Fimela.com, Jakarta Produksi sutra dari Sulawesi pernah berada di masa jayanya, sekitar tahun 1963. Beberapa tahun terakhir, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan konsisten mendukung beberapa kabupatennya untuk mengembalikan kejayaan tersebut.
Beberapa daerah penghasil sutra di Sulawesi Selatan, seperti Wajo dan Soppeng mendapatkan jalan terang untuk mulai fokus mengambil peluang suplai sutra. Menurut Andi Sudirman Sulaiman, Gubernur Sulawesi Selatan saat ditemui oleh Tim FIMELA di acara International Handicraft Trade Fair atau INACRAFT 2023 di Jakarta Convention Center, pihaknya akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah pusat untuk mengimpor kepompong ulat sutra.
"Sekitar 2,5 juta pohon murbei sudah dibeli dan ditanam. Kami pun menyediakan alat pemintal terbaik dan mesin celup untuk pewarna standar ekspor," ungkap Andi.
Proses untuk mengembalikan kejayaan sutra asal Sulawesi Selatan ini tentu bukan hal yang mudah. Prosesnya dilakukan secara bertahap, mulai dari pembenahan pertanian, penanaman pohon, dan pengadaan mesin pemintal, hingga menjadi kain dan produk siap pakainya bisa bersaing di pasar global.
Mengembalikan kejayaan sutra Sulawesi Selatan
Yang berusaha terus dilakukan oleh pemerintah Sulawesi Selatan adalah membuat indukan agar kepompong ulat sutra atau kokon selalu ada. Industri rumah tangga di Kabupaten Wajo sendiri bisa menghasilkan 2 juta meter kain sutra per tahunnya.
Hal ini terus dipertahankan dengan tantangan terbesar untuk mengembangkan industri sutra ini adalah kekurangan bahan baku. Andi berharap bahwa produksi sutra bisa selesai di Indonesia, di wilayahnya, sehingga Sulawesi Selatan bisa menjadi sentra sutra, yang akhirnya kelak bisa dikembangkan menjadi tepat wisata.
INACRAFT masih berlangsung di JCC dengan tajuk 'From Smart Village to Global Market,' diikuti 1.118 UKM. Sudahkah kamu mengunjungi INACRAFT, Sahabat FIMELA?