Fimela.com, Jakarta Saat kamu berada dalam perbebatan sengit dengan pasangan, kamu mungkin tidak memikirkan hubungan antara pernikahan dengan kesehatan. Melewati perdebatan tersebut tanpa terluka secara emosional lebih mungkin menjadi fokusmu.
Namun, bahkan pernikahan terbaik sekalipun terkadang meninggalkan luka emosional. Ironisnya, pasangan dalam pernikahan yang bahagia mungkin lebih merasakan sengatan konflik negatif, daripada rekan mereka yang tidak bahagia, justru karena mereka bahagia.
Mereka lebih cenderung memastikan konflik berat semacam ini tidak menjadi pola, karena mereka tahu masalah seperti apa yang layak untuk menjadi fokus mereka. Pasangan ini telah belajar bagaimana mendiskusikan masalah yang lebih besar ketika konflik menjadi terlalu panas, atau setidaknya bagaimana berbaikan setelah pertengkaran yang tidak terkendali.
Kebahagiaan dan kesehatan yang baik
Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa orang yang menikah cenderung hidup lebih lama dan lebih sehat. Mereka memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik, tidak mudah sakit, dan sembuh lebih cepat.
Ini tidak berarti, bagaimanapun, bahwa pernikahan itu sendiri adalah obat mujarab untuk semua yang mungkin membuatmu sakit. Hanya karena kamu sudah menikah, bukan berarti kamu langsung sehat.
Apa yang dibawa pasangan ke pernikahan dan lakukan untuk satu sama lain bisa memberi manfaat atau menghilangkan manfaat kesehatan tersebut. Para peneliti berpendapat bahwa kualitas yang sama membuat orang lebih sehat dan lebih baik dalam mengatasi stres.
Sering berdebat, tidak sehat
Dalam studi longitudinal terhadap 373 pasangan selama 16 tahun pertama pernikahan, perselisihan sering berkorelasi dengan penurunan kesehatan, terutama pada pria. Studi tersebut menegaskan bahwa respon tubuh terhadap konflik yang sering terjadi bisa menyebabkan peradangan, peningkatan pelepasan hormon stres, dan penurunan fungsi kekebalan.
Dalam hubungan pernikahan yang tidak bahagia dan kesehatan, tekanan dari konflik yang terus menerus, ketidakpuasan, dan hal-hal negatif lainnya menjadi semacam pengaruh buruk. Adrenalin awal yang menyebabkan perasaan marah biasa, peningkatan tekanan darah, dan ketegangan otot hanya permulaan.
Setelah gelombang awal mereda, respon stres masih bekerja. Serangkaian respon neurologis, hormonal, otot, dan sistemik sedang bekerja, menjaga tubuh dalam keadaan waspada.
Kortisol tidak hanya meningkatkan nafsu makan, tapi juga memanfaatkan lemak yang tersimpan dalam tubuh untuk mendorong upaya heroik tubuh. Serbuan adrenalin kronis bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan penyakit kardiovaskular.
Serbuan kortisol kronis bisa menyebabkan penambahan berat badan, terutama penumpukan lemak visceral dan konsekuensi sekundernya. Inilah mengapa pernikahan yang bermasalah terkenal sebagai tempat berkembang biaknya kebiasaan kesehatan yang buruk.
Pernikahan tidak bahagia = Kesehatan yang buruk?
Orang yang merokok mungkin merokok lebih banyak, penggunaan alkohol meningkat, dan olahraga menjadi hal yang kurang penting, terutama jika depresi mulai muncul. Bertengkar dengan pasangan juga bisa memicu hormon lapar ghrelin.
Stres konflik bisa membuatmu tidak peduli dengan apa yang kamu makan. Dalam arti yang sangat nyata, pernikahan yang tidak bahagia bisa berakibat fatal pada kesehatan.