Fimela.com, Jakarta Mendengar kata "kanker payudara" bisa terasa menakutkan. Berbagai macam kekhawatiran akan muncul jika tiba-tiba kita didiagnosis dengan penyakit ini. Namun, ada baiknya kita memahami lebih dulu soal kanker payudara khususnya kanker payudara herediter agar kita bisa lebih mawas diri dan bisa melakukan upaya terbaik untuk mencegahnya.
Kanker payudara herediter atau kanker payudara yang diakibatkan oleh faktor keturunan patut diwaspadai oleh anak dan anggota keluarga pasien. Sekitar 10% kanker payudara disebabkan oleh faktor gen yang rusak termasuk gen dari kanker payudara[i].
Kejadian Kanker Payudara Masih Sangat Tinggi
Kewaspadaan terhadap penyakit kanker payudara secara umum menjadi sangat penting mengingat hasil riset The International Agency for Research on Cancer yang mengeluarkan Global Cancer Incidence, Mortality and Prevalence 2020 atau yang kita kenal dengan GLOBOCAN 2020 menunjukkan bahwa kejadian baru kanker payudara di seluruh dunia menempati urutan pertama dengan sekitar 2,3 juta kasus baru dan 680 ribu kematian, sementara di Indonesia menempati peringkat terbanyak dengan kasus baru mendekati 66 ribu dan tingkat kematian lebih dari 22 ribu jiwa pada 2020.[ii]
Dalam diskusi bersama penyintas kanker payudara bertajuk “Waspada Kanker Payudara Herediter: Pencegahan dan Kesinambungan Perawatan”, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP dalam sambutannya mengatakan, “Kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia perlu disikapi secara serius, melalui peningkatan pengetahuan tentang faktor risiko dan pencegahannya. Kanker payudara herediter terjadi pada sekitar 10% kasus, dan hal tersebut perlu diwaspadai dan dicermati pasien, anak, keluarga secara menyeluruh, dan masyarakat.”
Pentingnya Deteksi Dini
“Kejadian kanker payudara masih sangat tinggi, dan anak serta keluarga dari pasien kanker payudara perlu melakukan deteksi dini serta lebih memperhatikan diri untuk mengurangi risiko terkena kanker, khususnya kanker payudara herediter,” lanjut Prof. Aru Sudoyo.
Medical Director Pfizer Indonesia, dr. Richard Santoso menyampaikan, “Kami senang dapat mendukung Yayasan Kanker Indonesia dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara herediter, sebagai bagian dari pilar “asah” dari program ASA DARA Pfizer Indonesia. Kejadian kanker payudara herediter sekitar 10% dari jumlah kanker payudara bukanlah angka yang kecil. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman lebih jauh tentang kanker payudara herediter, memahami faktor risiko dan meningkatkan kesadaran untuk melakukan proses screening berkala sehingga hal ini akan membantu untuk menurunkan angka kejadian di stadium lanjut.”
Memahami Penyebab Kanker Payudara Keturunan
Dalam paparannya, Dr. dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD, KHOM menjelaskan, “Penyebab kanker payudara keturunan adalah karena adanya mutasi pada gen kanker payudara, yang dapat muncul pada orang yang lebih muda usianya.” Penyebab paling umum dari kanker payudara herediter adalah mutasi bawaan pada gen BRCA1 atau BRCA2. Dalam sel normal, gen ini membantu membuat protein yang memperbaiki DNA yang rusak. Versi gen yang bermutasi dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal, yang dapat menyebabkan kanker.[iii]
Kanker Payudara Bisa Menyerang Perempuan dan Laki-Laki Lebih lanjut Dr. Nadia mengutarakan bahwa jika seseorang memiliki gen kanker payudara, maka ia mempunyai 50% kemungkinan untuk menurunkannya ke anaknya. “Perlu diwaspadai juga bahwa kanker payudara tidak mengenal gender, dapat menyerang baik perempuan maupun laki-laki,” ujar Dr. Nadia.
Rata-rata, seorang wanita dengan mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 memiliki peluang 7 dari 10 terkena kanker payudara pada usia 80 tahun. Risiko ini juga dipengaruhi oleh berapa banyak anggota keluarga lain yang menderita kanker payudara. Jika lebih banyak anggota keluarga yang terpengaruh, peluangnya akan lebih tinggi.[iv]
“Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar pasien kanker payudara tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga. Namun anggota keluarga yang memiliki kerabat dengan kanker payudara memiliki risiko lebih tinggi,” jelas Dr. Nadia.
Risiko Kanker Payudara Dapat Meningkat jika Terdapat Kerabat Tingkat Pertama
Memiliki kerabat tingkat pertama seperti ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan dengan kanker payudara, maka risikonya menjadi dua kali lebih besar bagi seorang anggota keluarga perempuan lainnya. Memiliki 2 kerabat tingkat pertama meningkatkan risikonya sekitar 3 kali lipat. Seorang perempuan dengan ayah atau saudara laki-laki yang pernah menderita kanker payudara juga memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.[v]
“Risiko kanker payudara herediter dapat meningkat jika terdapat kerabat tingkat pertama, seperti Ibu, saudara atau anak yang terkena kanker payudara pada usia muda,” imbuh Dr. Nadia. “Mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara pada kerabat dekat menjadi alasan tepat untuk segera berkonsultasi dengan dokter,” jelasnya.
Dr. Nadia menyatakan bahwa kejadian kanker payudara herediter ditemukan pada perempuan dalam rentang usia 41–50 tahun untuk karier mutasi BRCA1, dan dalam rentang usia 51–60 tahun untuk karier mutasi BRCA2. Untuk mengetahui jika seseorang mempunyai gen kanker payudara herediter, dapat melakukan tes gen BRCA. “Tes gen BRCA adalah tes darah yang menggunakan analisis DNA untuk mengidentifikasi perubahan berbahaya atau mutasi pada salah satu dari dua gen kerentanan kanker payudara — BRCA1 dan BRCA2. Orang yang mewarisi mutasi pada gen ini berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan populasi umum,” ulas Dr. Nadia.
Cara Mencegah Kanker Payudara
Jika kerabat dekat terkena kanker payudara, tidak berarti anggota keluarga lainnya pasti akan terjangkit kanker payudara, tetapi memiliki risiko yang lebih tinggi daripada orang lain. “Faktor keturunan tidak dapat diubah, namun gaya hidup dan faktor lingkungan dapat diatur untuk mencegah kanker payudara,” ujar Dr. Nadia.
Untuk mencegah terjangkitnya kanker payudara herediter jika seorang kerabat tingkat pertama terkena kanker payudara, segera lakukan skrining secara dini dan rutin. “Pengobatan dan operasi payudara juga dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara,” jelas Dr. Nadia.
Menutup seminar tentang kanker payudara ini, Dr. Nadia menekankan, “Terapkan pola hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, berolahraga secara rutin, dan menjaga berat badan ideal; dan jagalah kualitas dan harapan pasien beserta keluarga yang terkena kanker payudara, teruslah semangat, menjaga kesehatan emosional dan mental, saling memberikan dukungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter.
Daftar Pustaka
[i] John Hopkins Medicine. 2023. Hereditary Breast Cancer. Diakses pada 5 Maret 2023 melalui https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/breast-cancer/hereditary-breast-cancer
[ii] International Agency for Research on Cancer. 2020. Indonesia. Diakses pada 7 Maret 2023 melalui https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf
[iii] American Cancer Society. 2021. Breast Cancer Risk Factors You Cannot Change. Diakses pada 5 Maret 2023 melalui https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/risk-and-prevention/breast-cancer-risk-factors-you-cannot-change.html#:~:text=Having%20a%20first%2Ddegree%20relative,higher%20risk%20of%20breast%20cancer.
[iv] National Cancer Institute. 2021. BRCA Gene Mutations: Cancer Risk and Genetic Testing. Diakses pada 5 Maret 2023 melalui https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/genetics/brca-fact-sheet
[v] American Cancer Society. 2021. Breast Cancer Risk Factors You Cannot Change. Diakses pada 5 Maret 2023 melalui https://www.cancer.org/cancer/breast-cancer/risk-and-prevention/breast-cancer-risk-factors-you-cannot-change.html#:~:text=Having%20a%20first%2Ddegree%20relative,higher%20risk%20of%20breast%20cancer.