Fimela.com, Jakarta Berawal dari pandemi yang meningkat mengakibatkan berhentinya Andora sang owner dari pekerjaannya saat itu di Australia dengan ditambah visanya sudah habis jangka waktunya sehingga mengharuskan ia kembali ke Indonesia. Memiliki latar belakang yang berbeda dengan bisnis aksesoris-nya yaitu perhotelan, tidak menjadi penghalang bagi Andora dalam menjalankan dan mengembangkan Shopatandie.
Andora sejak dulu memang suka mencoba untuk mengotak atik urusan yang berhubungan dengan fotografi atau melukis pada bidang handmade. Selain itu, banyaknya akun-akun luar negri yang membuat anting dari clay dan ditambah hobinya Andora yang suka mengoleksi anting, tetapi sulit menemukan yang cocok dengan dirinya menjadi faktor berdirinya Shopatandie.
Pemilihan nama Shopatandie sendiri berdasarkan keinginan owner yang tidak ingin memberikan nama yang terlalu spesifik dengan clay supaya jika ada kesempatan dapat mengembangkannya ke medium lainnya. Shopatandie juga dipilih karena keinginan Andora yang ingin memberikan sesuatu bersifat personal bagi dirinya dari bisnis sehingga ia memasukkan nama Andie, nama panggilan dari teman-temannya pada bisnisnya.
Baru Jalan 2 Tahun, Shopatandie Telah Menjual Lebih dari 200 Model
Mengawali bisnisnya, Andora memilih anting menjadi produk pertamanya. Selain anting, ia juga sempat menjual kalung walaupun tidak rutin karena memang peminatnya lebih banyak pada anting dan acrylic holder sebagai tempat penyimpanan anting untuk koleksi. Seiring berjalannya waktu hingga saat ini, Shopatandie telah memiliki 200an lebih model yang terjual per bulannya lebih dari puluhan buah bahkan terkadang menyentuh angka 100.
Dengan design yang berasal dari berbagai inspirasi seperti film, hal yang dilihat ketika berpergian, dan lainnya. Namun, beberapa kali, Andora juga turut melakukan kolaborasi sedikit dengan para followers dengan memasukan saran dari mereka. Sejauh ini, Shopatandie hanya menerima custom warna dengan design yang telah ada.
Menyediakan produk bagi orang yang menyukai aksesoris yang lebih bold, lebih besar, dan lebih mencolok serta pemberian warna yang berani menjadikan ciri khas bagi Shopatandie.
Tantangan Mencari Orang-Orang yang Memiliki Ketertarikan Akan Bidang Ini
Tantangan tentu juga dilalui oleh Andora sebagai Shopatandie yang hingga kini hanya menjalankan bisnisnya sendiri. Tantangan yang dirasakan baginya adalah sulitnya menjangkau orang-orang yang benar-benar menyukai aksesoris atau produk yang dibuatnya dan semua itu tentu butuh proses. Selain itu, sulitnya menjalankan bisnis sendiri terkadang juga turut menjadi hambatan bagi dirinya karena harus membagi waktu untuk menyelesaikan orderan dan juga harus melakukan promosi pada sosial media.
“Jadi memang harus nyari orang-orang yang komunitas sendiri yang bener sukanya seperti ini dan itu butuh proses sih dari sekarang. Caranya itu sendiri lewat sosial media, itu salah satu kendalanya juga karena susah banget orang megang sosial media contohnya instagram, up to date, harus aktif, sedangkan aku kerjanya sendiri jadi terlalu sibuk bikin orderan jadi lupa harus aktif di Instagram,” ujar Andora, owner Shopatandie.
Namun, walau begitu tantangan terus dihadapi oleh Andora untuk mengembangkan bisnisnya supaya semakin maju. Oleh karena itu, Andora berharap ke depannya Shopatandie dapat menjual barang lainnya tidak hanya anting dari clay, tetapi juga aksesoris lainnya atau bahkan aksesoris rumah. Selain itu, Andora juga berharap jika Shopatandie menjadi suatu brand sendiri tidak hanya dikenal sebagai toko yang menjual aksesoris, ia ingin membuat brand-nya memiliki kesan personal bagi customernya sehingga bukan hanya sekedar brand toko, tetapi juga brand komunitas yang memiliki ketertarikan yang sama akan produknya.
“Semoga aku bisa expand ke medium lain ya, medium lainnya juga belum tau apa cuma aku lama udah pengen expand ga cuma jualan anting clay aja, cuma ga terlalu jauh gitu, masih dalam bidang aksesoris juga atau aksesoris rumah. Lalu, walaupun sebagai brand sendiri, semoga ga cuma dipikir hanya sebagai toko jual aksesoris, aku pengen bikin sepersonal mungkin ke masing-masing customer aku yang beli. Jadi biar kita yang bikin komunitas sendiri orang-orang yang beneran suka koleksi atau suka bidang style yang sama jadi kayak gitu aja sih, ga cuma dibilang brand toko cuman juga jadi brand komunitas yang punya interest yang sama aja gitu,” tutup Andora.
*Penulis: Fani Varensia