Tanda dan Cara Mengatasi Toxic Parenting

Fimela Reporter diperbarui 04 Sep 2024, 14:02 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua akan selalu memberikan yang terbaik bagi anaknya terutama dalam proses mendukung dan mendorong tumbuh dan kembangnya anak. Orangtua juga tentu tahu yang terbaik dan dibutuhkan anak sehingga mereka biasanya akan mengarahkannya saat kecil, tetapi saat dewasa beberapa diantaranya akan diarahkan dan belajar untuk dilepas hidup sendiri. 

Namun, tidak semua orangtua begitu karena masih sebagian besar terkadang justru mereka karena takut atau khawatir yang berlebih jadi memegang atau mengatur kehidupan anaknya. Tak jarang orangtua juga justru memaksakan kehendak kepada anaknya untuk menuruti keinginan mereka. Padahal belum tentu terbaik untuk anak dan justru membuat mereka tertekan.

Biasanya jika dibiarkan hal ini akan memunculkan toxic parenting. Dilansir dari healthline.com, toxic parenting merupakan pola asuh yang diterapkan oleh orangtua dengan menimbulkan rasa bersalah, ketakutan, atau kewajiban pada anak-anak melalui teriakan atau hal-hal yang menekan anak. Selain itu, toxic parenting juga mendorong anak memenuhi kebutuhan orangtuanya.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Tanda Toxic Parenting

Ilustrasi Tanda Toxic Parenting. Foto: pexels.com/Aenic.

Toxic parenting merupakan pola asuh yang buruk dan perlu segera disadari oleh para orangtua ataupun anak. Oleh karena itu, kamu perlu mengetahui tanda-tanda dari toxic parenting, seperti yang dilansir dari health.clevelandclinic.org.

  • Perilaku egois. Tanda pertama dari toxic parenting, orangtua memiliki perilaku egois yang selalu mengutamakan kebutuhan mereka daripada anak-anaknya. 
  • Kekerasan fisik. Kekerasan dilakukan tanpa alasan apapun seperti memukul.
  • Kekerasan verbal seperti berteriak atau menjerit dan menyalahkan anak.
  • Kekerasan emosional. Tindakan ini membuat orangtua mendiamkan anaknya berjam-jam atau berhari-hari setelah berbuat kesalahan.
  • Menyalahkan anak. Tanda toxic parenting lainnya juga orangtua yang membuat sesuatu kesalahan menjadi kesalahan anak.
  • Manipulasi untuk mendapatkan yang orangtua inginkan. 
  • Ketidakmampuan untuk menghormati batasan. Tidak memberikan anak ruang pribadi sehingga orangtua biasanya akan selalu ikut campur dalam segala permasalahan yang dihadapi anak. Tentu hal tersebut, nantinya berdampak buruk sehingga anak tidak mandiri.
3 dari 3 halaman

Cara Mengatasi Toxic Parenting

Cara Mengatasi Toxic Parenting. Foto: pexels.com/Kindel Media.

Ketika sudah mengetahui tanda-tanda dari toxic parenting, kamu sebagai anak harus mencari cara untuk mengatasinya karena jika dibiarkan hanya akan membuat tertekan. Dilansir dari psychcentral.com, terdapat beberapa cara untuk anak mengatasi toxic parenting.

  • Berhenti untuk menyenangkan orangtua. Sebagai seorang anak, kamu memiliki hak untuk mengatur dan menentukan keputusan sendiri dalam hidup karena mungkin menjalankan hidup sesuai dengan tujuan orangtua seringkali justru membuat seseorang tidak merasa bahagia. 
  • Menetapkan batasan. Menetapkan batasan merupakan hal yang penting untuk menjalankan hubungan yang sehat. Oleh karena itu, tidak apa-apa untuk memberitahu mereka batasan antara kamu dan orangtua supaya mereka memahaminya bahwa yang dilakukannya tidak selalu membuat anak menjadi nyaman.
  • Berhati-hati dengan apa yang dibagikan kepada orangtua. Kepercayaan merupakan hal yang penting dalam sebuah hubungan yang sehat sehingga kamu dapat mempertimbangkan terlebih dahulu informasi yang akan diberikan kepada orangtua. Perlu diingat juga, bahwa kamu tidak wajib untuk memberi tahu semua yang terjadi dalam hidupmu. 
  • Menjaga diri. Berada dalam pola pengasuhan yang toxic tentu dapat memberikan pengaruh pada kesehatan mental kamu seperti stres. Stres sendiri juga nantinya jika dibiarkan akan merusak kesehatan fisik dan mental sehingga penting bagi kamu menjadikan perawatan diri sebagai prioritas. 
  • Jangan pernah berusaha mengubah seseorang. termasuk orangtua karena akan membuat kamu frustasi atau kewalahan. Oleh karena itu, fokuslah pada apa yang dapat kamu kendalikan seperti cara menanggapi orangtua atau perilakumu. 

 

 

*Penulis: Fani Varensia