Melalui koleksi ini, Valentino intin mengajak untuk menyaksikan masa lalu sebagai sebuah ruang yang menyimpan jejak kehidupan yang hidup di dalamnya, serta melambangkan gagasan elitisme dan status. Namun, sebuah château hari ini bisa menolak sejarahnya, untuk dikalibrasi ulang. Foto: Document/Valentino.
Tanpa nama dan universal, château memiliki kesetaraan baru dan merayakan keindahan, keunikan, serta kebebasan. Foto: Instagram.
Château juga bisa berfungsi sebagai metafora untuk prasangka kolektif haute couture. Di dalam kompleksitas-kompleksitas arsitektur sebuah château, kompleksitas haute couture bisa dirasakan sebagai kesederhanaan murni yang kembali ditemukan. Foto: Document/Valentino.
Ideologi dasar couture diperjuangkan, mulai dari keahlian dan kekuatan individunya yang unik. Konsep ini kemudian diterjemahkan menjadi pakaian yang mencerminkan kepekaan kontemporer dan realitas modern. Foto: Document/Valentino.
Di koleksi Valentino kali ini, pakaian dibuat sangat sederhana, bergerak mengikuti tubuh, ramping mengikuti bentuknya, jahitannya dikurangi, tepat, dan terfokus. Seperti cita-cita masa lalu yang dibangkitkan dengan sikap masa kini. Foto: Document/Valentino.
Kain diringankan, memori dekorasi diabstraksikan, dan maksimalisme yang diminimalkan. Foto: Document/Valentino.
T-shirt berubah menjadi gaun pesta, jeans vintage Levi's 501 XX Big E berfungsi sebagai kanvas untuk sulaman berlapis emas, sedangkan jeans lainnya diciptakan baru. Denim dibuat dari manik-manik trompe l'oeil yang membangkitkan rasa ingin tahu, menuntut pemeriksaan lebih dekat untuk dipahami, sebuah pendekatan filosofi yang melambangkan koleksi ini secara keseluruhan. Foto: Document/Valentino.
Ketegangan dieksplorasi antara lingkungan dan sosok di dalamnya. Orang beralih dari keagungan interior ke kebebasan alam. Pakaian dalam koleksi Valentino ini melambangkan dualitas transisi ini. Foto: Document/Valentino.
Di sini, château menjadi arena amplifikasi gagasan, satu terbuka dan inklusif, untuk semua. Foto: Document/Valentino.