Fimela.com, Jakarta Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 menjadi momentum penting dalam memberikan perubahan besar untuk lingkungan terkait permasalahan limbah sampah yang menumpuk. Kini, bukan saatnya untuk masih memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan, melainkan beranjak masuk ke tahap bagaimana strategi sirkular ekonomi guna mengembangkan solusi berkelanjutan untuk memilah dan mengolah sampah, termasuk sampah plastik.
Sampah merupakan isu permasalahan penting yang banyak dialami oleh belahan dunia. Berdasarkan Bank Dunia, total sampah plastik di dunia menginjak 242 juta ton dan terbanyak disumbang oleh Asia Timur dan Asia Pasifik sebesar 57 juta ton, dilanjut oleh kawasan Eropa dan Asia Tengah 45 juta Ton, dan Amerika Utara 35 juta ton. Melihat angka tersebut, menunjukkan betapa seriusnya permasalahan limbah sampah ini jika jumlahnya terus bertambah dan berakhir di TPA. Pasalnya, dengan jumlah yang besar tersebut tentunya akan membawa dampak yang besar baik untuk lingkungan maupun ekosistem jika tidak tertangani dengan baik.
Hewan-hewan laut dan satwa liar dapat terperangkap, tercekik, dan tertelan oleh sampah plastik yang di mana dapat mengakibatkan kematian. Hal ini akan memberikan kerugian besar pada sistem perekonomian. Tercemarnya sungai dan danau juga memberikan efek negatif berkurangnya pasokan udara dan air bersih, sehingga menurunkan kualitas hidup makhluk sosial.
Oleh karena itu, salah satu perusahaan personal care, Unilever, mengadakan diskusi virtual dengan mengangkat tema #BeatPlasticPolution untuk membahas strategi mengatasi sampah plastik demi lingkungan lestari bebas polusi sekaligus mendorong sirkular perekonomian.
What's On Fimela
powered by
Manfaatkan bank sampah untuk mengurangi polusi
Saat ini pengelolaan sampah plastik masih belum dikelola dengan baik. Terlihat pada rata-rata sampah plastik berukuran meso mencapai 16,3% dan berukuran makro sekitar 15,5% yang ditemukan di laut dan badan perairan. Sifatnya yang non biodegradable tidak hanya bahaya untuk pencemaran lingkungan saja, melainkan juga kehidupan masyarakat akibat polusi yang dihasilkan oleh limbah sampah.
“Kita sudah membentuk Bank-Bank sampah dan sudah banyak sekali kerja sama dengan aplikasi pengolahan sampah yang bisa mengambil sampah plastik tersebut yang kemudian masuk kepada industri dan diproses kembali,” ujar Prima Mayaningtyas, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.
Prima Mayaningtyas juga menambahkan dalam mengelola pertumbuhan limbah sampah harus mengikutsertakan lima aspek, yakni aspek regulasi, institusi, teknologi, biaya, dan pemberdayaan masyarakat. Semuanya harus berjalan berdampingan sesuai dengan prinsip dan inovasi. Dengan teknologi yang semakin canggih, mengelola sampah pun tidak sulit seperti halnya zaman dulu. Ada teknologi namanya proses daur ulang yang bisa digunakan kembali.
“Menyelesaikan masalah lingkungan tidak hanya sekejap. Memerlukan upaya-upaya yang memang harus dilakukan di awal, mulai dari diri kita bersama-sama untuk menjaga lingkungan,” lanjut Prima Mayaningtyas.
Menyembuhkan perekonomian dan membuka tenaga kerja dengan sirkular ekonomi
Seperti yang diketahui, dalam pengelolaan sampah plastik harus dilakukan dengan segera dan membutuhkan uluran tangan beberapa lembaga penting. Unilever menangani hal tersebut dengan berperan aktif dalam upaya menerapkan sirkular ekonomi atau efisiensi sumber daya.
“Kami mempunyai komitmen untuk menciptakan planet yang lestari. Untuk itu, ada berbagai upaya yang kami lakukan dari dulu dalam penanganan plastik. Konsep yang kami pakai yang juga berputar pada sirkular ekonomi di mana kita bisa melakukan produksi dan juga menyampaikan produk kami ke konsumen secara subjektif,” papar Maya Tamimi, Head of Sustainable Environment Unilever Indonesia Foundation.
Upaya Unilever juga berlanjut dengan mendesain kemasannya sehingga produk bekas konsumen memiliki nilai yang dapat di daur ulang dan dipakai lagi. Tak hanya itu saja, mereka juga mengatakan tidak akan berhenti untuk memberikan edukasi pemberdayaan masyarakat yang akan menguntungkan baik untuk lingkungan maupun warga negara itu sendiri.
“Kami baca bisa sampai 593 sampai 638 triliun dari sirkulasi ekonomi itu, juga menciptakan 4,4 juta lapangan kerja baru. Jadi yang kita lihat bagaimana ini sangat penting buat Indonesia sekaligus juga para perempuan yang terlibat di dalamnya,” lanjut Maya Tamimi.
Pernyataan ini diperkuat oleh Rita Ningsih selaku Ketua Sub Kelompok Perencanaan Lingkungan DLH Provinsi DKI Jakarta, mengatakan bahwa sirkular ekonomi yang paling mendekati masyarakat biasanya melalui Bank Sampah, kegiatan mengumpulkan dan memilah sampah yang nantinya akan ditukarkan dalam bentuk uang.
“Justru saat ini trennya adalah memberikan peluang bisnis baru bagi siapapun yang berusaha di bidang pengelolaan sampah. Kini, sangat banyak ruang-ruang itu bisa terjadi dalam hal sirkular ekonominya, yakni membuka bisnis startup,” ujar Rita Ningsih.
Regulasi pemerintah dalam pengelolaan sampah
Ada beberapa upaya yang telah diterapkan oleh DKI Jakarta dalam hal pengelolaan sampah dari hulu, tengah, hingga hilir. Upaya ini dilakukan dengan mengeluarkan beberapa regulasi, yakni peraturan Gubernur nomor 77 tentang pengelolaan sampah di lingkup keluarga, peraturan Gubernur nomor 102 tahun 2021 terkait kewajiban baik bagi perusahaan maupun kawasan untuk melakukan pengelolaan sampahnya, dan peraturan Gubernur nomor 142 tentang kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan untuk membatasi timbulnya sampah kantong belanja plastik.
Seorang influencer dan juga Pegiat Gaya Hidup Hijau, Dila Hadju, memberikan pengalamannya dalam melindungi lingkungan dari sampah plastik. Dimulai dari hal terkecil seperti mengajak teman untuk bersantai di taman, sehingga membuatnya menciptakan rasa nyaman ketika berada di alam lingkungan bersih. Dila juga menambahkan diperlukannya aksi kolaborasi untuk menerapkan kehidupan zero waste atau bebas sampah.
“Kita tidak hanya butuh beberapa orang saja yang menjalani gaya hidup zero waste dengan sempurna, tetapi yang kita butuhkan adalah jutaan orang peduli. Dimulai dari berusaha untuk menjalani gaya hidup zero waste dengan tidak sempurna, tidak apa-apa yang penting mulai dari langkah terkecil, perlahan nanti bisa membesar bahkan bisa mengajak orang lain juga untuk lebih ramah lingkungan.” tutup Dila Hadju.
*Penulis: Balqis Dhia.
#Breaking Boundaries