6 Sisi Positif dari Gaya Parenting ala Budaya Jepang

Fimela Reporter diperbarui 23 Agu 2024, 14:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidiknya, membesarkannya, dan melindunginya. Memiliki anak bisa menjadi hal yang sulit. Sifat-sifat mereka yang emosian, rewel, dan suka membantah bisa dipengaruhi dari faktor bawaan orangtuanya ataupun gaya parenting yang salah. 

Setiap orangtua memiliki gaya parenting yang berbeda-beda. Sebagian besar mereka mengikuti gaya asuh dari budaya yang dianut. Gaya parenting bisa bersifat pribadi dan bergantung pada pendirian masing-masing orangtua. Terlepas dari tiap-tiap preferensi, masih ada banyak hal yang dapat dipelajari dan diterapkan dari orangtua lainnya. Belakangan ini, gaya parenting orang Jepang menjadi sorotan dan populer di kalangan orangtua. Mereka terkenal dengan gaya asuhnya yang tegas, disiplin, dan tidak memanjakan anaknya. Menjadikan sang anak menjadi seseorang yang mandiri dan tanggung jawab adalah prinsip orangtua Jepang.

Terlihat perbedaan antara gaya parenting budaya Indonesia dengan budaya Jepang. Kita, sebagai orang Indonesia cenderung lebih memanjakan anak dengan menuruti semua hal yang mereka minta. Justru dengan melakukan hal ini anak akan lebih mudah marah jika tidak dituruti keinginannya. Sementara pola asuh orang Jepang condong lebih keras dan menekankan kedisiplinan yang tinggi pada anaknya. Mungkin beberapa akan melihat ini terlalu kejam dan merasa kasihan pada anak tersebut. Faktanya, pola asuh seperti ini akan membangun kepribadian anak yang kuat dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi kerasnya dunia. Di bawah ini ada beberapa sisi positif dari gaya parenting orangtua Jepang. 

2 dari 4 halaman

Keluarga adalah segalanya

Budaya Jepang memiliki kedisiplinan yang tinggi. (pexels.com/@ketut-subiyanto)

Keluarga adalah segalanya. Ketika membahas mengenai anak, para orangtua Jepang mengambil topik tersebut dengan sangat serius. Mereka menerapkan pola asuh anak secara mandiri tanpa adanya bantuan pengasuh atau kerabat dekat. Hal ini juga terlihat bahwa orang Jepang sebagian besar tidak membutuhkan asisten rumah tangga. Orang Jepang dengan mudah membesarkan anak-anaknya sejak lahir hingga tumbuh dewasa karena mereka percaya ini adalah cara terbaik untuk mendidiknya. Dalam budaya Jepang, mereka ingin sang anak tumbuh besar dengan kehadiran ibu di sampingnya. Maka dari itu, ikatan emosional antar ibu dan anak sangat terlihat dalam budaya Jepang. 

Kedisiplinan yang tinggi

Sudah menjadi rahasia umum jika orang Jepang terkenal dengan kepatuhan dan kedisiplinannya yang kuat. Gaya parenting orangtua Jepang sangat menekankan rasa hormat dan sopan santun terhadap aturan. Anak-anak diajarkan untuk menghormati otoritas, termasuk orangtua, guru, dan sesama manusia. Membangun sifat disiplin pada anak akan menguntungkan anak tersebut di kemudian hari. Mereka akan lebih bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikannya. Selain itu, gaya parenting budaya Jepang juga lebih mengutamakan disiplin pribadi dibandingkan omelan publik. Jika anak berperilaku buruk di depan umum, maka orangtua akan lebih memilih tempat pribadi untuk mengatasi permasalahan tersebut. 

 

3 dari 4 halaman

Menerapkan otoritatif demi masa depan anak

Seorang ibu sedang memberikan bantuan anaknya yang sedang belajar. (pexels.com/@august-de-richelieu)

Otoritatif adalah salah satu pola asuh yang sangat efektif diterapkan pada anak. Ini adalah cara membimbing dan mendidik anak untuk hidup dalam standar moral tertentu. Pola asuh otoritatif ini memadukan unsur-unsur otoritas dan kontrol yang seimbang dengan pemahaman dari orangtuanya. Dalam kata lain, otoritatif mengajarkan anak untuk mencapai tujuan yang jelas di masa depan. Ini dilakukan dengan menetapkan harapan pada anak dan selalu memberikannya dukungan moral. Oleh karena itu, hal ini yang menjadi alasan mengapa orang Jepang sangat pintar, sebab adanya penetapan tujuan yang jelas dari dorongan orangtua mereka. 

Menjaga keharmonisan sosial

Walaupun terkadang orangtua memiliki pola asuh yang keras, namun mereka tetap mengajari anak untuk membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar. Seorang anak diajari untuk hidup berdampingan dalam suatu komunitas dengan damai. Para orangtua membantu anak-anaknya tersebut untuk belajar bagaimana menghadapi masalah dengan cara yang tepat, tanpa adanya gangguan keharmonisan. Alih-alih berbicara secara terang-terangan dan bersikap kasar,  mereka lebih memilih untuk menjaga sopan santun. Pola asuh ini juga akan membangun rasa kepedulian dan empati anak terhadap sesama.

 

4 dari 4 halaman

Tidak membicarakan masalah dengan orang lain

Bento box makan siang yang menggugah selera anak-anak. (pexels.com/@ngqah83)

Sebagian besar orang Jepang memiliki sifat tertutup. Sebenarnya ini bukanlah hal yang buruk, apalagi dalam urusan keluarga. Menceritakan masalah yang terjadi dalam keluarga atau kesulitan mengasuh anak satu sama lain bukan ciri khas orangtua Jepang. Mereka hanya saling berbagi kepada kenalan terpercaya. Selain itu, mereka beranggapan bahwa membicarakan prestasi atau kegiatan anak sebagai hal yang buruk. Namun ini bukan berarti mereka tidak bangga atau tidak peduli dengan prestasi yang diraih anaknya, melainkan mereka ingin menghindari sifat kesombongan. 

Populer dengan bekal bento box

Salah satu budaya Jepang yang sangat digemari dan banyak dilakukan oleh orang Indonesia, yaitu membuatkan anak bento box. Orang Jepang terkenal dengan asupan makanan mereka yang sehat, dilengkapi dengan semua kebutuhan nutrisi.

Budaya ibu Jepang selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan kotak bekal yang biasanya berisikan nasi, lauk, sayur, dan rumput laut. Tak lupa dengan berbagai hiasan yang cukup untuk memikat anak-anak. Hal ini dilakukan agar anak rajin mengonsumsi sayuran untuk membantu memperkuat sistem kekebalan mereka.

 

*Penulis: Balqis Dhia.

 

#Breaking Boundaries