5 Alasan Perempuan Memilih Childfree, Ada Kok yang Sebenarnya Ingin Sekali Punya Anak

Annissa Wulan diperbarui 08 Feb 2023, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Narasi tradisional menyatakan bahwa menjadi ibu adalah keinginan, kewajiban, dan jalan yang benar untuk semua perempuan. Akibatnya, perempuan sering ditekan dari segala arah.

Gagasan bahwa ada beberapa perempuan yang ingin childfree atau menolak menjadi ibu, membuat para perempuan kemudian merasa malu. Sebenarnya, setiap orang berhak memilih apakah mereka ingin menjadi orangtua atau tidak.

Setiap perempuan harus merasa bangga, bukan merasa bersalah, karena telah melakukan yang terbaik bagi mereka dan keluarga. Dilansir dari yourtango.com, berikut ini adalah beberapa alasan perempuan modern memilih childfree.

1. "Saya masih harus mengurus inner child saya sendiri."

Kerry yang berusia 27 tahun menulis bahwa dirinya masih harus mengurus dirinya sendiri dan inner childnya, sehingga memilih untuk childfree. Ia tidak merasakan panggilan untuk menjadi ibu. Kerry merasa sulit untuk membesarkan anak dan hal-hal yang berhubungan dengan itu, yang kemudian hanya akan menyakiti anak tersebut.

 

 

2 dari 3 halaman

2.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/nut_foto

Anne yang berusia 23 tahun menulis bahwa ia tidak ingin berkontribusi pada pertumbuhan populasi di mana jumlah orang melebihi apa yang bisa diberikan oleh bumi. Ada juga Bailey yang berusia 22 tahun, menulis bahwa ia tidak ingin seorang anak menjalani hidup mereka dengan mengetahui bumi bisa mati kapan saja. Ia tidak ingin merasa bertentangan antara tanggung jawabnya sebagai orangtua dan tanggung jawabnya terhadap lingkungan.

3. "Ada impian yang perlu waktu untuk saya capai."

Hannah yang berusia 23 tahun menulis bahwa ingin memiliki cita-cita dan kekhawatirannya pada banyak kondisi perempuan yang tidak mendapatkan fasilitas untuk mencapainya karena harus mengasuh anak. Menurutnya, banyak juga perempuan yang mengalami diskriminasi kerja, karena bos mereka menganggap mereka tidak bisa menjadi orangtua dan karyawan sekaligus.

Ada juga Sara yang berusia 26 tahun, menulis ia ingin menghabiskan waktunya untuk memprioritaskan dirinya sendiri. Menurutnya, saat menjadi orangtua, ia bukan lagi prioritas, sehingga ia tidak menginginkan anak.

Ada juga Bailey yang berusia 22 tahun menulis bahwa ia ingin bepergian dan menggapai semua cita-citanya. Ia tidak ingin menekan pasangannya untuk tinggal di rumah dan merawat anak, karena menurutnya keberadaan orangtua adalah keharusan saat memiliki anak.

3 dari 3 halaman

4.

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/SunnyVMD

Sara yang berusia 26 tahun menulis bahwa ia takut anaknya akan mengalami masalah kesehatan atau trauma. Ia lebih suka mendukung orang-orang terkasih yang ada di sekitarnya.

Ada juga Lily yang berusia 23 tahun menulis bahwa ia tidak ingin bertanggung jawab membawa anak ke dunia ini dengan iklim dan sosial yang tidak stabil, serta politik yang kacau. Ia merasa tidak memiliki sumber daya untuk memberi seorang anak kesempatan terbaik menjadi orang dewasa yang sehat.

5. "Saya ingin punya anak, tapi saya takut."

Aliea yang berusia 25 tahun menulis bahwa ia ingin punya anak suatu hari nanti, tapi ia takut. Menurutnya, orang-orang menaruh harapan yang tidak realistis pada sosok ibu untuk menjadi sempurna sepanjang waktu.

Ada juga Mariah yang berusia 29 tahun menulis bahwa ia selalu menginginkan anak, tapi ia juga memiliki seorang saudara perempuan yang menderita kanker dan ia takut anaknya juga akan sakit. Menurutnya, akan sangat menyakitkan untuk mencintai seseorang dan mengetahui bahwa ia bisa mati kapan saja.

Pada akhirnya, semua perspektif layak untuk didengar dan satu-satunya alasan kita perlu menolak pilihan yang selamanya akan mengubah tubuh dan hidup kita adalah karena kita tidak ingin melakukannya. "Saya tidak mau" adalah alasan dan itu satu-satunya hal yang dibutuhkan oleh siapapun.