Fimela.com, Jakarta Memahami diri sendiri seperti proses yang akan terus berjalan seumur hidup. Makin bertambah usia makin banyak momen dan fase perubahan yang perlu dihadapi. Tak hanya itu saja, kemampuan dan kecakapan untuk bertahan hidup hingga membuat perubahan hidup yang lebih baik perlu terus diasah dan dioptimalkan.
Buku Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar bisa menjadi salah satu buku yang bagus untuk dibaca dalam upaya memahami diri sendiri. Buku ini juga bisa memantik motivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir, seperti berpikir kritis. Proses transformasi diri pun bisa lebih mudah dipahami dengan mengembangkan wawasan dari referensi dan pembahasan yang dihadirkan di buku ini.
Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar
Judul: Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar
Penulis: Afutami
Penyunting: Gramedia Pustaka Utama, Ninus Andarnuswari, Nadira Yasmine
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Kemampuan berpikir adalah sebuah perjalanan--bukan tujuan--yang sebagai konsekuensinya akan menumbuhkan pemahaman tentang diri, kemampuan memecahkan masalah secara lebih efektif, sikap terbuka terhadap pemikiran baru, hingga empati yang lebih baik dalam berhubungan dengan manusia lain.
Lewat Menjadi, Afutami menawarkan peta jalan yang membantu penelusuran tersebut. Alih-alih menggurui, buku ini mengajak kita berkaca lewat perjalanan penulisnya dalam memproses disonansi dari berbagai paradoks kehidupan yang ditemuinya, mulai dari privilese dan ketimpangan, nasionalisme dan humanisme, hingga ekonomi dan lingkungan. Di akhir, Menjadi juga menawarkan opsi konkret untuk mengejawantahkan kemampuan berpikir tersebut ke dalam aksi dan kontribusi nyata. Harapannya, buku ini bisa menjadi teman dalam berproses dan penemuan-penemuan internal yang memerdekakan diri serta membantu membangun hubungan lebih sehat dengan sekitar.
***
"Menjadi adalah nonfiksi multidimensional: ia didesain untuk menjadi buku filsafat, sains, psikologi, memoar, dan self-improvement sekaligus." (hlm. 18)
"Membebaskan diri dari label dan ekspektasi berarti memiliki keleluasaan untuk mengambil cukup waktu dan melihat pilihan respons lain." (hlm. 31)
"Insting manusia membuat kita mendengarkan untuk merespons atau mungkin menghakimi. Kebanyakan di antara kita sudah memformulasikan jawaban bahkan sebelum lawan bicara menyelesaikan kalimat mereka." (hlm. 75)
"Bagi kita yang terlahir dalam privilese, memahami kontribusi kemewahan yang dimiliki membantu kita untuk lebih rendah hati dalam memandang kemampuan kita sebenarnya." (hlm. 94)
"Dunia di sekitar kita dibentuk oleh keputusan-keputusan yang lahir dari pemikiran, atau persepsi terhadap dunia, dari mereka yang berpartisipasi. Ketika kita menolak untuk ikut urun dalam membentuk dunia nyata, kita sedang membiarkan orang lain yang berpartisipasi untuk membentuknya." (hlm. 178)
Melalui buku ini, penulis juga menyisipkan berbagai konsep menarik yang pernah ia pelajari saat berkuliah di Universitas Harvard. Seperti konsep perkembangan pribadi seseorang yang terdiri dalam lima tahap: diri impulsif, diri instrumental, diri terisolasi, diri penggubah, dan diri bertransformasi. Dengan memahami konsep ini, setidaknya kita bisa lebih membuka diri untuk terus berproses menjadi lebih baik tanpa harus merasa dihambat oleh label tertentu.
Bukan buku pengembangan diri biasa. Pendekatan multidimensional yang dihadirkan dalam buku ini memberi banyak wawasan dan pandangan baru. Tema sosial, ekonomi, lingkungan, hingga kebangsaan juga turut dibahas di buku ini. Melalui pengalaman penulis dan berbagai referensi dari ragam buku dan kelas yang pernah ia ikuti saat berkuliah, kita bisa belajar banyak hal.
Membaca beberapa topik dan bab di buku ini mungkin akan terasa berat bagi yang belum terlalu familier dengan pembahasannya. Sehingga perlu mencernanya perlahan atau bahkan perlu membaca secara berulang.
Topik tentang empati juga sangat menarik di buku ini. Membantu kita untuk bisa berkomunikasi lebih baik dengan orang lain sekaligus membantu kita untuk berpikir lebih terbuka dalam interaksi sosial. Mengakui dan memahami perspektif orang lain menjadi kemampuan yang sangat penting dalam keseharian dan kehidupan.
Kalau selama ini kita sering bingung bagaimana cara berpikir kritis, buku ini bisa jadi referensi yang pas untuk mulai mempelajarinya. Cuplikan-cuplikan perjalanan hidup penulis yang disisipkan di buku ini juga menghadirkan banyak perspektif baru, seperti soal privilese hingga proses transformasi diri.
Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar sangat cocok dibaca oleh siapa saja yang ingin lebih memahami diri hingga belajar untuk menjadi pribadi yang lebih kritis. Lapisan demi lapisan pembahasan di buku ini mengandung banyak tema penting yang perlu dipahami sekaligus jadi bahan refleksi diri.