Fimela.com, Jakarta Finansial menjadi topik penting yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seorang perempuan. Baik bagi yang fokus mengurus rumah tangga maupun yang berkarier, ilmu ini krusial untuk dipelajari.
Aliyah Natasya, certified financial planner menekankan pentingnya perempuan untuk mawas finansial. Hal itu diperlukan dalam pengambilan keputusan yang akan memengaruhi hidupnya sendiri maupun bersama pasangan.
"Jadi yang namanya perempuan menurut saya memang harus bisa menyikapi apapun keadaan itu terlepas kamu single, jadi ibu atau jadi istri. Karena pada akhirnya, ada masanya kita harus membuat keputusan untuk diri kita sendiri," tutur Aliyah dalam sesi wawancara eksklusif dengan FIMELA belum lama ini.
Penting untuk perempuan memiliki andil dalam menata hidupnya dalam karier maupun keluarga. Apalagi di Indonesia budaya patriarki masih mengakar dengan cukup kuat. Kemampuan multi-peran seorang perempuan kerap mendatangkan pressure yang tinggi, tapi harus dihadapi.
What's On Fimela
powered by
"Di Indonesia, budaya kita ini patriarkinya cukup tinggi. Saya juga melihat banyak ketimpangan, apalagi ketika menginjak umur 30 atau misalnya punya anak berbagai perempuan itu memiliki pressure, ketika menjadi ibu sebaiknya mengambil career break. Padahal untuk mengambil career break itu kalau tidak dipersiapkan secara finansial itu mentalnya kena, karena saya ngalamin dulu," lanjutnya.
Sebagai perempuan, Aliyah Natasya ingin memberi manfaat dengan mengedukasi perempuan lainnya untuk mawas finansial. Ia sempat menggagas Investashe, sebuah platform digital yang ingin membuat perempuan lebih pro aktif dan kreatif dalam mengelola keuangan. Kini ia menjabat sebagai Vice Chief Executive Officer di Value Media Corporation untuk menaikkan literasi finansial bagi masyarakat Indonesia.
Dengan pengalaman yang mumpuni, siapa sangka jalur yang kini ditempuh alumnus Economic Competitiveness and International Business Birmingham University ini adalah 'sebuah paksaan yang ternyata berbuah berkah karena menuruti keinginan ibu'.
Banyak cerita menarik yang diungkap Aliyah kepada FIMELA tentang dunia finansial dan kebermanfaatannya untuk sekitar. Simak kutipan wawancara selengkapnya berikut ini.
Belajar Finansial dan Peranannya bagi Perempuan
Bagaimana awalnya Anda tertarik mendalami dunia finansial?
Tertarik awalnya nggak, itu sebuah paksaan yang ternyata berbuah berkah karena kita nurutin keinginan ibu. Memang dorongan dan keyakinan ibu akan anaknya itu luar biasa banget. Jadi sebenarnya sebelum terjun ke dunia finansial aku nyoba berbagai pekerjaan lain, bahkan salah satunya di industri media, dulunya pernah jadi jurnalis, sempat di company interior design, sampai akhirnya satu hari 'pokoknya kamu harus ikut program MT (Manajemen Trainee)' kata ibuku. Dulu aku nggak PD sama sekali untuk ikut join program MT apalagi di bank, tapi ternyata aku lulus tiga bank. Jadi ini yang pengen aku sampaikan ke teman-teman, kadang kita mengecilkan potensi kita sendiri, kita insecure, kita overthinking, tapi next time just try and do your best dan ternyata akhirnya itu awal mulanya saya berkecimpung di dunia finansial. Dan setelah 4 tahunan nyoba pekerjaan sana sini tahun 2010 akhirnya aku masuk ke dunia finansial.
Switch dari komunikasi ke finance, sempat mengalami struggle?
Kalau struggle itu pasti, jadi kalau dulu pas Management Trainee sejujurnya aku agak telat karena tadi aku bilang 4 tahun bekerja nggak masuk dan rata-rata manajemen training itu kan fresh graduate, umur 21, 22 dan aku 26 sendiri. Tapi ternyata karena dulu misalnya aku berbekal berbagai pengalaman cara di link kita sama orang, cara sosialisasi atau bergaul itu menunjukkan social skill yang lumayan kuat termasuk dari pekerjaan aku dulu sebagai jurnalis ternyata 'oh mudah banget ya menerapkan 5W 1H' itu menjadi report yang mungkin bisa diperbaikin kalau analis bank nih biasanya kaku banget. Jadi it's a really good point, jadi aku bisa mempelajari berbagai hal sampai akhirnya sekarang kebetulan sering dipanggil sebagai narasumber ataupun moderator dan mengkombinasikan antara data presentasi dan apa aja yang harus di-highlight itu adalah bekal dari aku dulu berkarier di korporasi.
Aoakah menurut Anda pendidikan finansial di Indonesia masih kurang?
Mungkin kalau di Indonesia ini karena gede banget, mungkin kita kecilin sedikit nih, khusus untuk Jakarta ataupun pulau Jawa, menurut saya penyebaran informasi dan aksesnya ini banyak banget, cuma saking banyaknya ini jadi simpang siur antara kualitas informasi terkait inklusi financial yang diterima oleh masyarakat itu satu dan yang kedua banyak juga nih dengan keterbukaan akses banyak oknum-oknum yang menyalahgunakan kesempatan tersebut untuk menjual investasi-investasi bodong. Jadi di mana suatu trend itu lagi berkembang, nanti kita juga harus melihat ada resiko negatif apa yang mengikuti hal tersebut, jadi ya 11 12. PR kita sekarang adalah ke depannya, strategi seperti apa yang bisa diberikan kepada generasi yang lebih baik dan yang kedua bagaimana kita bisa memilih kualitas sumber informasi dan produk financial yang memang bisa menjaga aset kita bertumbuh daripada asetnya tiba-tiba hilang.
Pendidikan mengelola uang harusnya dikenalkan sejak kapan?
Mungkin kalau aku bilang ya usia yang tepat adalah setelah SD, karena SD itu adalah pembentukan karakter kalau menurut aku. Kalau dibilang duit itu penting, nanti takutnya dari SD ngejarnya malah duit. Begitu dewasa, 13 tahun itu kita mulai mengenal pola seperti apa sih diri kita dan zaman aku dulu sih enggak ada yang ngajarin ya kayak unit to know yourself more itu nggak ada karena ternyata cara kita memanage diri kita sendiri, terutama memanage waktu itu sama halnya dengan kita memanage keuangan. Cara kita manage waktu, energi yang kita punya itu sama aja dengan kalau energi kita berlebih, kita bisa melakukan banyak hal. Begitu juga dengan uang, ketika kita memiliki uang berlebih kita bisa melakukan lebih banyak hal dan memilih opsi yang lebih cocok. Nah hal-hal seperti itu seharusnya mulai dikembangkan ketika anak ini remaja. Kenapa saya bilang remaja karena begitu lulus remaja usia 16 sampai 18 tahun di kelas 11 ataupun 12 kita udah dihadapkan kenyataan 'kamu gedenya mau jadi apa? passion kamu?' Tapi kalau kita tidak pernah mengajarkan cara mengelola uang, kita juga akan kesulitan mengenal kita nih maunya apa karena dengan uang dan tanggung jawab kamu mau menjadi apa itu sebenarnya tidak terpisahkan. Jadi yang saya ingin mengajarkan juga nih dan saya sebagai parents, yang saya sadari ketika anak kita diberi satu pilihan ada baiknya kita challenge 'kamu mau menjadi apa?' setelah itu pertanyaan yang keduanya 'Dengan pilihan passion kamu, bagaimana cara kamu menghasilkan uang?' Jangan kata mencari ya, kalau cari nanti terus mencari. Menghasilkan ini relasinya kuat dengan kata hasil. Jadi bagaimana kita berbuah, bagaimana kita berhasil karena ternyata ada surveinya, saya jujur agak lupa sih 70% aset yang kita bangun selama hidup kita itu berasal dari pilihan karier. Jadi apa yang kita kerjakan kan jadinya gaji. Dari gaji itu bisa berapa sih yang kita tabung dan dari tabungan itulah kita bisa mendapatkan aset-aset mau bikin ekstraksi ataupun aset-aset lainnya
Sekarang banyak anak sekolah atau mahasiswa yang bisa dapat uang sendiri, bagaimana cara mereka mengelola finansial untuk anak muda?
Mengelola keuangan ini seperti tadi yang saya bilang, harus punya kesadaran apapun yang berlebih itu sebenarnya adalah energi untuk mereka simpan di masa depan, karena kita nggak pernah tahu apa ada yang di masa depan. Yang namanya uang itu punya timeline 3 yaitu past, present sama future, yang namanya past itu adalah hutang, kenapa? udah terjadi di masa lalu tapi kita tetap harus bayar di masa depan, selama kamu memiliki hutang, dia mengambil jatah masa depan kamu. Present adalah bagaimana kita bisa bertahan hidup hari ini sambil menyiapkan masa depan dan di masa depan bagaimana dengan amunisi ini yang kita punya kita justru bisa membuatnya menjadi pertumbuhan. Sama halnya ketika kita kalau zaman nenek moyang kita dulu sebelum bekerja seperti sekarang ini adalah bagaimana mereka mengelola lumbung. Kapan masa panen? Kapan masa menuai? dan kapan masa menunggu? Sebenarnya logikanya simpel cuma biasanya ketidak kesabaran adalah musuh yang utama dan yang kedua adalah perbandingan yang seringkali muncul di sosial media
Sempat menggagas Investashe agar perempuan melek finansial, suka dukanya seperti apa?
Suka dukanya dulu banyak yang mendiskreditkan perempuan tuh bisa apa sih? perempuan bisa ngurus duit seperti apa? Cuma challenge utamanya sebenarnya adalah ketakutan dari para perempuan itu sendiri untuk membuat big financial decision. Kalau yang gampang, misalnya kayak aku tadi ditanya salah satu big financial decision itu adalah karier. Tapi aku nggak tahu dulu karier mau jadi apa. Jadi selalu ada yang membuat keputusan untuk kita, kebanyakan seperti itu. Lalu yang kedua misalnya mau berumah tangga dan ketika berumah tangga pasti responsible untuk membiayai rumah tangga itu biasanya dibebankan kepada pria atau kadang ada ego pria ini yang kayaknya 'gua aja nih yang ngurus uang'. Jadi tantangannya justru bagaimana meningkatkan kepercayaan diri para perempuan untuk berani mengambil keputusan lebih atas diri mereka sendiri dan juga untuk anak-anaknya, karena selama kita di stigma kalau perempuan tidak berani mengambil keputusan hal ini juga akan berdampak kepada anak-anak kita nantinya. 'Oh biasanya si Ayah yang mengambil keputusan, Oh Biasanya seperti ini'. Tapi sekarang menurut saya, baik perempuan dan pria sejajar, apalagi masalah rumah tangga, akar-akarnya adalah finansial dan dari beberapa konsultasi keuangan yang saya jalani ternyata salah satu kunci kesuksesan pensiun adalah ketika baik suami atau istri itu tetap memiliki income, entah kantoran atau side income dengan adanya dua income itu bisa mengamankan pendapatan mereka di masa sekarang dan juga mempersiapkan pensiun, dibanding hanya bergantung pada satu orang saja. Perempuan itu biasanya, dikasih budget dan dikelola. Tapi jarang membuat keputusan-keputusan besar seperti yang tadi saya bilang seperti itu.
Misi untuk mengedukasi tentang financial masih ada sampai sekarang. Kenapa menurut Anda itu penting?
Satu, karena PR-nya banyak. Di Indonesia, budaya kita ini patriarkinya cukup tinggi. Saya melihat banyak ketimpangan apalagi ketika menginjak umur 30 atau misalnya punya anak berbagai perempuan itu memiliki pressure ketika menjadi ibu sebaiknya mengambil career break dan padahal untuk mengambil career break itu kalau tidak dipersiapkan secara finansial itu mentalnya kena karena saya ngalamin dulu. Sudah pengen hamil anak kedua tidak bisa dan harus akhirnya resign itu buat saya berat banget dan saya sangat merasa andai aja dulu orang tua saya atau misalnya ada orang kerabat keluarga saya yang lumayan memberikan nasihat, ada baiknya kita memikirkan 'Oke kalau saya harus karir break dengan karier yang saya bangun, bisnis misalnya online yang lagi saya bangun, kalau saya mengambil karier break ini bisa didelegasikan ke siapa atau apa nih yang akan terjadi ke diri saya sendiri?' jadi yang namanya perempuan menurut saya memang harus bisa menyikapi apapun keadaan itu, terlepas kamu single, terlepas kamu jadi ibu atau jadi istri karena pada akhirnya, ada masanya kita harus membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Oh iya sangat penting dan biasanya perempuan ini support system kuat banget. Mungkin kalau cowok susah curhat perempuan tuh kalau udah kesentil dikit curhatnya nggak abis-abis, tapi akar masalahnya sama, seperti yang tadi saya bilang. Apalagi ketika kita menginjak umur 30-an 40-an ketemulah dengan generasi baru, misalnya generasi Z di dunia karier itu banyak over insecurity terkait teknologi dan digital hal-hal yang baru mungkin udah harus di-update nih untuk teman-teman saya yang misalnya 35 ke atas seperti itu. Jadi kalau kita berhenti belajar itu akan susah kita mengimbangi masa depan kita yang terus berganti.
Apa saja tantangan mengatur keuangan di era sekarang?
Tantangan di era sekarang adalah satu, notifikasi. Yang kedua akses sosial media yang sangat memudahkan informasi untuk belanja yang ketiga adalah semua ini serba mahal, apapun memang mudah sekarang seperti mau makan tinggal pesan dan ada ojek online, mau belanja tinggal klik tiba-tiba sampai di rumah, tapi sebenarnya yang menjadi tantangannya ini adalah inflasi. Saya masih kayak sesimpel inilah, kenaikan harga BBM ini mengubah loh tatanan masyarakat yang tadinya bayar premium, tiba-tiba naik 30, 50% itu udah berubah banget untuk transportasi, begitupun merembet tuh pasti ada kenaikan gaji, ada kenaikan apa dan salah satu tantangan yang saya rasakan itu adalah kesulitan dari para pebisnis UMKM untuk mendapatkan profit karena harga bahan baku semua misalnya naik, gaji-gaji karyawan juga naik tapi kalau mereka menaikan harga, biasanya kehilangan customer. Kita memang hidup di dunia yang serba mahal seperti ini, tapi tantangan yang terbesarnya adalah bagaimana kita memprioritaskan tadi, ingat lagi timeline dalam mengatur uang, apakah masa lalu kita si hutang terlunasi, kalau tidak akan terlunasinya kapan? Apakah ada amunisi kita untuk hidup hari ini? paling tidak 30 sampai 90 hari ke depan dan yang terakhir adalah masa depan kita, karena kita enggak pernah tahu satu atau dua tahun lagi akan terjadi apa.
Menurut Anda, kenapa perempuan perlu pandai mengelola keuangan? Apa saja kendala yang dihadapi?
Yang dihadapi itu adalah empati perempuan itu sangat tinggi, sepintar-pintarnya perempuan menabung ataupun menyisikan sebagian uangnya, begitu ada seseorang membutuhkan pertolongan, lebih banyak pertolongan yang diberikan oleh perempuan. Jadi kadang itu menggoyang ketahanan finansialnya, yang kedua biasanya perempuan itu terutama ibu-ibu apapun untuk anak, mereka kurang memberikan apresiasi ataupun misalnya self reward untuk dirinya sendiri, tapi rela mengorbankan hal-hal itu untuk anak dan keluarganya. Jadi salah satu selain kontrol keuangan, kita juga harus mengontrol emosi dan bersikap tegas. Kalau menurut aku itu tantangan yang sangat besar, kenapa? karena nanti ketika ada masanya mungkin orang tua kita menghadapi masa pensiun, sudah tidak ada income atau memang benar-benar membutuhkan support dari kita, kita juga udah harus tahu batasannya. Cuma kadang batasan ini yang repot adalah kalau kita sendiri tidak memiliki income sedangkan kita harus bergantung pada misalnya pasangan kita. Hal-hal ini yang akan menjadi penyulut pertengkaran rumah tangga. Jadi yang pertama perlu diingat namanya kontrol emosi, yang kedua kontrol budget ketika kamu membuat budget, kamu udah tahu tuh berapa yang memang bisa dikeluarkan, bisa menolong orang, dan berapa yang memang harus di-keep, sesimpel itu. Dan jadilah disiplin, kita susah disiplin dengan emosi kita sendiri.
Bermanfaat dengan Ilmu Finansial
Definisi merdeka finansial iti seperti apa? Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk meraihnya?
Definisi finansial menurut saya sih udah bukan 1M, 2M atau 3M, karena itu nggak adil buat semua orang. Definisinya adalah ketika kita merasa damai, damai untuk mengeluarkan uang. 'Oh kalau gue keluarin ini, akan aman'. Ya sesimpel itu, karena nggak usah terlalu muluk. Kalau kita mengejar sesuatu yang rasanya kita sendiri bilang itu mustahil, itu kayak berbohong pada diri sendiri. Jadi coba memang membuat target realistis, berapa sih yang bisa saya tabung bulan ini, bulan depan dan setelah 6 bulan di review, saya bisa nggak ya nambah tabungan? Kalau belum kita tetap menabung sesuai 6 bulan pertama, tapi paling tidak tahun depannya, karena udah terbiasa menabung, kita bisa meningkatkan tabungan itu. Kenapa saya fokus di disiplin menabung, ketika kita beranjak dewasa dan memilih book finansial peace, seperti misalnya membeli rumah ataupun KPR, ada cicilan yang memang harus disiplin dikeluarkan, saya senangnya mendengar cerita-cerita klien yang misalnya dia ngambil KPR nih, tapi setelah 7 tahun ataupun 10 tahun berjuang melunasi KPR, next-nya mereka akan konsultasi datang 'aku setiap bulan punya tabungan nih 5 jutaan karena terbiasa bayar KPR, next nya ditabung buat apa ya?' Nah dengan adanya tabungan sisa ini walaupun dia masih 10 tahun melunasinya, akhirnya mereka terbiasa untuk menambah aset, bukan menambah barang di keranjang dan check out. Jadi saya selalu bilang ya in the end, lebih enak menambah aset kan daripada menambah cekout yang akhirnya enggak jadi apa-apa dan Aset itu akan menolong kita nanti di masa depan misalnya kita memang butuh dalam keadaan darurat ataupun ketika kita sudah tidak produktif dan ingin menikmati masa pensiun.
Apa pengalaman berharga yang Anda pelajari selama berkarier?
Pelajaran berharga saya adalah menurut saya, saya ibaratkan seperti pindah dari kolam besar ke kolam kecil, yang tadinya saya bekerja di sebuah bank besar, saya memberanikan diri pindah ke perusahaan asuransi yang masih kecil di Indonesia. Tapi saya memiliki posisi dan responsibility yang besar. Kenapa saya bilang itu pelajaran yang berharga, yang pertama saya bisa belajar langsung dengan CEO dari Swiss yang sudah menjadi CEO dari umur 36 untuk Fortune Five Hundred Companies dan bekerja sama dengan dia itu setengah mati, pergi ke kantor saya 05.30 pulang dari kantor kadang jam 9.30 malam.
Itu adalah suatu pengorbanan yang besar, tapi ternyata bekerja dengan dia, dia mengajarkan saya betapa pentingnya di dunia profesional ataupun di dunia bisnis kamu punya dua hal yang pertama adalah mentor yang kedua adalah sponsor, ini adalah pengalaman yang berharga banget yang menurut saya enggak bisa disamakan dengan uang. Kenapa? dengan mentor dia akan mengajarkan kamu berbagai skill, baik teknikal ataupun soft skill untuk kamu berkembang menjadi seorang leader. Ini mentor, tapi ketika kamu memiliki sponsor, sponsor ini apa sih? Ketika kamu memiliki sponsor yang sangat baik aku jamin kamu mau pindah kerja aku mau stay, dulu itu akan membukakan banyak akses. Even misalnya kamu berhenti kerja, karier break, ada proyek-proyek sampingan, nama kamu akan muncul aja, seperti itu menurut saya sih. One day ketika kita ada misalnya di posisi middle manager itu jalan untuk karier ke atas ditentukan oleh mentor dan sponsor yang kamu miliki. Makanya, jika kamu memang ingin berkarier profesional pastikan mentor dan sponsor kamu itu muncul tuh di linkedin page kamu.
Adalah goals atau mimpi besar yang ingin diwujudkan dalam karier?
Sejujurnya sih agak dilematis karena dulu ibu saya itu single mother dan dia mengejar karier, yang saya khawatirkan kalau saya mengejar karier, berambisi setinggi-tingginya, saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk kedua anak saya. Karena setelah menjalani berbagai macam profesi, menurut saya work life balance itu susah, susah banget dan kadang di dunia profesional kita dituntut untuk lupa karena di bawah kita itu ada beberapa kepala yang menggantungkan kehidupannya pada pekerjaan yang kita punya, ada beberapa kepala yang kita pegang nih sebagai leader dan ketika kita fokus terlalu di situ kadang mau nggak mau kita memang mengabaikan hal-hal yang di rumah.
Alhamdulillah saya punya mertua yang sangat sayang sama anak-anak saya, tidak pernah komplain saya pulang malam dan begitupun suami saya jadi kita sama-sama saling mengerti tapi membuat keseimbangan itu untuk saya sangat susah. Jadi kalau saya harus kembali ke dunia profesional, paling tidak saya ingin anak-anak saya sudah gede dulu, paling tidak masuk SD, baru saya benar-benar kembali ke dunia profesional atau selama ini ya kadang kita memang harus berdamai aja dengan apa yang kita pilih sekarang, rasanya berat, tapi ternyata Allah tuh masih baik banget ngasih saya berbagai macam kesempatan, berbagai macam jalan untuk tetap bisa berkontribusi dalam hal yang berbeda, next step nya sedikit share, karena tahun dari tahun lalu tuh banyak banget cerita PHK, banyak teman-teman juga konsultasi karier, keuangan, jadi di tahun ini ada dua proyek yang memang pengen kayak kerjakan yang pertama adalah gimana caranya para perempuan ini bisa berinvestasi terutama dalam cara Syariah, karena cara syariah ini sebenarnya erat kaitannya dengan ISG infant social and good goverment. Saya ingin mengedukasi di sisi itu, sudah ada nama proyeknya yaitu Aisyah (Ayo kita investasi syariah) dan yang kedua saya terinspirasi dari curhatan teman-teman dan perjalanan saya sendiri, saya lagi masih warming up nih untuk Project yang judulnya edit kariee karena ternyata mungkin kita sudah menjalani karier tapi perlu di touch up, yang namanya edit kan kayak revisi, bisa aja kok kita tetap misalnya menjalankan passion di dunia jurnalis ataupun di digital media, cuma mungkin ada yang harus kita review sedikit atau memang pengen ngedit besar-besaran nih gitu dihapus semua dan kita mulai dari 0 lagi. Jadi dua Project itu yang pengen saya rampungkan di tahun 2023.
Bagaimana Anda menanggapi stigma perempuan lebih pandai urus keuangan sampai jadi bendahara?
Kalau menurut saya, baik perempuan dan laki-laki sama-sama pandai mengatur keuangan, tergantung kontrol emosinya, tapi yang membuat perempuan itu bendahara lebih baik adalah mereka takut akan resiko jadi semuanya sesuai budget. Kalau cowok tuh masih bisa lah nanti kita atur, kurang lebih sih seperti itu. Kalau dalam perbendaharaan tuh saya enggak bisa mencap gitu ya 'Oh si suami suami saya lebih pintar saya lebih kurang nih' enggak, jadi kontrolnya ada lagi adanya tuh perempuan secara mayoritas memang lebih aware dengan resiko, kalau budgetnya segini ya segini gitu, kalau nanti ya udah kalau misalnya di-push budgetnya gitu ya push aja dulu nanti kan tinggal di kerja. Biasanya kita pikirnya lama baru take action. Kalau cowok kayaknya lebih take action dulu, yang lain belakangan.
Lantas stigma itu bisakah jadi keuntungan atau merugikan perempuan?
Menurut aku menguntungkan karena dengan mengukur resiko tersebut itu biasanya mengamankannya gitu bahkan kalau yang saya kenal nih misalnya atau curhat gitu misalnya dengan trading saham biasanya suaminya nggak mau cerita ke istrinya, kurang lebih seeprti itu. Kalau menurut aku tetap menguntungkan, kalau kita ditunjuk jadi bendahara ataupun kita mengatur kedisiplinan karena tujuannya adalah mengamankan apapun yang harus diamankan
Apakah literasi finansial masyarakat Indonesia rendah?
Penyebabnya apa?Ini balik sebenarnya tergantung lingkungan sosial ekonomi kita, secara middle class, upper class, biasanya ini udah sangat ke-expose dengan finansial literasi ataupun inklusi, pr-nya tadi adalah ketika kita misalnya berada di lingkungan low middle class itu, tujuan utamanya kita tuh udah bukan investasi dulu. Bagaimana kita bisa bertahan hidup, jadi boro-boro nih, ini kenyataan ya maksud saya. Boro-boro mikirin investasi, untuk hari besok atau Minggu besok nih Seperti apa ya gitu kurang lebih
Karier Anda ini memberi manfaat untuk banyak orang. Kenapa ingin jadi orang bermanfaat?
Jadi kakek saya selalu bilang jangan pernah menyia-nyiakan sesuatu, dua kakek saya ini hidup di zaman perang. Jadi kalau kamu menyia-nyiakan sesuatu yang ada di masa sekarang, itu kamu mengorbankan masa depan orang-orang di generasi kamu berikutnya, salah satunya itu saya jarang menyia-nyiakan sekolah, jarang banget bolos karena saya tahu betapa banyak orang yang pengen sekolah. Jadi apa yang udah diberikan kepada saya, saya coba jadiin amanah dan berikan manfaat ke orang lain yang Insyaallah jadi pahala yang tidak terputus.
Bagaimana cara Anda mengatasi kebosanan dengan rutinitas?
Kesulitan itu pasti, bosan itu ada, apalagi 9 to 5, tapi semua mengerjakannya bukan karena semua bisa, saya pasti bisa, ini memang harus dilaluin aja sih. Dan ternyata di bank itu saya belajar banyak dan alhamdulillah saya ketemu bos-bos yang benar-benar mau ngajarin saya dari nol, bahkan namanya nih saya sebut ya namanya Mas Ben dan Mbak Sabrina itu ngajarin saya lah tentang satu financial modeling ini sampai Mas Ben itu nungguin saya sampai jam 11.00 malam, saya harus bisa padahal kalau diambil mungkin setengah jam juga kelar gitu, tapi yang itu yang namanya transfer knowladge, ternyata menurut saya karier itu bisa membawa perubahan yang besar untuk kehidupan yang lebih baik, dulu saya tuh kayak merasa ah gajinya kecil banget gitu, tapi ternyata teman-teman yang saya lihat yang saya interaksi bersama sekarang pun udah jadi orang-orang hebat dan ini saya ingat banget karena dulu kan dari saya bilang saya masuk usia 26 sekarang saya hampir 40. Selama 15 tahun itu kalau kamu memang mau berkarya dunia profesional, dunia ini penuh rutinitas. Kenapa karena rutinitas itu yang membangun repetition yang membuat habbit kamu berhasil dan cara kamu bekerja dengan sini, kalau kamu mau berkarier di dunia profesional there is no such thing as being solo, kalau mau jadi solo jadilah solo founders, jadilah pengusaha yang bisa mendelegasikan, tapi kalau kamu mau berhasil di dunia profesional kamu butuh orang-orang yang juga mengangkat kamu.
Dengan manfaat dan pengalaman, sepenting apa kuliah di luar negeri?
Kuliah di luar ini penting nggak penting, kalau kamu dapat kesempatannya lakukan sebaik-baiknya. Kalau kamu tidak ada kesempatannya jangan mengecilkan Oh ya karena aku nggak kuliah di luar aku tidak bisa melakukan a b c dan d. Pertanyaan yang sering dikasih ke saya gini, penting nggak sih S2? Lalu saya tanya balik kamu mau S2 buat apa? satu buat eksperience sama develop skill atau yang kedua untuk kenaikan gaji? Kalau kamu mengejar kenaikan gaji, itu tidak akan langsung naik, jadi kadang saya bilang kalau S1 langsung S2 gimana ya? Saya sarankan S1 kerja dulu karena ketika kamu memiliki pengalaman di dunia kerja nyata, kamu akan memiliki kontraksion of thinking yang berbeda ketika kamu S2 dan di S2 nanti sebenarnya tugas kamu selain bikin paper adalah membangun networking. Kalau di luar negeri kalau kalau pun di sini, sama halnya. Kamu membangun networking, kamu udah ngebuild CV di S1 kamu, S2 akan menjadi loncatan bisa transfer ke mana ya gitu atau company yang mana lagi ya yang ingin aku coba. Terus pengalaman yang berharga waktu S2 salah satunya itu adalah aku udah harus bikin budget jadi berapa nih biaya yang dibutuhkan untuk S2 dan ternyata ada budget yang di luar pengetahuan aku salah satunya adalah budget Extended visa sama graduation yang harganya lumayan banget. Jadi sekarang ngasih konsultasi dana pendidikan, coba cek deh biaya graduation itu berapa, ini di luar tiket, kayak cuma buat upacaranya aja tuh bisa belasan juta, mahal banget gitu dan uang saya sudah habis lah di bulan pas ke-12. Oh ternyata untuk regulation harus extend nih 3 bulan kalau pulang lagi tiketnya mahal visanya enggak dapat apa yang segala macamnya. Di saat itu yang itu saya bilang tadi jangan pernah tidak membantu orang, jadi aktiflah kalau di luar negeri aktif lah berkenalan dengan orang-orang Indonesia ataupun orang-orang di luar lainnya.
Apa pesan yang ingin disampaikan kepada Sahabat FIMELA?
Jika ingin memiliki karier dan relationship yang baik, belajar untuk selalu membuat prioritas, yang kedua komunikasikan dengan tim support kamu, entah keluarga, pacar atau pasangan ataupun keluarga besar lainnya untuk bisa men-support apapun yang ingin kamu kerjakan. Karena tanpa adanya pengertian itu mereka juga nggak ngerti kamu ngerjain apa dengan kamu mengkomunikasikan dan kamu bangga dengan apa yang kamu kerjakan mereka akan membantu atau paling tidak eh ternyata misalnya si Aliyah lagi ngerjain ini kayaknya bisa nih aku kenalin seperti ini. Yang ketiga apapun pilihan yang kamu pilih pastikan itu memang berkualitas untuk diri kamu, jangan pernah membuat keputusan berdasarkan keinginan orang lain. Kenapa? hal itu hanya menyesatkan kamu, menjauhkan kamu dari mimpi-mimpi kamu dan justru membuat kamu menyalahkan orang lain tersebut.