Selama kurang lebih 60 menit Auditorium Galeri Indonesia Kaya ramai dengan suara tawa penonton. Komedi khas Sunda yang menjadi ciri dari kelompok sandiwara Miss Tjitjih mampu memberikan kesegaran dari pertunjukan seni yang ditampilkan. [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Pertunjukan Kuntilanak Mangga Dua bercerita tentang seorang pemuda pekerja keras bernama Tisna. Bersama Acih kekasihnya, setelah menikah mereka pindah ke Jakarta dan menempati rumah yang ternyata angker. [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Dalam pertunjukan ini Ary Kirana mendapat kesempatan memerankan sosok wanita bernama Acih. “Saya ditantang menjadi Acih, seorang perempuan Sunda. Ini mengasah kemampuan saya berimprovisasi tanpa skrip,” ujar Ary Kirana. [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Ary berharap kolaborasi ini dapat menghibur dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni. Satu pengalaman baru dan luar biasa bagi Ary Kirana yang kesehariannya berkecimpung sebagai penyanyi, presenter dan juga penyiar radio. [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Hal senada juga disampaikan oleh Renitasari Adrian selaku Program Director Galeri Indonesia Kaya. “Kolaborasi Ary Kirana dan Miss Tjitjih merupakan upaya kami mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda dengan sentuhan komedi.” [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Selain menghibur keduanya sukses menyampaikan pesan dan nilai kebudayaan kepada penikmat seni. “Kami harap, pementasan ini menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” lanjut Renita. [Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]
Sejarah didirikannya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berawal dari seorang gadis bernama Tjitjih. Gadis asli Sumedang, Jawa Barat yang bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih pada 1926. BBG Foto: Dok. Galeri Indonesia Kaya/Fimela.com]