Cara Mengatasi Kecemasan akan di-PHK atau Layoff Menurut Ahli

Novi Nadya diperbarui 05 Jun 2023, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Mendengar desas-desus pemutusan hubungan kerja PHK atau layoff di lingkungan kantor pasti akan membuat kita gelisah. Seperti para pekerja di Amerika, hampir 80 persen karyawan takut akan keberlangsungan pekerjaan karena kekhawatiran akan resesi.

Kecemasan yang terus-menerus tentang kehilangan pekerjaan tidak hanya mengecilkan hati, tapi juga bisa berdampak signifikan pada kesejahteraan kita. Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa tidak aman dalam pekerjaan dapat berdampak negatif pada konsentrasi dan motivasi kita, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.

Hal itu disampaikan Melody Wilding, coach dan Author dari ‘Trust Yourself: Stop Overthinking and Channel Your Emotions for Success at Work’ dalam tulisan di Harvard Business Review. Dan yang terburuknya, kecemasan akan bayang-bayang PHK bisa menjadi ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.

Yaitu jika kamu merasa tidak berdaya dalam menghadapi pergolakan di perusahaan. Bisa jadi, kamu mundur dan menarik kembali segala upaya, yang bisa membuat kamu jadi kandidat kuat untuk di-cut.

Namun, ia juga melihat jika rasa tidak aman dengan PHK mendorong orang-orang untuk bekerja lebih keras dan lebih panik. Hal ini secara tidak sengaja dapat menandakan bahwa mereka kurang memprioritaskan dan memimpin diri sendiri- dua keterampilang yang dicari para pemberi kerja pada pekerja yang mereka pertahankan.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

1. Pisahkan Fakta dan Fiksi

Ilustrasi PHK (Foto: Shutterstock/Twinsterphoto)

1. Pisahkan Fakta dan Fiksi

Jangan mengambil kesimpulan dan asumsi sendiri. Klien Melody Wilding banyak melakukannya, misalnya saat si A mengirim email dan dijawab lebih lambat dari biasanya oleh bos, membuat si A paranoid tidak disukai dan salah menafsirkan perilaku bosnya sebagai bukti dia akan diberhentikan.

Sebaliknyam periksa fakta atau bukti yang menunjukkan kemungkinan PHK dan apakah kamu akan terpengaruh atau tidak.

Misalnya, apakah perusahaan meminta kamu menerapkan langkah-langkah penghematan biaya? Sudahkan perusahaan menerapkan pembekuan perekrutan? Apakah penjualan turun secara konsisten? Apakah beban kerja kamu lebih ringan dari biasanya?

Jika jawabannya sebagian besar “tidak”, maka kamu tidak perlu khawatir. Cobalah berpikir positif dan hempaskan beban pikiran yang tidak perlu.

3 dari 4 halaman

1. Ambil Tindakan Konstrukitf

Ilustrasi Pemecatan Karyawan Credit: pexels.com/Anna

Jika kamu merasakan tanda-tanda PHK, cobalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan nilai situasinya. Apakah proyek kamu bernilai tinggo? Apakah pekerjaan kamu menghasilkan pendapatan yang sesuai?

Apakah kamu ditugaskan sebagai inisiator yang dianggap penting oleh para pimpinan senior? Jika tidak, cobalah bicarakan dengan atasan untuk memodifikasi beban kerjamu. Hal ini juga bisa dilakukan untuk memupuk hubungan dengan pemangku kepentingan internal dan mendengarkan berita tentang reorganisasi atau restrukturisasi.

Lalu, jangan menunggu untuk mulai melibatkan kembali jaringanmu. Terhubung kembali dengan kolega dan atasan di tempat lama. Bergabunglah dengan kelompok profesi dan industri.

Luangkan waktu beberapa jam untuk memastikan resume, portofolio, dan profil LinkedIn selalu mutakhir. Bahkan jika PHK tidak datang, kamu akan merasa terhibur mengetahui jika kamu dapat bergerak kapan saja.

4 dari 4 halaman

3. Menyebarkan pesimisme defensif

Ilustrasi Karyawan Credit: pexels.com/Gustavo

 

Jadikan kekhawatiran sebagai keuntungan dengan mengeluarkan rasa takut kamu secara ekstrem. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang akan kamu lakukan jika di-PHK? Telusuri rencananya secara mendetail.

Antisipasi bagaiman kamu akan menghadapi hambatan seperti keuangan, perawatan kesehatan, dan mencari pekerjaan baru. Ini mungkin terdengar seperti latihan yang suram, tapi bisa sangat ampuh.

Penelitian menunjukkan, bahwa melatih respons kamu secara mental pada situasi terburuk, membantu kamu memanfaatkan kecemasan. Alih-alih membiarkannya membuat kamu selalu cemas dan menyakiti.

Buatlah strategi yang dikenal sebagai pesimisme defensif. Membuat rencana darurat menciptakan persepsi kontrol di tengah situasi yang tidak pasti.