Fimela.com, Jakarta Menciptakan keluarga dengan lingkungan sehat dan bahagia bukanlah perkara mudah. Hal ini dipengaruhi oleh aspek parenting yang diterapkan orang tua, perilaku anak, dan lain sebagainya. Meski orang lain terlihat bahagia, nyatanya sebagian dari mereka mengalami trauma yang diakibatkan keluarga.
Melansir dari Psychology Today tidak mudah untuk menciptakan keluarga yang bahagia. Rintangan akan selalu ada, namun bukan berarti tidak mungkin. Berikut tips untuk membangun hubungan keluarga yang harmonis dan bahagia.
What's On Fimela
powered by
1. Menyeimbangkan Pekerjaan dan Kehidupan Rumah Tangga
Sibuk dalam pekerjaan dan lupa akan kehidupan rumah tangga akan memberikan masalah baru. Tak hanya berdampak pada pasangan, namun juga pada anak. Keluarga akan merasa kurang perhatian sehingga timbullah perpecahan. Cobalah untuk mengelola kehidupan rumah tangga dan pekerjaan. Meski tak mudah, perubahan baik akan terasa karena waktu bersama keluarga terasa lebih banyak. Cara ini juga dapat memberi quality time bersama anggota keluarga yang membangun kedekatan.
2. Menetapkan Batasan
Banyak orang tua menetapkan batasan untuk anak agar terhindari dari bahaya. Tindakan ini tidak sepenuhnya salah, namun bila berlebihan malah akan membuat anak memberontak dan memperburuk hubungan orang tua dengan anak. Alih-alih memberi perintah, beri pengertian mengapa beberapa hal perlu dibatasi. Anak akan lebih mudah mengerti dan menghargai aturan yang diterapkan orang tua.
3. Komunikasi
Komunikasi adalah kunci utama yang terpenting baik dalam masa sulit maupun baik. Anak mungkin kesulitan untuk mengungkapkan perasaan mereka karena orang tua yang terlihat acuh. Tindakan ini akan berakibat pada retaknya kedekatan antar anggota keluarga. Untuk itu, cobalah menjadi pendengar yang baik untuk anak. Bila perlu, tanyakan lebih dulu pada anak.
4. Diskusi untuk Keputusan Bersama
Saat anak beranjak dewasa mulai paham akan keadaan keluarga. Baik ekonomi, hubungan orang tua, dan urusan lain akan lebih mudah dipahami anak remaja-dewasa. Saat keluarga mengalami masa krisis, cobalah untuk diskusi bersama dan ajak anak untuk ikut serta. Cara ini akan membuat anak merasa dihargai dan menumbuhkan empati untuk menjaga anggota keluarga yang lain. Keputusan berada di tangan ayah sebagai kepala keluarga, namun ibu dan anak juga memiliki hak untuk berpendapat.
5. Menemani pada Masa Sulit
Baik pasangan maupun anak pasti pernah mengalami masa sulit. Entah urusan kantor atau sekolah, temani mereka melewati kesulitannya. Sikap ini menunjukkan rasa menghargai, peduli, dan siap membantu.
Tidak ada keluarga yang sempurna. Namun dengan membangun kedekatan antar anggota keluarga, kendala apapun akan lebih mudah dilewati.
Penulis: Mufiidaanaiilaa A.S