Fimela.com, Jakarta Sebuah cerita yang berbeda muncul di industri perfilman Indonesia di tengah gempuran maraknya film-film bergenre horor. Bukan lagi soal kisah cinta remaja ibukota, film berjudul Women from Rote Island hadir mengangkat mirisnya isu kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan.
Ialah Jeremias Nyangoen selaku sutradara yang merasa perlu untuk lebih menyuarakan isu kekerasan seksual terhadap perempuan lewat media film dengan sudut pandang yang berbeda. Terlebih, ia memilih menggunakan nama-nama lokal dari daerah Timur Indonesia sebagai ansamble pemain yang terlibat di dalamnya yang punya semangat sama untuk menyuarakan anti kekerasan terhadap perempuan.
"Seneng sih sama aktor ternama, cuma saya juga menikmati syuting bersama aktor lokal yang sangat luar biasa. Kita sama-sama mengkampanyekan stop kekerasan seksual," ucap Jeremias Nyangoen saat konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, belum lama ini.
What's On Fimela
powered by
Jalan Cerita
Women from Rote Island atau yang menggunakan judul lain Perempuan Berkelamin Darah merupakan film produksi Bintang Cahaya Sinema dan Langit Terang Sinema yang mengambil latar belakang kehidupan Martha, seorang TKI ilegal yang akhirnya dipulangkan dari Sabah, Malaysia. Meski disambut bahagia oleh keluarganya, kepulangan Martha nyatanya menyisakan duka tersendiri.
Alih-alih membawa pulang hasil kerja selama dua tahun di Malaysia, Martha justru kembali ke kampung halamannya dalam kondisi yang depresi. Alasannya, ia menjadi korban pemerkosaan di perkebunan sawit tempatnya bekerja dan harus terus berjuang menjalani hidupnya dengan rasa trauma yang dialami.
Kampanyekan Perlawanan
Untuk jajaran pemainnya, film Women from Rote Island mempercayakan bintang-bintang lokal seperti Irma Rihi (Martha), Linda Adoe (Mama Martha), Sallum Ratu Ke (Bertha) dan Van Jhoov (Damar) sebagai pemeran utamanya. Sallum Ratu Ke pun berharap film yang dijadwalkan akan segera tayang di bioskop itu bisa memberikan pesan yang tebal ke publik, khususnya kaum perempuan untuk berani melawan kekerasan apapun bentuknya.
"Kita sebagai perempuan, atau siapapun yang merasakan kekerasan baik verbal atau non verbal, harus berani speak up dan melawan," katanya. "Memang dalam film ini kami mau menayampaikan kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja, nggak hanya perempuan. Oleh karenanya ayo kita kampanyekan stop kekerasan seksual," timpal Van Jhoov menambahkan.