Fimela.com, Jakarta Tidak sedikit orangtua mengalami masalah di mana anaknya yang masih balita mengalami tantrum. Tapi tunggu dulu, apa sih tantrum itu?
Mengutip dari laman mayoclinic.com, tantrum merupakan ledakan emosi pada diri anak yang membuatnya keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, marah atau bahkan membangkak. Saat tantrum, anak cenderung tidak bisa dinasehati. Ia justru akan semakin menjerit dan berteriak ketika orangtua mencoba menenangkannya.
Sementara itu, melansir dari laman yankes.kemkes.go.id, tantrum adalah masalah perilaku yang umum dialami oleh anak-anak prasekolah yang mengekspresikan kemarahan mereka dengan tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak dan biasanya menahan napas. Tantrum menjadi masalah yang normal dialami anak-anak. Biasanya, hal ini akan lebih sering terjadi pada mereka yang belum bisa mengungkapkan apa maunya lewat kata-kata.
Kapan Tantrum Dikatakan Berlebihan?
Menurut para ahli, tantrum adalah hal normal dan wajar terjadi pada anak. Namun, hal ini menjadi tidak wajar saat anak tantrum secara berlebihan. Lantas, bagaimana untuk mengetahui anak tantrum secara berlebihan? Kapan kita, selaku orangtua bisa menyebut anak sudah melakukan tantrum secara berlebihan atau kelewat batas?
Ada beberapa tanda yang menunjukkan jika anak telah tantrum secara berlebihan. Adapun tanda tersebut antara lain sebagai berikut:
- Anak memiliki frekuensi tantrum atau mengamuk terlalu sering.
- Saat tantrum, anak melakukannya dalam waktu sangat lama. Bahkan orangtua sangat kesulitan untuk menenangkannya.
- Saat anak tantrum, ia cenderung melukai dirinya sendiri atau menghancurkan benda-benda di sekitarnya.
- Saat tantrum, anak melakukan kontak fisik atau menunjukkan kemarahannya kepada orang lain.
Penyebab Tantrum Pada Anak
Studi menemukan jika tantrum pada anak, biasanya disebabkan oleh rasa kesal, marah dan emosi. Anak yang tak bisa mengungkapkan keinginan lewat kata-kata, akan lebih rentan mengalami tantrum. Anak yang kesulitan mengungkapkan apa yang ia inginkan, menjadikannya sangat mudah marah, kesal dan emosi.
Tantrum juga bisa disebabkan oleh rasa marah, lapar, sakit atau kecewa. Ketika anak tidak bisa mengungkapkan hal ini ke orangtua atau orang sekitarnya, ia akan merasa frustasi. Dan ini bisa menyebabkannya tantrum. Meski begitu, orangtua tak perlu khawatir. Seiring dengan bertambah usia anak, dan semakin banyak kosa kata serta kemampuan berbahasanya, tantrum yang dialami pun akan berkurang.
Cara Mengatasi Tantrum pada Anak
Tantrum bisa terjadi pada anak kapan saja dan di mana saja. Saat menemukan anak dengan kondisi tantrum, sebaiknya orangtua tetap tenang. Peluk anak dengan tulus. Pelukan akan membantu menenangkannya.
Jauhkan anak dari benda-benda yang kiranya bisa berbahaya buatnya. Hindari membentak, memarahi atau memukul anak saat ia tantrum. Hal ini hanya akan membuat emosinya semakin meledak. Ia pun bisa sangat terpukul dan semakin kecewa dengan apa yang dialaminya.
Menurut National Association of School Psychologists, tantrum bisa diatasi dengan membiarkan anak mengeksplor perasaannya. Dalam beberapa menit, biasanya tantrum ini akan mereda. Setelah anak tenang, berikan nasehat dan pengertian padanya. Semoga informasi ini bermanfaat.