Fimela.com, Jakarta Tren film bertemakan horor kembali menjadi primadona di industri perfilman dalam beberapa tahun belakangan. Seolah memanjakan pasar film horor yang sedang tinggi, banyak rumah produksi yang kemudian mengangkat cerita-cerita urban legend ke layar lebar. Namun, hal yang sedikit berbeda berlaku pada film berjudul Kutukan Peti Mati.
Baru saja secara resmi merilis official trailernya, film persembahan Balai Pustaka yang di produksi oleh Adroit Indonesia itu menjadikan novel berjudul Sarchophagus Onrust yang menceritakan tentang tragedi sejarah yang pernah terjadi di Kepulauan Onrust. Irham Acho Bahtiar selaku sutradara menilai hal tersebut menjadi salah satu daya tarik film berbeda yang dibintangi oleh Yoriko Angeline itu jika disejajarkan dengan film-film bergenre serupa.
"Sebenarnya saya menghindari beberapa genre horor yang horor murni seperti pocong-pocongan, kuntilanak, begitu. Justru yang saya dapatkan di cerita ini, di novel Sarcophagus Onrust ini suatu horor yang unik yang tidak seperti horor lainnya,” ungkap Irham Acho Bahtiar dalam keterangannya.
Padukan Kisah Nyata dan Hal Fiksi
Lebih lanjut, Acho menjelaskan jika film Kutukan Peti Mati memiliki jalan cerita yang unik karena memadukan sebuah kejadian sejarah yang pernah terjadi dengan sebuah cerita fiksi. Menurutnya, hal itu yang membuat film tersebut menjadi menarik untuk ditonton.
"Nah itu yang menurut saya di Indonesia jarang diangkat. Adanya unsur fantasi itu yang saya suka, dan tidak terlalu banyak hantu-hantu yang biasanya orang bilang sudah terlalu biasa, begitu. Kalau di sini ceritanya lebih banyak menjual tentang misteri teka-teki dan punya hantu-hantu yang cukup unik, yang jarang ada. Itu yang membuat saya tertarik waktu melihat cerita ini,” bebernya.
Padukan Bintang Muda dan Nama Senior
Film Kutukan Peti Mati sendiri dibintangi sejumlah aktor dan aktris muda yang seperti Yoriko Angeline (Susan), Aliff Alli (Bram), Cristina Danilla (Maria Van de Velde), dan Eryck Amaral (Jan Koenraad) yang dipadukan dengan beberapa nama senior seperti Donny Damara (Prof. Daniel), Dewi Rezer (Prof. Tarina), Mathias Muchus (Pak Ibrahim Kakek Susan), Egi Fedly (Hasan), Ray Sahetapy (Dr. Victor). dan Wina Marino (Ibunda Susan).
Acho menyebut jika memimpin produksi yang memadukan banyak pemain lintas generasi merupakan sesuatu yang menyenangkan dalam perjalanan karirnya sebagai sutradara. Meski begitu, tetap saja ada tantangan yang harus ditaklukkan saat proses pembuatannya.
"Yang justru menurut saya sulit adalah ketika mengarahkan para pemeran figuran orang asing. Orang-orang asing itu cukup banyak di sini. Jumlahnya puluhan hingga ratusan. Semua dibawa ke Pulau Onrust dan mereka di-briefing di sana. Dikarenakan Onrust itu pulaunya agak jauh, jadi harus menginap. Kita akhirnya mendirikan tenda-tenda seperti tenda tantara. Semua menginap disitu di tenda itu,” pungkasnya.