Stafsus Presiden Ayu Kartika Dewi Belajar Lebih Mendalam Soal Toleransi Hingga Terbang ke Prancis

Vinsensia Dianawanti diperbarui 08 Mar 2023, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi terpilih mewakili Indonesia untuk menghadiri King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (“KAICIID”) International Fellows Programme 2023. Ia juga menghadiri Orientation and Capacity-building Training yang bertempat di Strasbourg, Perancis pada 16-22 Februari 2023.

Program pelatihan ini dirancang untuk menghubungkan para pemimpin di bidang perdamaian perdamaian dan memperkuat keterampilan dialog antar agama. Diharapkan pelatihan ini membuat Ayu Kartika Dewi mampu memperluas jaringan dan mewujudkan kolaborasi yang efektif di antara para fellow.

Perwakilan yang hadir dalam forum internasional ini berasal dari 85 negara dan 11 agama dengan latar belakang beragam. Mulai dari pemuka agama, pendidik serta praktisi dialog antar agama. Indonesia sendiri nyaris tidak pernah absen dari kegiatan ini.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Indonesia selalu kirim perwakilan

Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi terbang ke Prancis untuk belajar soal toleransi lebih dalam

Berlangsung sejak 2015, Indonesia merupakan negara dengan jumlah fellow terbanyak di antaranya Alissa Wahid, Anak Agung Ayu Ari Widhyasari, Santa Surya, Mulyadi Liang, dan tahun ini diwakili oleh Ayu Kartika Dewi.

“Saya sangat bersyukur bisa terpilih mewakili Indonesia dan bergabung dalam jaringan KAICIID Fellowship 2023. Selama training, saya belajar banyak tentang pentingnya dialog antar iman dan dialog antar budaya untuk menjaga toleransi. Saya akan menerapkan apa yang saya pelajari dalam berbagai program kerja saya," ujar Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi dalam siaran pers.

 

3 dari 3 halaman

Bahas isu demokrasi

Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi terbang ke Prancis untuk belajar soal toleransi lebih dalam

Dalam forum, Ayu memperdalam lagi soal isu demokrasi, mulai dari rasisme, toleransi, hingga resolusi perdamaian. Ayu bahkan mendapatkan modul tentang peacebuilding dan transformasi konflik, desain proyek, mobilisasi mitra dan sumber daya serta advokasi konflik.

"Di pelatihan ini, saya bertemu dengan 21 aktivis perdamaian dari berbagai negara, mulai dari Mali sampai Italia, dari Nigeria sampai Costa Rica. Ada yang berprofesi sebagai akademisi, pemuka agama, dan ada pula yang bekerja di pemerintahan dan di bidang pendidikan. Sejak awal training, terasa sekali semangat toleransi dan kolaborasi di antara para fellow,” tambah Ayu.

Lewat pelatihan ini, Ayu diharapkan bisa menjadi lebih terampil dalam memfasilitasi dialog dan dilengkapi dengan kemampuan yang lebih tajam untuk mengedukasi komunitas tentang dialog antar agama.