Fimela.com, Jakarta Ify Alyssa, penyanyi 26 tahun ini namanya tentu tak asing di telinga, mengingat suaranya sudah diperdengarkan kepada dunia sejak dirinya berada di bangku Sekolah Dasar. Selalu tahu yang dimau dan apa yang ingin dicapai, adalah gambaran singkat dari sosok Ify.
Seiring dengan tujuan yang ingin dicapai, Ify pun tak segan melangkah dan bekerja keras mewujudkan apa yang diinginkan lewat usahanya sendiri. Menurutnya, hasil yang sesuai rencana menjadi kepuasan tersendiri, kala ia bisa mewujudkan seluruh ide yang ada di dalam kepalanya.
"Asyiknya mengerjakan apa yang aku mau itu aku dapetin hasil apa yang aku mau juga, yang sesuai bayangan aku biasanya. Dan hasilnya juga lebih personal, kitanya lebih puas, lebih senang juga, nggak tahu kenapa ya walaupun capek banget pasti ngerjain semua sendiri tuh (lebih puas)," kata Ify Alyssa saat berbincang dengan FIMELA.
Bercerita tentang Ify dan musiknya, pelantun Semesta Menari ini menyebut saat penggarapan album atau konser, dirinya selalu memastikan bahwa apa yang tertuang di dalamnya adalah konsep dan ide darinya. Tak heran memang apa yang terlihat di permukaan selalu konsisten dengan gambaran diri Ify yang manis.
"Jadi aku kalau bikin atau mengkonsepkan sesuatu itu pasti memang datang dari aku sendiri. Entah itu album atau konser pokoknya semua ide itu pasti datangnya dari aku dan sebisa mungkin ketika ide itu sudah ada, aku mau sampaikan ke tim aku itu tuh sudah rinci semuanya," tutur Ify bercerita.
"Aku nggak pengen kayak mau bikin konser deh, tapi di satu sisi masih belum tahu (konsepnya). Aku pasti sudah tahu dengan ide-ide yang aku punya, sudah punya konsep di benak aku. Paling nggak realisasiinnya bareng tim nggak apa-apa, tapi ide awalnya tuh dari aku, memang kayak gitu sih biar lebih aku banget dan lebih puas juga," jelas Ify yang selalu bahagia terlibat dalam setiap proses karyanya.
What's On Fimela
powered by
Mengiringi perjalanan karier bernyanyinya yang dimulai sejak kelas 5 SD, Ify mengungkap rasa bahagianya bertumbuh bersama penggemar. Rasa haru pun memenuhi hatinya saat tahu lagu-lagunya bisa menemani hari-hari mereka.Untuk mengungkap rasa sayang dan terima kasih kepada penggemar, Ify berkomitmen untuk bisa memberikan sedikit waktunya untuk mereka diberbagai kesempatan.
"Setelah manggung sebisa mungkin aku luangin waktu untuk ngobrol, paling nggak foto bareng, nggak yang habis manggung pulang aja gitu. Aku tuh merasa bersalah kalau kayak gitu karena mereka udah effort datang, kadang beliin hadiah juga, masa sih aku nggak kasih sedikit perhatian? Atau simple ucapan terima kasih mungkin kalau memang lagi keos banget ya nggak bisa diapa-apain ya," tuturnya.
Tentang segala usaha kerasnya dalam bekerja, berkarya, mewujudkan mimpi dan hadir untuk penggemar, Ify tahu semua yang dilakukannya bukan sesuatu yang sekedar lewat. Menciptakan memori, menghadirkan kebahagiaan, juga kepuasan batin adalah sedikit hasil yang bisa ia petik dari perjalanan karier bermusiknya.
Tak sekedar bicara tentang karier, kepada FIMELA Ify Alyssa juga berbagi tentang kehidupannya, nilai hidup yang diyakini, juga bagaimana ia mencintai diri dan semuanya terangkum dalam kutipan wawancara berikut ini.
Musik dan Ify Alyssa
Di awal tahun 2023 Ify Alyssa merilis single terbarunya berjudul Semesta Menari, yang juga menjadi perkenalan musik barunya menuju album kedua. Berbincang tentang proses produksi Semesta Menari, Ify bercerita tentang bagaimana ia menemukan ide, penggarapan musik, juga kemandiriannya mengerjakan setiap detail proyek yang ia kerjakan, termasuk Pelita Lara Tour yang ia gelar di empat kota di Indonesia.
Pekerja keras yang selalu tahu keinginannya, berikut ini adalah wawancara lengkap FIMELA dengan Ify Alyssa.
Single Semesta Menari ini liriknya sengaja dibuat dengan kalimat yang sederhana, apakah ada alasan tertentu?
Itu mengalir saja sih, kebetulan aku lagi suka baca tulisan-tulisan yang mudah dicerna, dengerin lagunya juga yang kata-katanya lebih mudah dicerna. Ibaratnya kalau di album pertama aku lebih banyak pakai kiasan yang agak harus mikir beberapa kali, tapi di sini yang aku perhatikan dari hampir 5 lagu yang sudah aku buat, materinya untuk album kedua kata-katanya cenderung lebih mudah dimengerti. Tapi aku nggak ada maksud membuat album kedua harus gampang, harus apa, nggak sih, mengalir gitu aja.
Lagu Semesta Menari ini terasa begitu berbunga dan penuh cinta, dalam penggarapannya ada sosok yang terbayang nggak dibenak kamu?
Aku cuma mencoba meng-capture rasa-rasa ketika zaman-zaman SMP yang masih kayak, gimana ya suka sama orang tapi malu. Jadi aku mencoba mengingat kembali walaupun aku lupa ya ketika SMP aku suka sama siapa. Tapi aku ingin melihat, meng-capture momen di zaman itu, makanya musiknya juga lumayan ter-influence era 2010an, karena aku memang tumbuh besar mendengarkan lagu-lagu musik Indonesia di tahun segitu.
Bagian paling seru dari penggarapan Semesta Menari?
Kalau di sini, prosesnya ada dua, aku menggarap musiknya dan juga music video-nya. Kebetulan memang ide dasarnya dua-duanya dari aku, jadi aku ngerjain dua-duanya. Untuk musiknya aku workshop di Bandung, kebetulan produser aku kan di Bandung, Kang Ari Renaldi. Jadi aku lumayan bolak-balik untuk workshop. Tapi workshop sih basic nya cuma sekali, sisanya kita by WhatsApp. Anak zaman sekarang sekali, tapi bisa sih ternyata walaupun banyak tantangannya.
Kemudian untuk menggarap music video-nya aku memang ingin menghadirkan kesan heart warming, terus kebetulan aku baru nonton video klipnya Lutfi Aulia yang Langit Favorit, waktu itu aku ngelihat kesannya tuh sederhana tapi dapat banget feel dan emosinya, dan dari situ kebetulan kebetulan Lutfi teman aku juga, jadinya aku kontak Lutfi. Alhamdulillah dia mau juga.
Soal Pelita Lara Tour, dari 4 kota yang di datangi apa yang paling berkesan untuk kamu?
Proses yang orang nggak tahu mungkin ya di baliknya. Sebenarnya prosesnya nggak mulus, nggak seperti yang tergambar di sosial media aku. Tapi Alhamdulillah berjalan mulus, sukses penontonnya senang.
Tapi di balik itu kan mereka nggak tahu ya drama-dramanya aku, kayak bawa barang juga sendiri karena memang yang jelas cuma (dikerjain) berdua. Untungnya kita di setiap kota dibantuin, ada tim dari tiap kota, jadi paling nggak ada yang bawain keyboard di sana. Cuma lumayan sih, lumayan banyak banget yang di bawa, terus juga perjuangan di setiap kotanya beda-beda, di mana ketika itu musim hujan parah, tapi Alhamdulillah pas aku nyanyi itu nggak pernah hujan. Aduh, bersyukur banget sih, banyak yang bantuin, ada tim yang suportif, terus juga penontonnya juga suportif banget.
Seberapa personal kamu dengan karya yang kamu buat? Apakah ada batasan tertentu?
Kalau untuk cerita, sebenarnya aku (dalam menggarap lagu) nggak harus semuanya based true on my story, dari beberapa laguku tuh banyak yang memang aku karang ceritanya, karena simply lagi pengen nulis tentang itu atau bisa juga cerita dari teman-teman, bisa cerita yang aku pernah dengar sebelumnya. Jadi aku bukan tipikal yang semuanya harus serba personal.
Dalam prosesnya, bagaimana Ify menemukan warna musiknya sendiri?
Sebenarnya untuk referensi musik dari kecil tuh terlalu luas ya sampai aku sendiri tuh bingung. Misalnya aku merilis lagu tuh mau yang genrenya apa? Mau yang kayak gimana? Karena aku suka banyak genre musik jadi bingung.
Sampai waktu itu pernah workshop bareng produser Ari Renaldi tahun 2015 lah. Kang Ari tuh bilang 'Ify, kamu maunya warnanya gimana? Terus aku tuh Belum tahu gitu lho, tapi aku cukup bersyukur sih aku masuk kuliah musik, referensi aku makin luas lagi, mulai mengerucut aku sukanya pop, flash pop, jazz jadi ya sudah gabungan ketiga itu saja kalau bikin lagu.
Mendukung kamu sampai hari ini, bisa digambarkan dukungan seperti apa yang orang tua kamu berikan?
Tidak bisa digambarkan. Ibaratnya nggak ada support dari orang tua, kayaknya nggak mungkin sekarang aku bisa kayak gini sih. Dari awal aku les musik pun awalnya memang karena Ayah dan Ibuku mlihat potensi itu di rumah.
Waktu itu awalnya cuman dari piano mainan, terus aku terlihat suka musik. Akhirnya orang tuaku bertanya 'Kamu mau coba belajar?' Aku bilang mau. Tiba-tiba dilesin piano dulu, tiba-tiba dilesin vokal juga, kayak udahlah nanti kalau nggak suka enggak apa-apa gitu.
Tapi aku suka dan anaknya konsisten banget dari dulu, bukan yang angot-angotan. Pokoknya kalau udah urusan musik nggak pernah bolos lah ibaratnya, mau (tempat) les itu tutup kadang tetap datang buat latihan, Ya Allah rajin itu dulu karena belum punya piano.
Akhirnya ketika mereka lihat aku serius, pianoku pertama dibeli saat aku kelas 2 atau 3 SD. Dari situ baru mulai terlihat beneran nih suka sama musik dan awal ikut ajang pencarian bakat juga memang didorong orang tua, tapi tetap terserah aku mau atau nggak, karena waktu itu dapatnya dari jalur sekolah musik. Jadi orang tuaku nggak nge-push u harus ini-itu, tapi memang diarahkan jalannya.
Aku bersyukur banget punya orang tua yang sangat suportif, bahkan di saat orang tua lain mungkin banyak yang nggak memperbolehkan anaknya yang sekolah seni, sekolah musik, aku bisa kuliah jurusan seni musik dan mereka bolehin aku asal serius di sini.
Totalitas Diri
Dalam berbagai proyek yang dikerjakan, Ify tak hanya memiliki konsep yang matang, tetapi detail kecilnya pun ia siapkan sendiri. Meski ada tim yang membantu, dalam prosesnya Ify selalu melibatkan dirinya.
Menurut kamu apa asyiknya mengerjakan sesuatu sendiri?
Asyik mengerjakan apa yang aku mau itu ya aku dapetin hasil yang aku mau, sesuai bayangan aku dan hasilnya juga lebih personal, lebih puas, lebih senang juga. Nggak tahu kenapa walaupun capek banget, pasti (maunya) ngerjain semua sendiri.
Apalagi kalau event di hari H, semuanya sudah harus perform, ngurusin yang belakang layar juga, sampai kayak flow penontonnya gimana aku pasti pikirin gitu. Aku juga mikirin saat mereka (penonton) lagi nunggu biar nggak bosen tuh gimana? Kayak gitu-gitu tuh aku pikirin. Jauh lebih senang sih (lihat hasilnya) daripada cuma ngelempar ke tim saja, senangnya juga ya pasti beda.
Apa yang membuat kamu bahagia saat bekerja?
Yang bikin bahagia adalah hasilnya. Menjalankan prosesnya juga enjoy, kadang tuh banyak hal-hal yang yaudah diketawain saja. Mungkin hal-hal kayak gitu yang bikin aku jadi kayak making memories dan di kemudian hari hal itu nggak bakal terulang lagi, aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan.
Bernyanyi sejak kecil dan lagu kamu ikut mengisi hari-hari banyak orang, bagaimana rasanya?
Terharu sih yang pasti karena pertama kali aku nulis lagu itu nggak ada ekspektasi harus gimana. Banyak banget hal-hal yang surprise bagi aku. Kayak lagu Dua Insan, lagu aku duet sama Mas Aditya Sofyan banyak banget dipakai untuk prewedding orang, untuk dipakai wedding. Sampai ada orang yang bilang belum belum ada calon suaminya aja bilang pengen pakai lagu itu wedding-nya, aku bacanya tuh terharu. Atau sesimpel orang yang bikin fan art pakai gambar-gambar untuk karya-karya aku itu rasanya luar biasa banget sih dan itu yang bikin aku semangat lagi.
Seberapa besar arti penggemar untuk kamu?
Penyemangat, karena kalau nggak ada mereka juga ya siapa yang mau dengerin lagu aku. Aku sadar itu banget sih. Setelah manggung sebisa mungkin aku luangin waktu untuk ngobrol, paling nggak foto bareng, nggak yang habis manggung pulang aja gitu. Aku tuh merasa bersalah kalau kayak gitu karena mereka udah effort datang, kadang beliin hadiah juga, masa sih aku nggak kasih sedikit perhatian? Atau simple ucapan terima kasih mungkin kalau memang lagi keos banget ya nggak bisa diapa-apain ya.
Berkarier dari kecil kamu juga bertumbuh bareng penggemar ya.
Kebetulan aku berkarir dari kelas 5 SD, jadi fans-nya banyak dari umur yang sama, dari 5 SD sampai sekarang tuh kadang kayak 'Kak, aku sudah mau nikah' oh my God kita bertumbuh bareng ya, beberapa ada yang sudah punya anak, mungkin yang dulu startnya aku pas 5 SD, mereka sudah SMA atau kuliah ya. Jadi sekarang kalau nonton kadang ada yang bawa anaknya. Jadi tumbuh bareng, senang banget sih.
Kamu juga sangat aktif di media sosial, kamu tipikal yang sangat memikirkan apa kata orang kah?
Aku lumayan kayak gitu sebenarnya. Tapi kita tahu ya mana orang yang asal bunyi, kelihatan lah dari komen-komennya. Kalau kayak gitu aku bodo amat dan pilih block aaja, daripada akunya capek. Kadang tuh ada yang DM berulang-ulang, hate comment, daripada akunya kepikiran dan nggak jelas aku block saja. Yang spam, iklan, nggak relate, sorry block aja.
Kalau disuruh menggambarakan, dirimu itu seperti apa?
Aku selalu tahu apa yang aku mau, tidak mudah menyerah sama konsisten.
Bagaimana cara ify mencintai diri sndiri?
Simpelnya sih dengerin diri sendiri. Kadang (tubuh) tuh memang bisa ngomong, kayak badannya bilang udah cukup deh, tapi kadang tuh otak kita bilang bisa. Sekarang aku lebih banyak mendengarkan tubuh sendiri. Kayak kemarin misalnya, aku pulang setengah 1 pagi, kayaknya masih bisa mau nge-repost Instagram tadi manggung, tapi aku memutuskan besok saja deh, sekarang harus tidur dulu. Sekarang lebih kompromi ke tubuh, kayak mau bangun lebih pagi, aku bilang ke tubuhku. Kayak gitu sekarang bisa.
Nilai hidup yang selalu dipegang Ify?
Yang paling aku pegang kayaknya usaha tidak akan menghianati hasil. Karena kalau aku leha-leha doang ya gimana mau mencapai goal yang selama ini aku pikirkan setiap hari, aku mau ini, aku mau itu.
Sekarang juga nggak ada orang yang ngingetin, kalau dulu misalnya ada label, ada manajemen yang nge-push. Sekarang tuh semua decision aku yang buat, jadi memang harus disiplin diri sendiri. Makanya aku selalu berpegang teguh usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Terakhir, pesan untuk sahabat FIMELA?
Menutur aku nggak ada halangan di tiap pekerjaan. Maksudnya jangan membatasi, misalnya mau berkarya di musik tapi nggak ada biaya, menurut aku itu ada solusinya. Kamu bisa barter sama teman kamu yang punya keahlian apa, kamu juga barter dengan keahlian kamu, begitu juga di bidang lain.
Untuk berbisnis misalnya nggak punya uang, cari siapa yang mau biayain dulu atau gimana. Pokoknya menurut aku semua ada jalannya aja sih tinggal kita mau atau nggak, karena kalau punya kemauan yang keras, pasti bisa.