Menyikapi Inner Child yang Terluka, Harus Bagaimana?

Endah Wijayanti diperbarui 23 Apr 2023, 11:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Masih ingat dengan hal-hal menyenangkan yang pernah dialami saat masih kecil? Apa saja pengalaman yang membuatmu bahagia saat itu? Memiliki masa kecil yang bahagia jelas menjadi sebuah keberuntungan sendiri bagi kita. Namun, bagaimana kalau ternyata masa kecil kita lebih banyak dipenuhi ketidakbahagiaan?

Masa kecil yang tidak bahagia bisa memengaruhi cara kita memandang kehidupan dan mengenali harga diri kita saat tumbuh dewasa. Tidak pernah dikelilingi oleh orang-orang yang mengasihi kita sewaktu kecil bisa meninggalkan luka yang begitu dalam. Perasaan dikucilkan, diabaikan, dan tidak disayangi saat masih kecil bisa membuat diri kita tumbuh dewasa dengan inner child yang terluka.

 

 

2 dari 2 halaman

Memilih untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Bijak

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/BaanditStudio

Mengutip buku The Child in You, "When we talk about these childhood influences—which along with our genetic makeup, largely define our character and self-esteem—we are discussing a part of our personality referred to in psychology as the 'inner child'. In other words, the inner child represents the sum of impressions made on us as children—the good and the bad, experienced through our parents and other important figures."

Pengalaman dan hal-hal yang kita alami di masa kecil bisa memengaruhi karakter dan harga diri kita sebagai orang dewasa. Ada pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ada pengaruh baik dan pengaruh buruk yang kita dapat saat masih kecil.

Menyikapi sisi inner child yang terluka memang tak mudah, tetapi kita selalu punya pilihan ingin menjadi orang dewasa yang seperti apa.

Kita bisa memilih menjadi orang dewasa yang lebih bijak. Karena kita tak bisa mengubah masa kecil yang sudah menjadi bagian dari masa lalu, maka ada baiknya kita lebih fokus menjalani masa kini sebaik mungkin untuk merangkai masa depan yang lebih baik.

Kita bisa memilih menjadi orang dewasa yang mau mengupayakan kebahagiaan sendiri. Kalau memang butuh bantuan profesional untuk sembuhkan inner child yang terluka, izinkan dirimu untuk mendapatkannya bisa dengan menghubungi psikiater atau psikolog. Kalau masih sulit untuk berdamai dengan masa kecil yang menyakitkan, beri diri waktu dan proses untuk perlahan bisa memperbaiki keadaan.

Kita bisa menjadi pribadi yang lebih bijak dengan mau lebih mencintai diri sendiri. Tak lagi menyalahkan apa pun atau siapa pun, tetapi fokus untuk lebih menyayangi diri sendiri lebih baik lagi. 

Saatnya untuk memilih menjadi orang dewasa yang tumbuh dan berkembang lebih baik. Peluk erat dirimu kembali dan hadirkan senyuman untuk kembali melangkah ke depan dalam hidup.