4 Bahaya Melakukan Diet Ketat

Fimela Reporter diperbarui 15 Jun 2023, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Diet merupakan hal yang dilakukan oleh beberapa orang dengan membatasi pengonsumsian makanan tertentu untuk berbagai tujuan seperti penurunan berat badan atau mengurangi risiko penyakit tertentu. Diet dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengubah pola makan menjadi sehat. Namun, tidak hanya mengubah pola makan, kamu juga perlu menyeimbanginya dengan pola hidup sehat seperti melakukan aktivitas fisik atau olahraga.

Pastikan selama melakukan diet, kamu tetap memenuhi nutrisi dan gizi yang dibutuhkan tubuh dalam membentuk energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Diet memiliki ragam jenisnya seperti diet mediterania, diet intermittent, diet vegan, hingga diet golongan darah sehingga kamu dapat tinggal memilih dan menyesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

Namun, pastikan kamu melakukan diet yang sehat supaya tidak menimbulkan sakit seperti tidak menetapkan tujuan yang tidak realistis sehingga memaksakan tubuh terlalu ketat. Melakukan diet memang tidak memberikan hasil secara instan, melainkan secara bertahap atau berprogress sehingga dibutuhkan komitmen yang kuat supaya tidak melakukan diet yang gagal atau ketat.

2 dari 3 halaman

Bahaya melakukan diet ketat

Ilustrasi Bahaya Melakukan Diet Ketat, Salah Satunya Dehidrasi. Foto: pexels.

Hasil yang tidak kunjung terlihat terkadang membuat seseorang menjadi melakukan diet yang ketat untuk mencapai tujuan dalam waktu singkat. Namun, ternyata diet ketat dapat menimbulkan beberapa bahaya seperti yang dilansir dari health.usnews.com:

Tubuh menjadi dehidrasi

Pengonsumsian kalori atau karbohidrat yang merupakan sumber energi pertama yang dibakar tubuh sebelum lemak atau biasa disebut glikogen dapat menjadi faktor tubuh menjadi dehidrasi. Glikogen sendiri merupakan bentuk karbohidrat yang disimpan di hati dan otot. Pada setiap gram karbohidrat terdapat 3 gram air yang melekat sehingga dengan membakar semua glikogen, tubuh akan kehilangan banyak air dan membuatnya menjadi dehidrasi. 

Memengaruhi gula darah

Tubuh yang tidak mendapatkan asupan karbohidrat, protein, lemak, dan serat secara stabil di sepanjang hari akan memberi pengaruh pada kadar gula darah seseorang karena tidak ada yang menjaga kadar gula darah dan insulin agar tetap stabil. 

Otot menjadi rusak

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menurunkan berat badan dengan cepat akan membuat kamu kehilangan otot sekitar tiga kali lebih banyak daripada mereka yang menurunkan berat badan dengan perlahan.

Metabolisme menjadi lambat

Memiliki otot yang lebih sedikit akan membuat metabolisme menjadi turun secara otomatis. Hal tersebut, menunjukkan berarti tubuh akan membakar lebih sedikit kalori ketika berjalan, berbicara, bahkan berolahraga sehingga metabolisme tubuh pada akhirnya akan turun cukup rendah dan ketika kamu berhenti menurunkan berat badan atau diet, metabolisme akan selalu lebih lambat daripada sebelum melakukan diet ketat.

3 dari 3 halaman

Efek samping negatif dari beberapa diet

Ilustrasi Efek Samping Negatif dari Beberapa Diet. Foto: pexels.com/pixabay.

Selain memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, diet juga memiliki efek samping bagi tubuh. Berikut beberapa diantaranya yang dilansir dari eatingwell.com.

  1. Masalah pencernaan. Mengurangi asupan karbohidrat berarti membatasi jumlah serat yang dikonsumsi setiap harinya seperti buah-buahan, biji-bijian, dan sayuran dapat menyebabkan masalah pada sistem pencernaan seperti sembelit dan diare.
  2. Tingkat energi rendah. Pembatasan pengonsumsian karbohidrat dapat membuat kamu menjadi mudah mengantuk, kelelahan, hingga menyebabkan perubahan suasana hati. 
  3. Masalah hormon. Membatasi asupan akan memberikan tekanan serius pada tubuh. Selain itu, diet rendah karbohidrat juga akan meningkatkan pasokan kortisol pada tubuh yang berdampak negatif pada suasana hati, siklus menstruasi, dan tiroid.
  4. Berat kembali ke awal. Sebaiknya dalam melakukan diet, kamu tidak hanya membatasi pengonsumsian makanan tertentu, tetapi mengubah pola hidup yang dapat terus diterapkan. 

 

*Penulis: Fani Varensia.