Fimela.com, Jakarta Siapa yang menyangka bahwa daun kelor, yang seringkali dianggap sebagai tumbuhan liar yang tak berguna, bisa memiliki begitu banyak manfaat bagi kesehatan? Namun, dibalik kepopulerannya sebagai bahan makanan dan obat-obatan tradisional, masih banyak mitos dan fakta yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat luas. Yuk, simak artikel ini untuk mengetahui lebih jauh tentang daun kelor dan kesehatan!
1. Mitos: Daun kelor dapat menyebabkan keracunan pada tubuh manusia
Fakta: Daun kelor aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan keracunan pada tubuh manusia. Dilansir dari National Center for Biotechnology Information (NCBI) daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Oleh karena itu, tidak perlu takut untuk mengonsumsi daun kelor, tetapi pastikan untuk memperhatikan takaran yang tepat untuk mendapatkan manfaat yang optimal bagi kesehatan tubuh.
2. Mitos: Daun kelor dapat mengurangi kadar gula darah
Fakta: Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor dapat membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes. Namun, konsumsi daun kelor juga harus disesuaikan dengan dosis yang tepat dan disertai dengan pola makan dan olahraga yang sehat.
Berikut fakta daun kelor untuk kesehatan
3. Mitos: Daun kelor dapat mengurangi berat badan
Fakta: Meskipun daun kelor dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan metabolisme tubuh, namun tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa daun kelor dapat membantu menurunkan berat badan secara signifikan. Salah satu cara efektif untuk menurunkan berat badan yaitu kombinasi antara olahraga teratur dan pola makan yang sehat.
4. Mitos: Daun kelor dapat menyembuhkan berbagai penyakit
Fakta: Meskipun daun kelor memiliki kandungan nutrisi yang sangat baik untuk tubuh, namun tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa daun kelor dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Dilansir dari National Institutes of Health (NIH), daun kelor hanya dapat membantu mencegah berbagai penyakit dengan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
5. Mitos: Daun kelor dapat menghilangkan racun dalam tubuh
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa daun kelor dapat menghilangkan racun dalam tubuh. Namun, daun kelor dapat membantu meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan dengan memberikan kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh.
6. Mitos: daun kelor hanya dapat dikonsumsi dalam bentuk suplemen atau pil
Fakta: daun kelor dapat dikonsumsi langsung sebagai sayuran atau teh. Bahkan, beberapa makanan di beberapa negara, seperti Filipina dan India, menggunakan daun kelor sebagai bahan utama dalam masakan sehari-hari.
7. Mitos: daun kelor dapat menyebabkan masalah pada ginjal
Fakta: tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa daun kelor menyebabkan masalah pada ginjal. Sebaliknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun kelor justru memiliki efek positif pada kesehatan ginjal.
Amankah daun kelor dikonsumsi oleh ibu hamil?
8. Mitos: daun kelor tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil atau menyusui
Fakta: daun kelor dapat dikonsumsi dengan aman dalam jumlah yang moderat. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun kelor dapat memberikan manfaat kesehatan yang baik bagi ibu hamil dan menyusui.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal "Journal of Health Research" menemukan bahwa konsumsi daun kelor secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui. Selain itu, daun kelor juga mengandung zat besi, kalsium, dan vitamin C yang penting untuk kesehatan ibu dan bayi yang sedang dikandung atau sedang disusui.
Namun, seperti halnya makanan lainnya, konsumsi daun kelor dalam jumlah yang berlebihan juga tidak disarankan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan diare. Sebaiknya, konsumsi daun kelor dalam jumlah yang moderat dan sesuai dengan anjuran dokter atau ahli gizi.
Maka dari itu, sebagai ibu hamil atau menyusui, perlu mempertimbangkan konsumsi daun kelor sebagai salah satu alternatif makanan sehat yang bisa dimasukkan ke dalam menu sehari-hari. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu untuk mendapatkan saran yang tepat dan sesuai.
*Penulis: Amelia Septika.