Famestory Denada, Hadapi Badai Kehidupan Tanpa Kehilangan Harapan

Lanny Kusuma diperbarui 21 Feb 2023, 16:48 WIB

Fimela.com, Jakarta Denada, perempuan 44 tahun ini telah menjadi sosok yang tak hanya dikenal karena karyanya, tetapi juga hadir sebagai pribadi yang menginspirasi banyak orang. Ya, tentang cinta dan pengorbanan besarnya untuk Aisha Aurum, sang putri yang berjuang untuk sembuh dari leukemia tak hanya jadi pembelajaran untuknya, tetapi juga untuk banyak orang yang melihat ketulusan Denada melakukan apapun demi kesembuhan buah hatinya.

Lima tahun lalu, di awal perjuangannya saat sang putri didiagnosis menderita leukemia, diakui Denada dunianya runtuh seketika. Bagaimana tidak, sebagai seorang ibu, di tengah hati dan dunianya yang hancur ia harus segera sadar, segera bangkit dan berlari untuk putrinya.

"Tiba-tiba aku merasa itu hilang semua dari hidup aku. Jadi aku ada di satu titik di mana hanya dalam waktu seditik saja hidupku tuh berubah, dari yang menghadap Utara, tiba-tiba jadi Selatan. Saat berubah, aku harus menyesuaikan dalam waktu sekian hari dan it's not about me. Itu tentang anak aku," tutur Denada kepada FIMELA, menggambarkan betapa hancurnya ia kala itu.

Berusaha kuat dan ikhlas dalam prosesnya, Denada menyadari bahwa Tuhan telah merencanakan hal lain untuk hidupnya, yang tentunya lebih baik dari apa yang ia inginkan. Mensyukuri dan menikmati apa yang Tuhan beri dan rencanakan untuknya, diakui Denada membuat langkahnya menjadi lebih ringan, "Saat ini aku tahu bahwa ini betul-betul berarti yang luar biasa buat aku."

Tak mudah untuk dijalani, keputusan Denada untuk fokus pada kesembuhan putrinya pun membuatnya harus mengorbankan banyak hal, termasuk menjual aset juga meninggalkan pekerjaannya. Soal kekuatannya menghadapi ujian yang begitu besar, Denada menyebut hal itu tak datang dari dirinya, melainkan atas izin Tuhan yang selalu memberikan harap dan pertolongan terbaik untuknya dan Aisha dalam menghadapi cobaan.

What's On Fimela
Meski sempat meragukan dirinya bisa melewati cobaan berat, nyatanya Denada bisa melalui hal tersebut karena tak berhenti berharap akan pertolongan-Nya. (Foto: Adrian Putra/Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela)

"Kenyataannya aku bisa melewati setiap menit, setiap jam ku, setiap hariku, sampai sekarang ini, tidak ada sedikitpun, secuil pun, seujung jari pun yang kekuatannya datangnya dari aku. Kalau ditanya kok bisa melewati sekian lama perjalanannya kayak gitu? jawabannya cuma satu, aku pun nggak tahu," tuturnya, yang sempat meragukan diri bisa melewati segala ujian dan tantangan.

"Aku pun tahu bahwa aku nggak bisa menjalani itu, nggak mampu, tapi toh aku menjalani itu dan Allah tempatkan aku di tempat yang sekarang ini, bisa melalui itu semua. Aku selalu sadar secara lahir dan batin ini karena Allah kasihan sama aku, karena pertolongannya Allah, karena kekuatannya Allah, hanya karena kebaikannya Allah, hanya karena belas kasih Allah," jelasnya sambil berkaca-kaca.

Pengorbanan, air mata, dan usaha Denada mendampingi Aisha untuk sembuh pun mendapat apresiasi yang begitu besar dari publik, di mana ia juga menjadi salah satu figur panutan, juga sosok nyata dari seorang ibu yang luar biasa.

Melihat hal tersebut, ucapan terima kasih pun disampaikan Denada, namun ia merasa tak pantas untuk mendapatkan pujian tersebut.

"Aku berterima kasih buat semua kalimat-kalimat baik yang begitu of course jadi (bikin)semangat, jadi senang, tapi i don't deserve that, aku nggak pantas dapat itu. Masih banyak ibu-ibu lain yang perjuangannya jauh lebih menantang dibanding aku," ucap Denada.

"Aku berterima kasih, tapi sekali lagi, percayalah bahwa tidak ada satupun (kekuatan) yang datang dari aku," lanjutnya mensyukuri berbagai dukungan dan cinta yang datang untuknya.

Bercerita tentang kehidupan dan berkah dalam hidupnya, berikut ini adalah petikan wawancara Denada bersama FIMELA, yang menginspirasi dan menghangatkan hati.

 
2 dari 3 halaman

Proses Belajar yang Tak Pernah Berhenti

Meski sudah melalui banyak hal dalam hidup, Denada menganggap dirinya selalu berada dalam proses belajar, mengingat kehidupan selalu memiliki kejutan. (Foto: Adrian Putra/Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela)

Bicara tentang dirinya yang mendapat banyak dukungan positif bahkan menjadi panutan banyak orang atas usahanya mendampingi sang putri Aisha Aurum untuk sembuh, ditanggapi Denada dengan hangat. Meski begitu ia merasa tak pantas mendapatkannya, karena menurutnya masih banyak orang tua lain di luar sana yang berjuang lebih keras dari dirinya.

Melihat perjalanan hidupnya, Denada menyebut apa yang ia jalani adalah proses belajar. Belajar menerima diri, belajar menghdapi tantangan kehidupan dengan segala suka dan dukanya.

Bila dilihat, saat ini Denada berada di fase hidup yang seperti apa?

Sekarang ini masih di fase belajar sih, karena ya itu never ending process. Menurut aku belajar tentang hidup tuh nggak akan pernah ada berhentinya. Tapi aku merasa bahwa dalam waktu 5 tahun terakhir ini kehidupan aku sampai hal-hal yang aku kenal dari diri aku, aku pertanyakan. 'Emang aku kayak gini ya? Emang aku kayak gitu ya?" sebagaimana yang aku kenal dulu.

Hal-hal yang aku dulu bisa katakan dengan suara yang lantang, aku bisa ada di satu posisi (kini berubah), (sekarang ada di) suatu situasi hidup yang aku mau ngomong bisik-bisik aja kayak nggak mampu. Jadi hal-hal yang aku merasa bisa bikin aku kuat, tiba-tiba aku merasa itu hilang semua dari hidup aku.

Jadi aku berasa di satu titik di mana hanya dalam waktu seditik saja hidupku tuh berubah, dari yang menghadap Utara tiba-tiba jadi Selatan. Saat berubah, aku harus menyesuaikan dalam waktu sekian hari dan it's not about me. Itu tentang anak aku.

Bagaimana dengan segala rencana hidup yang berubah?

Aku sadar omongan orang tua kalau manusia hanya hanya bisa berencana, tapi Tuhan juga yang menentukan. Karena meski sudah kerja keras, tapi ternyata Tuhan bilang 'Bukan arah itu yang mau Aku kasih ke kamu'.

Jadi sekarang aku ada di tahap belajar, bersyukur, berusaha untuk menikmati semua apa yang alhamdulillah Allah kasih banyak kebaikannya, pertolongannya, rezekinya, dengan mudah dan kelancaran treatment-nya Aisha. Akhirnya aku yang sudah sekian tahun nggak bisa kerja, nggak ada pendapatan, alhamdulillah Allah kasih jalan aku bisa bekerja lagi. Saat ini aku tahu bahwa ini betul-betul bawa arti yang luar biasa buat aku. 

Denada kini menjadi salah satu sosok yang menginspirasi, bahkan jadi panutan banyak orang. Bagaimana Anda melihat hal tersebut?

Bisa mendapatkan pandangan dan anggapan yang seperti itu tentunya aku syukuri sekali, itu kan hal yang luar biasa, hal yang menyenangkan, hal yang baik. Bagaimana masyarakat atau publik melihatku dengan cara yang Masya Allah luar biasa, tapi sejujurnya aku takut ketika mendengar kayak kata-kata 'you are strong mother, you are inspiration, ibu hebat'. Dalam hatiku tuh pasti aku istighfar. Aku minta ampun sama Allah, karena aku merasa aku nggak pantas untuk merasa seperti itu, kayak itu bukan aku. Pada kenyataannya aku tahu, aku memang tidak sehebat dan sekuat itu karena mereka tidak melihat saja aku nangisnya kayak apa setiap malam.

Rasa lelah tentu dirasakan Denada, namun menyerah bukanlah pilihan untuknya. (Foto: Adrian Putra/Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela)

Dari mana Anda mendapatkan kekuatan untuk menghadapi ujian berat tersebut?

Kenyataannya, kesadaran lahir dan batin aku bisa melewati setiap menit, setiap jamku, setiap hariku, sampai sekarang ini, tidak ada sedikit pun, secuil pun, seujung jari pun yang kekuatannya datangnya dari aku.

Kalau ditanya kok bisa melewati sekian lama perjalanannya kayak gitu? Jawabannya cuma satu, aku pun nggak tahu, karena buat aku secara manusia, aku mikir, looking back dan melihat bagaimana juga apa yang harus dilalui dengan segala tantangannya, aku tahu bahwa aku nggak bisa menjalani itu, nggak mampu aku.

Tapi toh (akhirnya) aku menjalani itu dan Allah tempatkan aku di tempat yang sekarang ini, bisa melalui itu semua dan aku selalu sadar secara lahir dan batin ini karena Allah kasihan sama aku, karena pertolongannya Allah, karena kekuatannya Allah, hanya karena kebaikannya Allah, hanya karena belas kasih Allah.

Jadi aku berterima kasih buat semua kalimat-kalimat baik yang begitu of course jadi (bikin) semangat, jadi senang, tapi i don't deserve that, aku nggak pantas dapat itu. Masih banyak ibu-ibu lain yang perjuangannya jauh lebih menantang dibanding aku.

Bagaimana Anda menghadapi rasa lelah kala itu?

Rasa lelah itu pasti, rasa lemah ada. Aku tuh Aku anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara, jadi adikku laki semua dan aku tuh anak sulung. Aku dibiasakan sama ibu aku dari mulai aku kecil itu untuk berdiri di atas kaki sendiri, kamu harus bisa menolong diri kamu sendiri, kamu harus bisa bertanggung jawab terhadap diri kamu sendiri, kamu harus bisa melindungi adik-adik kamu, kamu harus bisa menjaga nama kamu, menjaga diri kamu. Itu hal yang aku percaya dan aku pegang dalam hidupku.

Tiba-tiba di suatu masa, Allah tuh menempatkan aku di satu situasi yang aku merasa aku tidak bisa menolong diriku sendiri. Aku kayak nggak punya tulang rasanya, tidak bisa nafas rasanya dan aku sendiri pada saat itu, benar-benar sendiri karena kan aku (hanya) berdua sama Aisha dan itu hal yang baru buat aku.

Aku nggak pernah merasa seperti itu di sepanjang hidup aku sampai detik itu dan itu nggak mudah buat aku jalani, buat aku terima kenyataan bahwa 'Nggak bisa Dena, there's nothing you can do', kamu tidak punya kekuatan apapun untuk mengatasi ini.

Buat orang seperti aku yang hidup dan besar dengan tahap pemahaman seperti tadi berada di situasi itu, apalagi apalagi itu bukan menyangkut hidup aku, ini menyangkut hidup anak aku, aku nggak bisa bikin apa-apa soal itu.

Di saat itu, aku menyerah. Bukan menyerah yang nggak mau melakukan apa-apa, nggak tahu bagaimana dan nggak mau lagi berusaha. Tapi menyerah yang ngomong sama Allah, bahwa 'Iya, nggak ada lagi yang bisa aku bikin, aku nggak tahu lagi harus bagaimana, tolong ya Allah. tolong hamba. Tolong hamba.

Pernah atau tidak Denada merasa kenapa harus menjalani ujian ini?

Kalau ditanya pernah nggak aku bertanya 'kenapa?' hanya satu kali dalam perjalanan kami sepanjang itu. ini adalah satu kali di mana Aku bertanya sama Allah kenapa dan pada saat itu aku lagi ngomong sama Mama aku, dan pada saat itu aku lagi nangis Aisha masuk ke opname, lagi drop fisiknya karena habis kemo. Dia sudah 3 kali transfusi darah, tapi hb-nya turun terus, jadi ini yang udah ketiga kali. Aku udah enggak tidur berhari-hari, dapat lagi berita harus transfusi lagi karena hb-nya masih belum naik dan saat itu aku kayak mau pecah semua dan aku nggak pernah nangis di depan Mamaku.

Kali itu aku menyerah dan telfon mamaku sambil nangis dan bilang 'Kenapa ya Allah begini?' dan saat itu mamaku ngamuk-ngamuk. Dia berhentikan aku saat itu juga. Dia bilang 'Stop Dena, kamu jangan pernah ngomong gitu'. Sampai dia ngomong 'Kamu ini punya agama atau tidak? Kenapa kamu ngomong kayak gitu? Tidak boleh'.

Lalu, dia jelaskanlah 'Kalau memang kamu merasa ini berat buat kamu, bilang sama Allah, nangis lah kamu sama Allah, cerita sama Allah apa yang jadi kesusahan kamu, tapi jangan pernah kamu tanya kenapa, karena itu bukan tempat kamu. Kamu bilang sama Allah, aku ikhlas'. Sehingga aku merasa, aku menyerahkan ke tangan dari segala Maha.

Aku tahu di saat mulutku ini ngomong 'Ya Allah, aku tahu di hatiku dan di kepalaku aku tahu Allah mendengar aku'. Kadang aku tidak bisa mengucapkan apa-apa, kadang aku cuma bisa nangis tapi aku tahu Allah tahu itu. Dan ketika aku bilang Aamiin, aku bilang terima kasih ya Allah, aku tahu sudah menyerahkan ke tangan yang Maha dari segala Maha. Aku menyerahkan tapi aku tidak pernah merasa kehilangan.

3 dari 3 halaman

Kembali Berkarya

Denada kembali menyapa penggemarnya lewat lagu K.O.P.L.O di mana ia tampil kembali sebagai rapper. (Foto: Adrian Putra/Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela)

Denada baru saja kembali dengan single terbarunya K.O.P.L.O. Tak hanya sekedar kembali berkarya, dikatakan Denada, lewat lagu ini ia juga ingin membayar kerinduan para penggemarnya, khususnya penikmat musik Hip Hop Indonesia akan kembalinya sang rapper perempuan pertama tanah air.

Hadirnya single tersebut pun ternyata idenya sudah ada dalam benak Denada sejak 15 tahun yang lalu. Namun baru kali ini ia bisa mewujudkan hal tersebut, di mana ia menggabungkan Hip Hop dan koplo menjadi satu seperti keinginannya.

Bagaimana ide menggabungkan dua genre itu hadir?

Aku sudah punya idenya itu di kepala sejak 15 tahun lalu. Aku ingin punya lagu seperti ini karena aku mengawali karierku di dunia musik sebagai seorang rapper. Tapi along the way, di perjalanannya Tuhan kasih aku rezeki untuk aku bisa dapat ilmu dan dapat nafkah dari dangdut. Nggak pernah aku rencanakan, tapi sampai sekarang aku sangat syukuri banget.

Dua genre ini menjadi yang paling punya pengaruh di hidup aku, karena mengisi keseharian aku, aku melewati hari-hariku dan masa-masa periode hidupku baik susah maupun senang dengan dua genre ini, karena memang dua genre ini menjadi yang mengisi karya-karya aku, perfom aku, baik on air maupun off air.

Aku selalu punya keinginan untuk balik lagi ke masa aku mengawali karier sebagai seorang rapper, yang sempat dibilang sebagai rapper Indonesia perempuan pertama, lalu tiba-tiba lagi hype-nya malah masuk ke dangdut. Banyak sekali aku mendapatkan pesan betapa kecewanya khususnya dari para penikmat musik hip hop di Indonesia untuk menerima kenyataan bahwa tiba-tiba Denada jadi Dombret. Aku sangat mengerti itu, aku sangat amat memahami itu, dan aku mengapresiasi itu.

Tumbuhnya Denada bersama musik juga dipengaruhi keluarga?

Aku terlahir sebagai anaknya Emilia Contesa yang juga seorang penyanyi multi genre yang mengisi hari-hariku, dari pagi sampai malam itu aku bisa dengar banyak genre. Kayak pagi aku tiba-tiba bisa dengar mama lagi putar Frank Sinatra, siangan dikit aku dengar Led Zeppelin, sorean aku dengar Michael Jackson dan malam aku dengar Tarantula, bahkan Camelia Malik lagi nyanyi lagu Colak-Colek, Lika-Liku. Jadi kayak itu udah menjadi bagian dari dari hidup aku juga, how i grow up dan akhirnya aku jadi punya cara pandang dan cara menikmati musik dan mengapresiasi musik yang mungkin ya itu jadi cara aku sendiri.

Pada saat akhirnya aku dapat kesempatan untuk belajar di dangdut, yang notabennya sampai sekarang aku tidak pernah merasa aku pantas untuk menyandang gelar penyanyi dangdut, karena buat aku oh my God menjadi seorang penyanyi dangdut dan bertanggung jawab terhadap predikat penyanyi dangdut itu nggak gampang loh. Skill-nya tuh kan luar biasa sulit, nggak gampang untuk jadi penyanyi dangdut yang bisa menyanyi dangdut secara proper yang seperti standar seharusnya dengan kualitas yang seharusnya, aku belum bisa sampai ke situ. So, i never confident jadi dangdut singer. Belum sampai skill-nya, aku masih belajar terus. Tapi memang kayaknya masih belum sampai situ, jadi aku masih sampai detik ini aku lebih senang untuk menyebut diri aku sebagai rapper yang sangat mencintai dan mengapresiasi musik dangdut.

Untuk penggarapan lagu K.O.P.L.O ini, Anda juga sudah tahu sekali ya ingin bekerja dengan siapa?

Aku tahu orangnya tuh harus cerdas banget, orangnya harus kreatif banget, orangnya harus mempunyai wawasan musik yang lebar, luas, orangnya harus mau terbuka do something yang mungkin bukan dari forte nya dia. Dan yang paling penting orangnya harus banget kenal aku. And one day, aku dikasih rezeki sama Tuhan ketemu sama JFlow.

Rezeki itu ditambah karena bukan hanya ketemu sama JFlow, tapi juga ketemu dengan pasangannya, yang kita sebutnya selalu dengan "si A". Jadi mereka berdua ini menghubungi aku untuk jadi salah satu artis yang kerja bareng di project-nya mereka. Mereka punya satu project lagu Mercusuar, otomatis mereka ngajakin aku untuk mengisi di lagu itu.

Setelah mengisi dan ternyata kita bikin project lain. Waktu itu lagu berikutnya yang aku bikin sama mereka adalah De Nada.Setelah itu kita bikin lagi Mutha Futha, yang sekarang akhirnya aku putuskan untuk aku takedown dan pada saat aku ngerjain itu sama mereka, di situlah aku bilang sama diriku sendiri kalau they are the one. Kalau aku kepengin jadiin lagu ini, yang sudah ada di kepala aku selama belasan tahun jadi nyata, inilah orang-orang yang bisa bantu aku.

 

Menggambarkan diri lewat lagu, Denada ingin siapa saja yang mendengar single barunya ini bisa mendapat kekuatan untuk bertahan dan berjuang. (Foto: Adrian Putra/Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela)

Dari berbagai project, Denada, JFlow dan A jadi sangat dekat?

Iya, aku sama JFlow dan A itu menjadi best friend akhirnya, kita jadi dekat banget, kita jadi sahabat baik yang benar-benar mereka sudah masuk ke kehidupanku banget gitu. Di saat-saat aku lagi susah banget, mereka yang selalu ada di sekitarku termasuk pada saat tahun lalu di saat pandemi lagi gila-gilanya aku bilang sama mereka saat itu aku lagi di Singapura kena lockdown. 'Aku nggak punya duit, lagi susah banget, mentally, financially, phisically, aku lagi berat-beratnya, lagi banyak tantangan tapi kepingin punya karya. Aku nggak tahu gimana caranya'. Dan mereka bantuin aku mereka bikinin aku lagu Batak.

Soal liriknya yang ditulis JFlow, ini sangat menggambarkan Denada ya?

They been with me, up and down dan mereka kenal aku sebagai sahabat. Mereka selalu tanya 'Lo mau ngomong apa sih? Ingin menyampaikan apa? apa message yang kamu ingin orang dapat dari lagu ini? Sisi mana yang ingin kamu tunjukkan di lagu ini?' Yaudah aku cerita ke mereka, tapi nggak banyak cerita ke mereka, karena kan my best friends, mereka tahu hal-hal yang orang nggak tahu. Sehingga aku cuma kasih tahu kalau aku pengin ngomong ini kepada mereka-mereka yang sudah kecewa karena aku dianggap telah beralih dari hip hop ke dangdut.

Aku juga ingin menceritakan sisi hidupku yang belakangan orang tahu cerita hidupku, dan aku tahu banyak orang di luar sana yang juga lagi struggling, mungkin lebih berat dariku, jadi ingin lagu ini buat hiburan. Makanya aku selalu bilang bahwa lagu ini kan kedengarannya happy-happy banget ya, tapi kalau dengar dan lihat liriknya ini lagu sangat pribadi buatku.

Pesan khusus yang ingin disampaikan lewat lagu K.O.P.L.O?

Aku tahu bahwa banyak sekali orang yang susah, berjuang sekian tahun belakangan dan aku cuma mau bilang sama mereka don't worry, jangan khawatir, karena perjuangan yang sudah dilakukan, hujan dan badai yang sudah kita lewati, percaya bahwa akan ada pelangi setelahnya, bahwa semua akan indah pada waktunya.

Aku juga mau bilang buat semua yang dulu mungkin merasa bahwa 'Ih koplo apaan sih? dangdut apaan sih?' sekarang kamu bisa melihat diri kamu sendiri, lagi joget-joget di festival dengan lagu koplo, jadi kita semua akan koplo pada waktunya!

Pesan Sahabat Fimela yang saat ini tengah berjuang untuk hidupnya seperti Denada?

Nggak gampang untuk kita mendapatkan jalan jalan dalam menghadapi tantangan hidup, di mana kita mendampingi atau berjuang mendampingi orang yang kita cintai yang lagi dikasih ujian sakit. Karena kita ada di situ dan harus tetap ada di situ, berfungsi semaksimal mungkin, memberikan diri kita lahir dan batin semaksimal mungkin. Orang yang kita cintai lagi butuh kita untuk bisa memberikan mereka apapun, support mental, secara lahir batin, segala macam.

And i know, betapa sulitnya itu. Tapi, aku selalu percaya kehadiran kita itu di situ memang sudah ditempatkan sama Allah. Apapun situasi peran yang harus kita jalani, jangan pernah kehilangan harapan, jangan pernah menyerah. Berikan 100 juta persen diri kamu saat itu lahir dan batin untuk bisa menjadi support apapun yang dibutuhkan untuk orang yang kita cinta, yang saat itu sedang berjuang.

Jangan pernah lelah untuk meminta kepada Tuhan apapun itu. Jangan pernah berhenti berdoa, jangan pernah berhenti berharap dan aku mendoakan, memberikan doaku, cintaku, dan sayangku untuk semua yang saat ini sedang berjuang, atau semua yang saat ini sedang mendampingi orang tercintanya yang sedang berjuang. Semoga Allah memudahkan semua perjuangannya, ikhtiarnya, semoga diberikan keberhasilan dalam segala pengobatan, dimudahkan semua proses pengobatan dan diberikan hadiah kesembuhan yang sebaik-baiknya untuk mereka yang kita cintai, Aamiin.

Tag Terkait