Fimela.com, Jakarta Antraks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama bacillus anthracis pada hewan yang dapat menular ke manusia. Meskipun kasus antraks pada manusia jarang terjadi, namun dampaknya yang serius dan berbahaya, membuatnya layak untuk dipahami dengan baik.
Dilansir dari World Health Organization (WHO), antraks adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh paparan bakteri bacillus anthracis. Bakteri antraks biasanya hidup di tanah dan hewan ternak, seperti sapi, domba, dan kambing. Namun, bakteri ini dapat menular ke manusia baik melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi, seperti kulit, daging, atau wol.
Gejala penyakit antraks pada manusia dapat bervariasi tergantung pada bagaimana bakteri masuk ke tubuh. Berikut ini adalah beberapa bentuk gejala antraks yang dapat terjadi:
1. Antraks kulit
Antraks kulit adalah salah satu bentuk infeksi antraks yang menyerang bagian kulit manusia. Gejalanya meliputi pembentukan lesi yang terlihat seperti bisul dengan daerah tengah yang mengeras dan membentuk kerak. Lesi ini umumnya muncul beberapa hari setelah paparan bakteri antraks.
Pada awal terjangkit, lesi antraks kulit mungkin terlihat seperti gigitan serangga biasa, tetapi seiring waktu, pembengkakan ini dapat berkembang menjadi lebih serius. Lesi biasanya berukuran sekitar 1 hingga 3 sentimeter dan dapat muncul di area yang terpapar langsung oleh bakteri antraks, seperti tangan, wajah, leher, atau lengan.
Ada pun gejala lain pada antraks kulit yang sering terjadi seperti nyeri, gatal, kemerahan, dan pembengkakan di sekitar lesi. Selain itu, lesi tersebut juga dapat mengeluarkan cairan yang kental dan berbau. Jika tidak diobati, lesi dapat memburuk dan menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih luas.
2. Antraks paru
Antraks paru merupakan bentuk infeksi antraks yang menyerang saluran pernapasan manusia. Gejala awal antraks paru mirip dengan flu, yang dapat membuatnya sulit untuk segera didiagnosis.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala antraks paru mungkin terlihat seperti gejala flu biasa. Namun, seiring perkembangan penyakit, gejala bisa memburuk dan kondisi pasien memburuk secara drastis. Infeksi ini dapat berkembang menjadi kondisi yang serius dan mengancam jiwa jika tidak segera diobati.
Gejala paru-paru yang lebih serius dapat muncul setelah beberapa hari atau minggu. Pasien mungkin mengalami sesak napas yang semakin parah, demam yang tinggi, batuk yang parah dengan dahak yang mungkin mengandung darah, nyeri dada yang intens, serta kelelahan yang berat. Jika antraks paru tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan gagal napas dan kematian.
3. Antraks usus
Antraks usus adalah bentuk infeksi yang menyerang pada saluran pencernaan manusia. Gejala yang terkait dengan antraks usus meliputi mual, muntah, diare yang berdarah, dan nyeri perut.
Pada antraks usus, gejala awalnya mungkin mirip dengan gejala flu atau masuk angin. Namun, seiring berjalannya waktu, gejala tersebut bisa memburuk dan menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.
Gejala umum yang muncul apabila terinfeksi antraks usus termasuk perasaan mual yang persisten, muntah, dan diare yang bisa mengandung darah. Nyeri perut yang hebat juga dapat dirasakan oleh penderita antraks usus.
Cara mengatasi antraks
Pencegahan dan penanganan antraks membutuhkan pendekatan yang serius dan cepat. Jika kamu mengalami gejala yang mencurigakan atau memiliki riwayat paparan yang mungkin terkait dengan antraks, segera hubungi tenaga medis. Diagnosa dini dan perawatan yang tepat sangat penting untuk kesembuhan yang optimal.
Dibandingkan mengobati, mencegah merupakan langkah baik yang harus kita lakukan sejak awal. Dilansir dari National Health Service (NHS), berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat kamu lakukan:
1. Menghindari kontak dengan hewan yang terinfeksi atau produk hewan yang terkontaminasi
2. Melakukan vaksinasi pada hewan ternak yang rentan terhadap antraks
3. Menggunakan perlindungan diri, seperti masker dan sarung tangan, saat berinteraksi dengan hewan yang berpotensi terinfeksi
4. Menghindari mengonsumsi daging yang tidak diolah dengan baik atau terkontaminasi
5. Selalu cuci tangan sebelum maupun sesudah makan, setelah menyentuh hewan, atau menyentuh barang-barang kotor.
*Penulis: Amelia Septika.