Lebih Dalam Tentang Keseruan Pameran Sneakers Terbesar di Asia, Sneakertopia

Nabila Mecadinisa diperbarui 28 Apr 2023, 21:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sneakertopia merupakan pameran sepatu sneakers dan street culture fenomenal dari Los Angeles yang tahun ini digelar di Singapura. Menjadi wadah bagi pecinta sneakers, Sneakertopia didirikan oleh produser peraih Emmy Award, Steve Harris dan pengusaha teknologi asal Silicon Valley, Steve Brown di tahun 2019 sebagai ruang bagi para pecinta sepatu sneakers untuk saling berbagi hobi dengan pengunjung dari seluruh dunia. Diselenggarakan oleh SPACElogic yang bermitra dengan Gushcloud International dan SL Experiences, acara Sneakertopia kali ini bekerja sama dengan ArtScience Museum dan menjanjikan sebuah perayaan seni dan budaya dari sepatu sneakers yang luar biasa dan penuh warna. 

Tim Fimela berkesempatan mewawancarai Deborah selaku Curator di Exhibitions Department of ArtScience Museum beberkan secara detail mengenai keseruan Sneakertopia di ArtScience Museum. Penasaran seperti apa? Simak wawancaranya berikut ini. 

2 dari 5 halaman

Singapura menjadi lokasi pameran

Pameran sneaker terbesar Sneakertopia akan hadir di Korea Selatan.

F: Mengapa Sneakertopia memilih Singapura sebagai tempat terselenggaranya exhibition?

D: Singapura menjadi negara pertama di Asia, tempat Sneakertopia diselenggarakan kolaborasi oleh SPACElogic bekerja sama dengan ArtScience

Museum. Singapura selalu memiliki budaya sneakers dan seni jalanan yang khas, dan kami diberi kesempatan untuk menampilkan dua generasi seniman lokal bersama seniman internasional dari rangkaian pameran yang masih otentik. Momen berlangsungnya pameran ini bertepatan dengan momen ketika tren budaya ini dimulai sebagai subkultur yang telah memasuki budaya massa dan merek fashion kelas atas yang menampilkan sepatu sneakers. Pameran ini juga merupakan cara untuk mendemonstrasikan bagaimana budaya sneakers bersinggungan dengan hiburan, seni jalanan, teknologi, dan sebagainya. Sejauh ini, meskipun terdapat serangkaian konvensi sepatu sneakers dan acara ritel yang menampilkan berbagai sepatu sneakers, pameran sepatu sneakers dan seni jalanan berskala besar ini menjadi sebuah pendekatan baru.

 

3 dari 5 halaman

Karya seni paling unik

The Super Large Superstar (2023) by smoluk (credit to Marina Bay Sands)

F: Karya seni apa yang paling unik dihadirkan oleh perupa di Sneakertopia?

D: Meskipun terdapat sejumlah karya unik yang ditampilkan dalam pameran, saya akan menyebutkan dua karya yang keduanya berada di The Art + Sole Gallery. Zona ini menggambarkan para seniman yang telah menanamkan karya mereka dengan semangat luar biasa untuk sepatu sneakers. 

Pertama, seniman Prancis Smoluk yang membuat patung sepatu sneakers adidas Superstar sepanjang empat meter yang Ia beri nama The Super Large Superstar, di mana seluruh patung ini terbuat dari karton daur ulang. Beberapa karton dikumpulkan di seberang Marina Bay Sands dan diubah menjadi sebuah karya seni yang menakjubkan– yaitu sebuah siluet sepatu sneakers terbesar yang pernah dibuat Smoluk.

Selanjutnya, fashion stylist dan designer asal Singapura, Josiah Chua, menggunakan kombinasi suku cadang sepatu sneakers dan barang-barang fesyen yang tidak dapat dijual secara eceran karena adanya kerusakan kecill, dan mengubah kerangka kendaraan mobil Cadillac Coupe De Ville tahun 1960-an yang antik menjadi sofa kendaraan dua tempat duduk yang menarik. Kedua karya tersebut menyorot aspek keberlanjutan dan daur ulang dengan cara yang canggih dan kreatif.

 

DREAM 777 (2023) by Josiah Chua (credit to Marina Bay Sands)
4 dari 5 halaman

Karya terpilih

Mr. Sabotage’s collection of Air Jordan 1s, customised sneakers, collaboration sneakers, Korean-manufactured soles, workshop tools (credit to Marina Bay Sands)

F: Sebagai kurator, karakter karya seni seperti apa yang dipilih untuk masuk ke dalam Sneakertopia?

D: Dalam proses pemilihan seniman lokal, penelitian dan pencarian berlangsung dalam berbagai genre dari seni jalanan dan mode hingga musik dan desainnya. Faktor kesamaan yang dimiliki oleh semua seniman yang berpartisipasi adalah bahwa mereka tidak hanya memberi melabelkan diri sendiri di bawah satu kategori seperti, hanya 'seniman' atau 'perancang', melainkan sebagai seorang yang multi talenta dan bekerja di berbagai media dengan cara kolaboratif. 

Seniman tertentu seperti sneakers customiser legendaris dan desainer streetwear, Mr. Sabotage, membuka jalan bagi berkembangnya budaya sneakers di Singapura dan kami dengan senang hati mewakilinya. Merek SBTG-nya akan genap berusia 20 tahun ini, bersama butik sepatu sneakers di Singapura, Limited Edt. Pendiri dan CEO Limited Edt, Mandeep Chopra, dengan murah hati meminjamkan beberapa sepatu sneakers ikonik dari arsip pribadinya untuk dipajang di Sneakertopia. PHUNK, seorang kolektif seni dan desain juga menciptakan karyanya berdasarkan streetwear dan sepatu sneakers dalam karya desain awal mereka di pertengahan 90-an. Sementara itu, Kiat merupakan seorang DJ yang menciptakan soundtrack untuk Sneakertopia yang mencerminkan budaya hip-hop yang dinamis. Kami juga memprofilkan seniman dan para pekerja kreatif generasi saat ini yang membuat gelombang di kancah sepatu sneakers dan budaya jalanan termasuk Kristal Melson, Aeropalmics, dan soph O. 

 

5 dari 5 halaman

Hal yang berbeda di Singapura

JJ Lin's personal art collection in The Backlot Zone (credit to Marina Bay Sands)

F: Hal apa yang ditawarkan oleh Sneakertopia di Singapura yang berbeda dari tempat digelarnya event ini dari lokasi terdahulu?

D: Terdapat 17 seniman lainnyaasal Singapura yang karyanya ditampilkan di Sneakertopia bersama 13 artis internasional dari lokasi sebelumnya di Amerika Serikat! Beberapa karya yang ditampilkan ini menjadi karya yang terbaru dan belum pernah dilihat sebelumnya, termasuk karya video baru PHUNK berjudul Return of the Condor Heroes dan tampilan sepatu sneakers dari sepatu cetakan 3D oleh desainer Singapura, Pek Shun Ping, yang berbasis di Jepang dengan mereknya ALIVEFORM. Tidak hanya itu, Sneakertopia di Singapura juga menampilkan karya seni asli dari seniman kontemporer ikonik seperti salah satu godfather dari seni jalanan, Futura, dan seniman pertama yang melukis di Tembok Berlin, Thierry Noir. Terdapat juga koleksi sepatu sneakers dan karya seni yang dipinjamkan oleh superstar pop Asia JJ Lin, termasuk karya Banksy, Yayoi Kusama, dan Daniel Arsham.

 

Ke depannya, ArtScience Museum menghadirkan pameran yang berfokus pada perpaduan antara seni, sains, teknologi, dan budaya. ArtScience Museum menyisakan banyak ruang untuk keterbukaan dan eksplorasi untuk mencari topik yang akan diminati banyak audiens. Nantikan penawaran menarik lainnya!

 

#Breaking Boundaries