Fimela.com, Jakarta Pagelaran koleksi busana telah menjadi warisan dan budaya di seluruh dunia, memberikan peluang bagi para desainer pendatang maupun desainer ternama untuk memperkenalkan koleksi hasil karyanya kepada masyarakat dan mengekspresikan karakteristik masing-masing desainer. Ini memberikan kesempatan kepada para desainer untuk mempresentasikan eksplorasi dan eksperimen artistik mereka sekaligus menjadi platform baru untuk komunikasi dengan audiens.
NADJANI, salah satu merek pakaian lokal milik anak bangsa yang berfokus pada busana muslim, berkolaborasi dengan Syagini Ratna Wulan, seorang seniman ternama sekaligus perancang busana. Pameran koleksi busana hasil kolaborasi NADJANI dan Syagini Ratna Wulan yang digubah ke dalam instalasi ruang dan objek-objek interaktif, tiga kelompok artikel dan sebuah Instalasi ‘ruang pakaian’ dibuat secara imersif untuk menjadi objek telaah sekaligus medium interaksi bagi pengunjung pameran.
Seluruh koleksi rancangan busana hasil kolaborasi NADJANI dan Syagini Ratna Wulan diletakkan di sebuah ruangan disebut dengan Dressing Room. Total 41 artikel pakaian dari tiga kelompok artikel yang dirancang dan dipasarkan dalam satu koleksi berjudul Amur adonis: NADJANI x Syagini, bertujuan untuk merayakan momen ‘persilangan’ dan juga karya-karya yang terlahir darinya.
Berangkat dari sebuah lini pakaian yang berfokus pada busana muslim dengan kapasitas produksi setara industri, NADJANI yang aktif dalam mengembangkan usahanya melalui proyek kolaborasi dengan berbagai perancang grafis atau seniman untuk koleksi-koleksi khusus di setiap tahunnya, pada kesempatan ini bertaut secara langsung dengan praktik studio seni yang tumbuh dari keseharian Syagini sebagai seorang perupa. Menariknya, disiplin desain lah yang hadir sebagai titik temu di mana kedua entitas praktik tersebut berpadu.
Koleksi busana yang bercermin pada tradisi Islam klasik
Sejak 2011 silam, NADJANI telah memposisikan koleksi pakaiannya sebagai ‘plastis’, memberikan keleluasaan kepada desainer/seniman tamu untuk mengolah secara bergantian koleksi desainnya. Cara ini sejalan dengan keunikan NADJANI sebagai busana muslim yang mengedepankan aplikasi printed fabric di dalam desainnya.
Bagi mereka, potongan material adalah rentang berat yang dapat dengan bebas mengakomodasikan berbagai presentasi karya artistik. Meski tidak sepenuhnya anikonik, pendekatan ini bisa kita lihat sebagai cerminan tradisi Islam klasik, yang kerap mencetak pola geometris isotropis untuk merepresentasikan kedalaman makna bentuk (form) ataupun sifat pencipta yang tak terhingga. Pola-pola gambar dalam kerangka ini merupakan abstraksi dari rasa keindahan yang alasannya tidak perlu dijelaskan secara empiris atau digarap menjadi cerita tertentu, cukup dinikmati dan diyakini oleh setiap orang yang menyentuhnya.
Masih satu frekuensi yang sama dengan NADJANI, karya artistik Syagini pun berada pada ranah abstrak yang terbentuk dari olahan visual berbasis kesadaran aritmatik. Pilihan kesenian tersebut sedikit banyak dapat menggambarkan ketertarikan Syagini terhadap operasi pola, warna atau susunan properti bahan tertentu untuk memantik suatu nilai keindahan. Selain dapat membawa kesan yang sarat terkaan, karya abstrak Syagini di sisi lain pun dapat mengandung muatan yang lebih universal lagipula ‘siap pakai’, karena ia selalu terbuka terhadap persepsi dari berbagai pihak dalam berbagai ruang maupun waktu.
Mengimplementasikan karya seni Syagini pada busana pakaian
Dari seluruh 41 artikel yang dirancang, terdapat setidaknya tiga pola desain yang digubah ke dalam beberapa varian warna dasar dan beberapa bentuk jahitan berupa outer, jacket, gaun dan celana. Hasil kolaborasi terlihat pada karya seni Syagini yang dipindahkan pada pola konstruksi dan permukaan tekstil superior seperti corduroy, moscrepe, polyamide dan kain toyobo.
Warna-warna terang menjadi kosakata (atau kodifikasi) primer dalam pengolahan koleksi yang terinspirasi Bunga Amur Adonis, yaitu bunga perennial yang merekah di awal musim semi sebagai penanda datangnya harapan baik juga keberuntungan. Permainan warna dan elemen geometrik khas karya Syagini di sini disikapi sebagai matriks dua dimensi yang kemudian mendefinisikan karakter tampak pada bagian-bagian pakaian.
Dapatkan pengalaman baru layaknya 'berganti' di ruang pakaian
Pameran Dressing Room akan digelar di Selasar Pav oleh Selasar Sunaryo Art Space. Melalui inisiasi resminya di awal tahun 2023, Selasar Pav akan dikembangkan sebagai ruang pamer beserta ekosistem pendukungnya untuk memproduksi pengetahuan seni terapan, desain, arsitektur, dan kerajinan.
Para pengunjung yang datang akan merasakan pengalaman baru seakan-akan ikut ‘berganti’ menggunakan mantel khusus sebelum masuk ke ruangan Dressing Room. Melihat Dressing Room sebagai ruang persilangan berarti memahaminya juga sebagai ruang yang partisipatif. Layaknya sebuah kamar ganti, ruang peraga ini dirancang sebagai tempat untuk menyimpan koleksi pakaian, berdandan, atau sekedar memandang busana yang dimiliki. Di ruangan ini lah terjadi ‘persilangan’ warna, pola, citra, jenama ataupun rupa-rupa gaya melalui instrumentasi pakaian.
Busana dianggap sebagai konstruksi semiotik, sedangkan kamar ganti ini dianggap sebagai konstruksi fisik yang hadir untuk mendukung persilangan NADJANI dan Syagini, beserta segala interaksi yang ditawarkan. Dengan berjalan masuk ke dalam ruang peraga, para pengunjung kami undansekali lagi untuk menikmati koleksi Amur Adonis: NADJANI x Syagini sebagai objek telaah, sembari berbaur di antara balutan corak-corak dan cetakan-cetakannya.
*Penulis: Balqis Dhia.
#Breaking Boundaries