbaik untuk perkembangan si kecil dan perkembangan sistem saraf. Selain itu, ASI juga dapat mencegah adanya infeksi, khususnya untuk anak yang lahir prematur, Pemberian ASI dapat menjaga mereka agar tidak mudah terpapar dengan infeksi jenis NEC (necrotizing enterocolitis). 

Bukan hanya itu, ASI juga dapat menghindarkan si kecil dari gangguan SIDS (Sudden Infant Death Syndrom) kondisi yang terjadi untuk anak yang dibawah satu tahun, dimana bayi akan kehilangan nyawanya secara tidak terduga. Selainkan menghindari kemungkinan SIDS, Balita juga akan mengurangi resiko terkena asma, permasalahan kulit, permasalahan pencernaan, rendahnya resiko terkena leukimia, dan beberapa masalah kesehatan lainnya saat mereka sudah tumbuh besar.

Dilansir oleh Hopkinsmedicine.org, balita yang tidak mengkonsumsi ASI akan memiliki imun tubuh dan antibodi yang rendah sehingga akan membuat mereka terkena sakit. Salah satunya adalah terkena tekanan darah rendah. Maka dari itu orangtua harus memberikan anak balitanya setidaknya sampai umur 6 bulan ASI.

Mendengar tentang segala permasalahan dan memiliki keinginan untuk membuat semua orangtua terutama ibu-ibu tentang pentingnya memberikan asi kepada balita.

 

 

3 dari 3 halaman

Gerakan AIMI

Bilik menyusui untuk ibu yang bekerja. (Foto: Dokumen/AIMI)

Dalam rangka merayakan pekan menyusui dunia (PMD), Asosiasi Ibu Menyusui Dunia (AIMI) turun tangan untuk memberikan edukasi terutama pada orangtua yang bekerja dengan cara melakukan kolaborasi dengan lintas sektoral. Dikarenakan kesuksesan PMD pada tahun 2019 yang pernah menyoroti perihal perlindungan sosial, dukungan di tempat kerja dan pengasuhan, kini PMD membuat tema khusus berjudul “Berdayakan Menyusui:Tingkat Dukungan Bagi Orangtua Bekerja”. Tema ini diselaraskan dengan area tematik 4 (empat) dari kampanye PMD-SGD 2030 di masa produktivitas dan ketenagakerjaan perempuan berkaitan erat dengan 6 tujuan pembangunan berkelanjutan yaitu pemberantasan kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pekerjaan layak, dan pertumbuhan ekonomi, industri inovasi dan manufaktur, serta berkurangnya kesenjangan.

Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kultural dalam kerja dan norma pengasuhan serta aspirasi orangtua baru harus menjadi pertimbangan dalam pembentukan kebijakan. Dimana kebijakan harus dilihat dari perspektif dan kebutuhan orangtua, mengenai bagaimana regulasi serta undang-undang dapat membantu mereka dan demikian dapat menyempurnakan advokasi dan intervensi suportif.

Maka dari itu AIMI mengungkapkan untuk menyukseskan gerakan ini  perlu adanya bantuan dari pemerintahan, sistem kesehatan, tempat kerja, dan masyarakat untuk menjalankan perja mereka sendiri dalam memberdayakan keluarga dalam menyusun lingkungan ramah menyusui dan kultural bekerja pasca pandemi. Demi menyempurnakan gerakan ini, AIMI telah melakukan kerja sama dengan pemerintahan DKI Jakarta untuk melakukan survei ruang laktasi di berbagai kantor suku dinas dan kecamatan di Jakarta.

Harapannya dengan gerakan ini, dapat membantu masalah jam kerja dan kesediaan ruang laktasi yang memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI No.15 Tahun 2013 tentang tatacara penyediaan fasilitas khusus menyusui. 

Penulis FIMELA Sherly Julia Halim