Fimela.com, Jakarta Selama ini, yang kita tahu penderita autisme sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Mereka juga cenderung menyukai segala aktivitasnya sendiri. Autis atau biasa disebut autism spectrum disorder, merupakan sebutan bagi orang-orang yang mengalami gangguan pada sistem sarafnya.
Penting kita tahu, autisme bukanlah penyakit. Ini hanya sebatas gangguan perkembangan yang membuat seseorang lebih spesial dari orang-orang lainnya. Mengutip dari laman theasianparents.com, kondisi autisme dikaitkan dengan faktor genetika dan lingkungan. Biasanya, gejala ini bisa terlihat sejak si pengidap berusia sedini mungkin.
Gejala Autisme
Ada beragam gejala yang mudah dikenali dari anak ketika ia ternyata berpotensi mengalami autisme. Adapun gejala tersebut antara lain adalah:
- Tidak merespon ketika nama anak disebut atau dipanggil.
- Tidak merespon emosi orang lain dengan baik. Biasanya, anak akan tersenyum saat melihat orang lain tersenyum. Pada anak austime, ia tidak melakukannya.
- Seolah memiliki dunianya sendiri dan tak suka meniru orang lain.
- Menghindari kontak mata dan interaksi dengan orang lain.
- Mengalami keterlambatan bicara. Mereka juga cenderung mengalami kesulitan dalam berbahasa.
- Hiperaktif dan seolah tak memiliki lelah.
- Nada suara tidak biasa, umumnya sangat datar dan tidak ekspresif sama sekali.
- Enggan berbagi atau berhubungan dengan orang lain.
- Sering mengulang kata, gerakan atau kebiasaan.
- Rentan kurang memahami dan mengerti intruksi, perintah atau larangan dari orang lain. Bahkan dari orangtuanya sendiri.
Risiko Autisme Bisa Dilihat dari Wajah
Mengutip dari laman CBC News, studi yang diterbitkan dalam Molecular Autism menyebutkan jika risiko autisme bisa dilihat dari wajah anak. Studi yang dilakukan pada sedikitnya 64 anak laki-laki dengan kondisi autisme, serta 41 anak laki-laki tanpa autisme, ditemukan jika anak dengan autisme memiliki wajah yang berbeda. Studi yang dilakukan dengan memanfaatkan kamera 3D, dan dilakukan pemetaan 17 titik di wajah, para ahli menemukan perbedaan signifikan antara keduanya.
Studi menemukan anak dengan risiko autisme, umumnya memiliki wajah yang lebih lebar di bagian atas. Mereka juga memiliki bagian tengah wajah yang lebih pendek seperti bagian hidung, bibir serta pipi. Para ahli bahkan menemukan jika perbedaan wajah ini juga terjadi pada anak pengidap austime parah dengan anak autisme ringan.
Dari studi ini, para peneliti masih akan terus mengkaji ulang kenapa hal ini bisa terjadi. Anak autisme adalah anak spesial. Mereka pada dasarnya juga sama dengan anak-anak lain seusianya. Hanya saja, sebagai orangtua Mom perlu merawat dan menjaganya dengan lebih ekstra. Semoga informasi ini bermanfaat.