Fimela.com, Jakarta Secara umum, mungkin yang kamu ketahui untuk mengatasi nyeri sendi pada lutut harus diatasi dengan operasi. Namun, ternyata nyeri lutut juga dapat diatasi tanpa melakukan tindakan operasi melalui alternatif pilihan terapi yang dapat mengembalikan kualitas hidup pasien. Klinik Flex Free merupakan klinik rehabilitasi medik khusus di bidang muskuloskeletal yang mengembangkan teknik penyembuhan nyeri lutut tanpa operasi.
Dalam mengatasi nyeri sendi termasuk nyeri lutut, Klinik Flex Free telah menyediakan beberapa layanan seperti injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, terapi regeneratif seperti Prolotherapgy, Platelet Rich Plasma (PRP) Muskuloskeletal, dan Secretom. Namun, sebelum menjalankan layanan-layanan tersebut, kamu perlu untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis rehabilitasi medik seperti yang disediakan oleh Klinik Flex Free untuk dapat menentukan tindakan dan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
“Klinik Utama Flex Free merupakan klinik praktek Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang sudah berpengalaman baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk pelayanan kesehatan khusus muskuskeletal (otot, tulang dan sendi) dan saraf kejepit. Dengan visi menjadikan klinik rehabilitasi muskuloskeletal yang pertama, serta sebagai pusat rujukan rehabilitasi medik regional, nasional maupun internasional dalam bidang rehabilitasi neuromuskuloskeletal. ” ujar dr. Arief Soemarjono, Sp.KFR, FACSM, Ketua Komite Medis, CEO Klinik Flex Free.
What's On Fimela
powered by
Layanan Klinik Flex Free
Klinik Flex Free yang berlokasi pada The Bellezza Shopping Arcade, lantai dasar unit SA58-60, Permata Hijau, Kebayoran lama, Jakarta Selatan, saat ini memiliki misi yaitu ingin membantu para penderita gangguan nyeri dan kelainan otot, tulang, sendi, tulang belakang, hingga saraf kejepit agar dapat kembali bergerak bebas dan leluasa tanpa nyeri. Selain itu, mereka juga dapat mengembalikan kualitas hidup yang baik tanpa harus melakukan tindakan operasi yang memerlukan waktu penyembuhannya.
Penanganan rehabilitas medis yang memiliki sifat holistik dan meliputi beberapa rehabilitasi lainnya seperti preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga Klinik Flex Free selalu mengembangkan layanan terbaiknya untuk permasalahan lutut seperti injeksi pelumas sendi dengan bantuan USG Muskuloskeletal, dan terapi regeneratif seperti Prolotherapy, Platelet Rich Plasma (PRP) muskuloskeletal, ataupun secretom.
“Cedera dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Pada saat kita olahraga, bekerja, saat melakukan hobi, misalnya menari, bahkan pada aktivitas sehari-hari seperti berjalan juga tetap ada risiko. Lutut merupakan bagian tubuh cukup berisiko terutama untuk kegiatan- kegiatan yang banyak melibatkan berdiri, berjalan, berlari dan melompat. Olahraga lari misalnya, atau basket, badminton, tennis, merupakan olahraga yang sering dilakukan dan memiliki risiko yang cukup tinggi untuk terjadi cedera. Hobi yang berisiko cedera misalnya menari. Tari tradisional yang banyak melibatkan aktivitas setengah jongkok juga berisiko cedera. Banyak penari yang mengira bahwa aktivitas tersebut aman-aman saja, tapi sebenarnya berisiko tinggi untuk mengalami cedera. Selain itu, hobi bercocok tanam dengan posisi jongkok dalam waktu lama juga memiliki risiko. Tidak jarang, cedera terjadi pada aktivitas berjalan, khususnya bila permukaan tanahnya tidak rata atau pada aktivitas naik turun tangga. Cedera pada lutut dapat terjadi pada jaringan pengikat (ligament), bantalan (meniscus), tulang rawan, otot dan sebagainya. Menentukan bagian yang cedera sangat penting, karena akan mengarahkan pada tatalaksana yang tepat. Anamnesis (tanya jawab dokter-pasien), pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG serta pemeriksaan Xray, CT Scan dan MRI sangat berperan penting. USG saat ini tidak hanya digunakan untuk pemeriksaan kehamilan saja, namun dapat untuk memeriksa kondisi lutut. USG memiliki kelebihan yaitu tidak memerlukan ruang khusus, tidak ada radiasi, dapat dilakukan pada saat pasien ketemu dengan dokter sehingga kondisi yang diperiksa real saat itu juga, serta dapat membantu mengarahkan dalam melakukan tindakan seperti injeksi,” ujar dr. Ferius Soewito, Sp.KFR, AIFO-K, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, Klinik Flex Free.
Proses Tatalaksana
“Bertambahnya usia merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, semua makhluk hidup akan bertambah usia seiring berjalannya waktu. Proses penuaan menyebabkan terjadinya berbagai proses degeneratif di tubuh, termasuk sendi lutut. Penyakit degneratif pada sendi disebut Osteoarthritis (OA), yang dikenal luas pada masyarakat dengan sebutan pengapuran sendi. OA merupakan suatu kondisi yang sangat sering ditemukan pada usia lanjut. OA merupakan tipe arthritis yang terbanyak, dengan angka kejadian kasus OA lutut sebesar 240 per 100.000 orang tiap tahun. Prevalensi osteoarthritis di Indonesia meningkat seiring dengan usia, yaitu sebesar 5% pada individu berusia lebih kecil dari 40 tahun, 30% pada usia 40 – 60 tahun, dan 65% pada usia lebih besar dari 61 tahun. Prevalensi OA lutut sebesar 15,5% pada laki – laki dan 12,7% pada perempuan. Faktor risiko OA diantaranya adalah usia, jenis kelamin, genetik, aktivitas fisik, obesitas, trauma. OA merupakan suatu penyakit yang sangat membebani kualitas hidup penderitanya, dan dapat menyebabkan disabilitas. Pada OA terjadi kerusakan pada sendi secara menyeluruh, dapat melibatkan tulang rawan sendi, bantalan sendi (meniscus), ligament dan tulang itu sendiri,” ujar dr. Reggy Trialetta Injo, Sp.KFR, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Klinik Flex Free.
Proses tatalaksana yang tepat menjadi suatu hal yang sangat penting mulai dari tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti Xray, MRI, USG, hingga terapi yang diberikan. Biasanya USG lutut dilakukan guna melihat struktur-struktur di lutut yang tidak terlihat pada Xray dan tentunya memiliki biaya yang lebih murah daripada MRI. Pemeriksaan USG juga merupakan sesuatu yang aman dan memiliki kelebihan dibanding yang lainnya karena merupakan pemeriksaan real time dan dapat dilakukan secara dinamis sehingga struktur yang diperiksa dapat digerakkan untuk melihat suatu kelainan yang lebih jelas. Selain itu, USG juga dapat membantu dalam pelaksanaan terapi injeksi yang tepat pada sasaran.
*Penulis: Fani Varensia