7 Tips Menerapkan Gaya Parenting yang Positif Pada Anak

Anisha Saktian Putri diperbarui 11 Okt 2024, 14:39 WIB

Fimela.com, Jakarta Ketika ingin memiliki anak menang sebagai orangtua harus benar-benar siap, sebab ada banyak tantangan dalam membesar anak. Terutama difasebayi dan balita, yang merupakan golden age di mana kita harus benar-benar memerhatikan makanan yang dikonsumsi hingga pola asuh yang baik. 

Maka saat mengajarkan anak dibutuhkan pola pikir yang tepat untuk mengatasi setiap tantangan dalam membesarkan menjadi anak yang cerdas dengan prilaku yang baik. Salah satu yang bisa diterapkan ialah pola asuh positif. 

Pengasuhan positif adalah pendekatan yang berfokus pada pembangunan koneksi dan pengajaran keterampilan untuk mencegah perilaku yang menantang dan meningkatkan kerja sama. Dalam pendekatan pengasuhan positif, tujuannya adalah untuk memberdayakan harga diri anak melalui hubungan orangtua-anak yang saling menghormati.

Lalu apa manfaat pola asuh positif? Beberapa manfaat dari gaya pengasuhan positif termasuk mengurangi stres pada orangtua, meningkatkan kesehatan mental anak, hubungan orangtua-anak yang lebih kuat, lebih konsisten antara pengasuh, dan praktik disiplin yang kurang keras/tidak konsisten. 

Melihat banyak manfaat tersebut, berikut ini beberapa tips mengasuh anak secara positif, melansir huckleberry.com

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Temukan momen yang berkualitas

Ilustrasi momen bersama anak, copyright shutterstock/220 Selfmade studio

Anak-anak melakukan lebih baik ketika mereka merasa lebih baik. Di dunia yang serba cepat saat ini, mudah untuk menemukan diri kita terganggu dengan ponsel atau orangtua yang sibuk bekerja hingga lupa quality time bersama anak. 

Baiknya, luangkan 10 - 15 menit di mana orangtua dapat menghabiskan satu waktu dengan anak (ponsel tidak diperbolehkan). Orangtua dapat terlibat dengan si kecil seperti bermain dengan mainan yang  disukai, membaca buku atau hanya menyanyikan beberapa lagu atau bermain game dengan banyak sentuhan fisik dan kontak mata. Dengan mengisi “cangkir” emosional anak, ia akan merasa lebih terhubung dan nyaman ketika saatnya tiba untuk mempelajari keterampilan baru atau mengalami koreksi.

2. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan

Anak-anak bergantung pada kita hampir sepanjang tahun pertama kehidupan, tetapi akan tiba saatnya ketika anak kompeten untuk mulai menemukan suara dan kepribadian yang unik. 

Alih-alih terus-menerus memberi tahu si kecil apa yang harus dilakukan, mulailah mengajukan "pertanyaan rasa ingin tahu" untuk membantu si kecil merasa terlibat.Orangtua dapat menanyakan hal-hal seperti: "buku mana yang ingin baca?" atau “di mana kami harus meletakkan pakaian kotormu?” Ini akan membantu anak menemukan suaranya dan merasa mengendalikan situasi tertentu.

3. Tawarkan pilihan yang sesuai

Berbicara tentang kontrol, balita sama sekali tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi padanya sehari-hari, dan ini bisa sangat membuatnya kesal. 

Tawarkan pilihan yang tepat dalam situasi yang berbeda sehingga balita merasa lebih memegang kendali! Jika berpakaian sulit, tawarkan dua pilihan kaos dan beri tahu bahwa dapat memilih. 

3 dari 3 halaman

4. Antisipasi adalah kuncinya! Buat rutinitas dan gunakan alat bantu visual

Ilustrasi parenting/copyright shutterstock

Anak-anak kecil belajar paling baik melalui pengulangan dan konsistensi. Pastikan orangtua memiliki rutinitas yang tenang dan konsisten untuk aktivitas seperti makan dan tidur. 

Saat anak berusia sekitar 15 bulan, dapat mulai memasukkan alat bantu visual seperti yang menunjukkan rutinitas anak dalam bentuk gambar. Juga dapat memasukkan pengatur waktu visual dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu mengantisipasi kepada anak bahwa akan ada transisi (seperti mematikan TV).

5. Tetapkan batasan dengan ketegasan dan kebaikan

Pengasuhan yang positif mendorong pengaturan batas yang sehat - si kecil membutuhkan batasan. Pastikan orangtua menetapkan batasan dengan cara yang terhormat, dan jangan menyebutkan konsekuensi logis apa pun yang tidak dapat ikuti. Saat menetapkan batasan, orangtua dapat memvalidasi emosi anak dan mengingatkannya tentang apa yang dapat dilakukan.

Jika anak meminta sebatang coklat sebelum makan malam, dapat mengatakan: “Cokelat batang tidak ada dalam menu saat ini, dapat memilih untuk memiliki apel atau pisang sebagai camilan.” Batasan yang dinyatakan secara tegas tetapi positif akan mengurangi perebutan kekuasaan dan lebih efektif.

6. Jadilah kompas emosional anakmu

Sebagai orang dewasa, kita dapat mengatur emosi kita, tetapi anak yang sedang berkembang masih belajar bagaimana melakukannya. Anak-anak memiliki sesuatu yang disebut neuron cermin, yang merasakan tindakan fisik, ekspresi wajah, dan emosi serta membantu otak meniru apa yang dilihatnya. 

Jika mencoba menenangkan anak di tengah amukan toko, cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan tetap tenang. Jika bereaksi dengan merasa khawatir, anak akan merasakan bahwa ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan karenanya menjadi lebih kesal.

7. Waspadai perilaku yang sesuai dengan perkembangan

Bersabarlah dengan anak dan dengan dirimu sendiri! Waspadai perilaku yang sesuai dengan perkembangan. Ketika kita memiliki harapan yang realistis tentang perilaku anak kita, mengasuh anak menjadi perjalanan yang lebih mudah. Misalnya, orangtua dapat mendorong anak untuk berbagi, tetapi penting untuk mengetahui bahwa mereka mungkin tidak melakukannya sendiri untuk beberapa waktu. Berbagi membutuhkan latihan dan pengendalian diri, dan ini membutuhkan waktu.