Mengenal Lebih Jauh Tradisi Malam Satu Suro

Fimela Reporter diperbarui 13 Jul 2023, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Untuk kamu yang merupakan keturunan asli jawa, malam satu suro adalah malam yang sangat dinanti-nantikan. Dilansir dari tekdeeps dan jagadkejawen (13/7) kalender ini menggunakan referensi bulan, sama seperti kalender dalam islam. Mengapa disebut dengan satu suro? Itu adalah sebutan tradisional Jawa untuk bulan muharam atau bulan pertama. 

Bulan sura merupakan bulan pertama dalam kalender jawa yang digunakan oleh kesultanan mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma pada tahun 1613 sampai 1645. Tanggal satu suro dirayakan sebagai awal dari sebuah kehidupan yang baru.

2 dari 3 halaman

Upacara ritual

ilustrasi upacara ritual malam satu suro/copyright shutterstock/zahirul alwan

Manusia berdoa dari lubuk hati yang paling dalam dan menghormati Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakan seluruh alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia. Dalam hal ini upacara ritual yang dilakukan pada satu suro dilakukan dengan khusyuk. Manusia akan melakukan instropeksi diri, membersihkan jiwa raga dan bersyukur kepada tuhan yang telah memberikan kehidupan dan menciptakan manusia untuk lahir dan berkreasi di bumi. Manusia juga bersukur atas kesempatan mulia yang diberikan oleh tuhan dalam waktu yang terbatas di dunia.

Dalam ritual manusia harus melakukan yang terbaik tidak hanya untuk diri sendiri melainkan untuk keluarga dan semua makhluk. Manusia perlu melestarikan dunia karena apabila tidak dilestarikan maka tidak ada kehidupan di planet bumi. Sikap hidup seperti ini dilandaskan pada nenek moyang terdahulu. Manusia secara sadar mewarisi dan melestarikan prinsip hidup dari para leluhur. Perayaan satu suro dapat dilakukan di berbagai tempat dengan perayaan yang berbeda-beda, ada yang bergantung dengan keyakinan dan ada pula yang mengikuti tradisi setempat. 

3 dari 3 halaman

Tradisi

ilustrasi tradisi kirab pada malam satu suro/copyright shutterstock/Ricky Kurniawan

Pada malam satu suro budaya Jawa, selain mengadakan ritual ada juga yang mengadakan arak-arakan yang disebut dengan kirab. Kirab dibagi menjadi dua yaitu kirab pusaka dan kirab budaya. Kirab berlangsung di banyak kota seperti Yogyakarta, Solo, Banyuwangi, Jember dan lainnya. Kirab ini akan sangat berbeda tergantung dari kota tempat dilaksanakannya.

Sebagai contoh untuk di Solo, pada malam satu Suro akan melibatkan hewan khas yang biasa diebut sebagai Kebo Bule. Hewan ini merupakan salah satu ikon kota solo pada malam perayaan satu Suro. Kebo Bule dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Sedangkan di Yogyakarta, kirab diadakan menggunakan benda-benda pusaka dari dalam keraton. Mulai dari keris, lalu benda bersejarah lainnya. Benda tersebut nantikan akan diarak mengelilingi rute yang sudah ditentukan. Kirab ini dilakukan dengan membawa hasil bumi sebagai simbol penolak bala. 

Sahabat Fimela, demikian penjelasan mengenai tradisi malam satu suro. Semoga informasi ini bermanfaat.

 

Penulis : Nadia Maharani Ardiansih