Lady Boss: Niken Prawesti Menjawab Tantangan Bisnis Hospitality di Masa Pandemi

Nizar Zulmi diperbarui 01 Feb 2023, 10:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Industri pariwisata dan perhotelan sempat mengalami guncangan hebat saat pandemi melanda berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ada 1600an hotel di Indonesia tutup imbas dari lesunya sektor tersebut kala itu. Kondisi genting seperti itu jadi tantangan berat bagi Liberta Hotel International (LHI) yang baru lahir di penghujung 2019.

LHI sendiri merupakan hotel operator yang didirikan oleh Niken Prawesti sebagai Co-Founder dan CEO bersama Aditya Witantara. Niken yang punya belasan tahun pengalaman di dunia hospitality melihat adanya peluang untuk mengembangkan bisnis hotel dengan strategi yang lebih modern dan belum banyak diterapkan pelaku bisnis lainnya.

"Dunia Hospitality dan hotel khususnya industrinya cukup mature dan konvensional sehingga belum banyak dilakukan inovasi di industri tersebut. Kita secara internal bisa melakukan sedikit inovasi dari segi pendigitalisasian, SOP temen-temen di hotel unit. Sehingga dengan automatisasi beberapa aspek yang krusial kita jadi bisa bekerja lebih efektif dan efisien," tutur Niken Prawesti dalam sesi wawancara khusus dengan FIMELA di kawasan Jakarta Selatan.

Dalam mindset bisnisnya, Liberta Hotel International mengusung konsep Lifestyle Hospitality yang bertujuan memberi experience lebih bagi para konsumen. Niken dan tim ingin tamu yang menginap di property LHI bisa merasakan berbagai pengalaman menarik dalam berbagai tema lifestyle yang unik di tiap unit mereka.

What's On Fimela
NIken Prawesti for Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Ia mencontohkan, di Liberta Hotel Kemang tersaji konsep yang cocok untuk penikmat musik dan hal-hal berbau klasik. Ada juga Liberta Hub Blok M yang menyajikan gaming room untuk memanjakan tamunya yang gemar bermain game. Saat ini mereka memiliki beberapa properti yang dikelola, tersebar di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Bali hingga Batu, Malang.

"Lifestyle Hospitality memang adalah konsep yang kita fokuskan dalam seluruh property atau hotel under manajemen Liberta Hotel International. Di mana memang dalam setiap hotel ini kita bisa memberikan pengalaman yang ekstra, berkesan bagi para tamu dan mendekati lifestyle dari tamu itu sendiri sehingga akan ada experience lebih dibanding hanya sekedar temporary stay di hotel dengan berbagai aktivitas," jelasnya.

Butuh kejelian dalam melihat peluang dalam situasi tak tertebak seperti pandemi. Dan dengan jam terbang serta visi untuk bangkit, Niken Prawesti justru bisa mengembangkan bisnis yang terdampak pandemi.

"Saya percaya di setiap ketidakpastian itu pasti ada kesempatan. Tergantung seberapa besar tingkat sensibilitas kita, saya di sini dan tim untuk baca opportunity tersebut, selain sensibility yang diuji saat itu tingkat resilience dan adaptability kita. Jadi saat di awal pandemi kita langsung evaluasi, kenapa nih industrinya bisa collapse. Apakah dari segi bisnis modelnya tidak sustain, operasionalnya yang kurang efisiensi. Jadi pada saat pandemi itu kita bisa langsung segera melihat problemnya dimana jadi kita bisa segera recover, bounce back, untuk bisa mengatasi itu semua," tuturnya.

Selain membahas tentang serba-serbi dunia hospitality, Niken Prawesti juga berbagai sejumlah insights menarik tentang prinsip, peran perempuan di ranah bisnis sampai kapasitas seorang leader. Simak kutipan wawancara selengkapnya berikut ini. 

2 dari 3 halaman

Berkembang di Tengah Pandemi

NIken Prawesti for Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Dirintis di tengah pandemi, bagaimana cara Anda melihat ketidakpastian jadi peluang untuk memulai Liberta?

Memang banyak sekali tantangan saat awal mula kita mendirikan LHI ini. LHI itu sendiri didirikan sesaat sebelum pandemi. Jadi di akhir tahun 2019, dan beberapa bulan kemudian, industri perhotelan pada khususnya itu bisa dibilang collapse ya karena dengan berbagai pembatasan. Tapi saya percaya di setiap ketidakpastian itu pasti ada kesempatan. Tergantung seberapa besar tingkat sensibilitas kita, saya di sini dan tim untuk baca opportunity tersebut, selain sensibility yang diuji saat itu tingkat resilience dan adaptability kita. Jadi saat di awal pandemi kita langsung evaluasi, kenapa nih industrinya bisa collapse hancur. Apakah dari segi bisnis modelnya tidak sustain, operasionalnya yang kurang efisiensi. Jadi pada saat pandemi itu kita bisa langsung segera melihat problemnya dimana jadi kita bisa segera recover, bounce back, untuk bisa mengatasi itu semua. Meskipun terkoreksi, gak terlalu dalam. Justru uniknya bahwa kita ini LHI gak Cuma survive pandemi tapi justru berkembang semenjak pandemi ada. Dari awal Cuma 4 properti, sekarang mau ada 11. Pastinya itu semua kerjasama seluruh tim ya, jadi itu suatu hal yang kami sangat syukuri lah.

Apa peluang yang Anda lihat di kondisi sulit kala itu?

Saya rasa banyak ya dari segi aspek. Cuma yang paling menonjol dari sisi operasional. Dunia hospitality dan hotel khususnya industrinya cukup mature dan konvensional sehingga belum banyak dilakukan inovasi di industri tersebut. Kita secara internal bisa melakukan sedikit inovasi dari segi pendigitalisasian, sop temen2 di hotel unit. Sehingga dengan automatisasi beberapa aspek yang krusial kita jadi bisa bekerja lebih efektif dan efisien. Jadi salah satu yang kita lakukan adalah digitalisasi SOP sehingga semuanya bisa tersistemasi lebih baik dan efektif dan efisien dalam bekerja.

Strategi yang diterapkan untuk bisa berkembang di tengah pandemi?

Karena basicnya meskipun saya, LHI ini baru kurang lebih 3 tahun ya, tapi semua teman-teman di sini ada di industri hospitality itu selama 10-15 tahun. Saya sendiri backgroundnya hotel owner dan sudah ada di dunia industri ini dari tahun 2010. Jadi cukup memahami lah industri secara keseluruhan, dan ada beberapa penyesuaian emang. Karena dalam situasi pandemi itu kita diuji untuk beradaptasi (adapt) dan ada beberapa kebijakan yang memang hasil dari adjustment dari pandemi itu sendiri, salah satunya bisnis model. Bisnis modelnya kita ubah dan lebih melihat dari kebutuhan hotel owners. Karena kita ga akan ada tanpa hotel owners, kita Cuma operator. Jadi kita harus bisa lebih sensitive lah jadi apa sih yang sebenarnya dibutuhkan hotel owner terutama saat pandemi dan pasti situasinya berbeda kalau perekonomian normal.

Kita harus cepat bisa berubah bisnis model, sedikit effort tapi on track. Makanya kenapa kita bisa berkembang. Dari segi operation, tadi, melalui digitalisasi ada banyak sekali tor atau divisi yang bisa bekerja lebih efektif dan efisien. Jadi dari segi cost bisa sangat terjaga untuk menjaga profitabilitas perusahaan. Yang ketiga pastinya yang selalu saya terapkan, kita melakukan bisnis harus profitable dari day 1 jadi pada saat terjadi krisis, kita ga kehilangan arah, secara finansial udah cukup kuat lah pondasinya.

 Bicara soal konsep lifestyle hospitality, aspek apa saja yang ingin disuguhkan Liberta dalam propertinya?

Lifestyle Hospitality memang adalah konsep yang kita fokuskan dalam seluruh property atau hotel under manajemen Liberta Hotel International. Dimana memang dalam setiap hotel ini kita bisa memberikan pengalaman yang ekstra, berkesan bagi para tamu dan mendekati Lifestyle dari tamu itu sendiri. Sehingga akan ada experience lebih dibanding hanya sekedar temporary stay di hotel dengan berbagai aktivitas dan activation baik secara online atau offline yang kita lakukan rutin. Salah satunya dengan cara community engagement juga, bersama teman-teman komunitas di masing-masing hotel unit yang berada di bawah manajemen Liberta Hotel International.

NIken Prawesti for Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Bagaimana cara Anda menerapkan konsep tersebut di properti bisnis?

Kalau kita bicara lifestyle kan berbagai macam nih. Bisa jadi lifestyle saya berbeda dengan yang lain. Begitu sebaliknya. Dan uniknya di LHI ini masing2 hotel memiliki keunggulan yang unik. Misal, di Liberta Hotel Kemang cocok banget dengan tamu yang interestnya ada di music entertainment. Karena berbagai aktivasi akan mendukung konsep tadi itu. Dari music performance, weekend party, itu semua dilakukan guna menciptakan vibe dan visi dari Liberta Hotel Kemang itu sendiri. Beda ceritanya kalau kita ke Liberta Hub Blok M. Sekarang kita di Liberta Hub Blok M. Dimana di sini kita mengakomodir teman-teman yang suka game. Bahkan kita ada gaming room. Jadi bukan sekedar kita ada, kalau kita biasa sebut 3B (Bed, Bath, and Breakfast). Liberta lebih dari 3B ini. Contohnya dengan adanya gamingroom itu teman-teman gamers bisa merasakan experience yang berbeda dari hanya sekedar menginap temporer aja. Juga teman-teman yang suka music vintage, kita ada opendeck performance setiap sabtu. Jadi yang suka main vinyl atau sekedar enjoy music, setiap sabtu bisa kesini dan merasakan experience itu. Dan juga banyak lifestyle lain kita usung. Di beberapa resort kita fokusnya di wellness. Tamu yang suka healing, bisa pergi ke situ. Sekarang kita ada 3 resort under kita, salah satunya ada di Rancamaya dan Amarta. Jadi activation yang dilakukan di sana banyak mindfulness. Begitu kurang lebih lifestyle yang ingin kita berikan lah.

Peralihan dari pandemi ke endemi, apa perubahan yang dirasakan dari sisi bisnis?

Yang paling keliatan sih, mungkin juga terjadi di industri lain adalah karena adanya pembatasan interaksi sekarang itu sifatnya otomatisasi. Contohnya ya sekarang kita kalo ke restoran atau coffee shop semuanya scan barcode hamper sedikit sekali dikasih fisikal menu. Itu mengurangi human touch ya. itu udah jelas banget terjadi. Kalau spesifik di industri kami yang kelihatan adalah perubahan interest terhadap wisata domestic. Pada saat pandemi kita ga boleh ke mana-mana jadi banyak di antara kita yang spending waktu di dalam negeri. Gitu. makanya banyak jargon staycation, muncul saat pandemi. Healing. Salah satunya karena kondisi yang menyebabkan kita seperti itu. Selain itu juga, perubahan tantangan dan dorongan dari market yang membuat pelaku industri hospitality itu harus terus berpikir gimana caranya kita memberikan produk dan service bervariasi dan sifatnya inklusif. Karena selama pandemi dibatasi, tamu berharap saat menginap di suatu hotel mereka bisa merasakan experience yang lebih. Nah para hotelier ini harus bisa mampu memberikan value edit itu dengan ada program atau activation, jadi meskipun di dalam hotel teta[ bisa memberikan pengalaman yang menyegarkan untuk para tamu yang memang cenderung selama pandemi kita cukup boring ya. 

Kalau dari sisi konsumen sendiri?

Dulu kan banyak service atau produk yang dibatasi. Dulu kita ga ada tuh spa di dalam hotel sekarang sudah bebas. Pembatasan sudah diangkat. Jadi banyak service yang dulu ditiadakan, sekarang diminati kembali. Terutama kegiatan atau program yang sifatnya ada human touch juga.

Memasuki tahun baru dan era endemi, bagaimana forecast Anda melihat 2023 dari sisi hospitality business? Ada strategi baru yang disiapkan?

Pastinya ada perubahan juga terutama dari segi operation. Contoh, saat pandemi organisasi lebih lean, kita bekerja lebih efisien. Pada saat sekarang, saat endemic, almost back to normal ya harus ada kekuatan full force dari organisasi. Mungkin yang saat pandemi ada beberapa cost yang kita kurangi, sekarang harus kita adakan karena sesuai dengan dorongan demand market yang cukup tinggi saat ini. Lalu dari segi sales and marketing, itu juga selalu ada perubahan. Karena banyak sekali didominasi dari pergeseran customer behavior yang terjadi pada saat pandemi, tentu itu juga harus disesuaikan. Strategi dan sales marketing kita mau seperti apa nih di tahun 2023 ini.

3 dari 3 halaman

Kekuatan Perempuan sebagai Leader

NIken Prawesti for Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Sebagai perempuan yang menjadi leader, tantangan apa saja yang dihadapi di dunia bisnis/profesional?

Kalau tantangan sudah pasti ya. karena sebagai perempuan juga kita harus cukup menyadari ya. secara fisik kita punya keterbatasan, terutama dalam momen tertentu. Misal saat kita hamil, melahirkan, menyusui, itu amat sangat menguras fokus energy dan tentu berimplikasi di performa kita di pekerjaan. Makanya kenapa seorang pemimpin perempuan agar dia bisa memimpin secara efektif, dia harus punya support sistem yang baik. Pertama, keluarga. Kedua, lingkungan pekerjaan atau profesi itu mesupport lah kondisi-kondisi seperti itu yang dialami oleh karier woman. Hal simple, ada ibu menyusui, ada ruang laktasi lah. Terus sekarang banyak perusahaan yang mengaplikasikan lebih banyak cuti hamil, itu juga penting. Bukan hanya ke ibunya, tetapi juga ke bapaknya. Hal-hal seperti itu juga bisa dilakukan oleh perusaahaan untuk mensupport wanita dalam berkarier.

Apakah Anda setuju leader itu dilahirkan, bukan dari hasil belajar dan kerja keras?

Rasanya ya kalau menurut saya leadership itu sesuatu yang bisa dipupuk sejak kecil. Melalui banyak hal, salah satunya adalah value. Family value. Karena yang paling dekat dengan kita keluarga ya. bagaimana, let say sejak kecil seorang anak bisa diajarkan untuk bisa melakukan sesuatu atau mengambil keputusan secara sadar dengan banyak konsekuensi yang harus dijalani. Itu semua bisa dipupuk dari kecil. Jadi bukan sifatnya talented atau genetic. Yang karena dia geneticly let say bapak ibunya adalah seorang leader, dia bisa jadi seorang leader yang bagus. Ngga juga. Tergantung bapak dan ibu itu gimana di keluarga, saat anak masih kecil lalu saat dia tumbuh dewasa. Prosesnya panjang. Jadi itu suatu hal yang bisa ditanamkan dan dipupuk.

Menurut Anda, seorang leader perempuan cenderung lebih humanis?

Setuju. Karena menurut saya itu kelebihan seorang pemimpin perempuan yang harus di-embrace. Betul memang kita ini, kami ini dalam memutuskan sesuatu ada unsur perasaan yang dipakai. Menurut saya itu suatu hal yang positif. Karena perempuan itu bisa gaya kepemimpinannya bisa lebih inklusif. Sehingga bisa mendorong partisipasi teman-teman lain dalam suatu organisasi sehingga tujuannya bisa menunjukan identitas grup yang lebih kuat gitu. Lebih inklusif itu satu, lebih people oriented kedua. Karena gaya kepemimpinannya biasanya perempuan lebih ekspresif. Dan sociable. Dan ketiga yang ga kalah pentingnya, rasa empati yang besar. Sehingga dalam kesehariannya dalam memutuskan segala macam aspek yang terkait dengan perusahaannya itu bisa lebih bijaksana karena pertimbangan tadi itu.

Apa salah satu keputusan besar yang Anda buat selama menjadi seorang CEO?

Rasanya salah satu yang paling besar adalah ketika pandemic itu kita harus menutup salah satu unit usaha bisnis ya. karena kondisi sehingga menimbulkan adanya pemutusan hubungan kerja. Itu yang paling berat dan sangat menantang untuk saya pribadi. Selama saya menjadi leader. Cuma itu keputusan yang harus diambil untuk mencegah kolapsnya perusahaan. Jadi meskipun itu tentunya itu adalah keputusan akhir. Tentu banyak keputusan-keputusan pendahulu yang memang harus dilakukan sebelum kita sampai ke keputusan itu. Efisiensi kan bisa banyak hal ya, dan PHK sudah yang paling terakhir banget gitu kan. Cuma kita semua tau selama pandemic industry perhotelan dan hospitality secara general kan memang hancur lebur. Jadi memang saat itu keputusan berat yang harus diambil. 

Selain profit dan naiknya okupansi, apa yang menjadi indikator kesuksesan Anda dalam merintis Liberta?

Mungkin kalau secara on paper gitu ya, mengukur sukses tuh cukup gampang. Oh dia achieve target atau nggak. Okupansi dan revenue berapa. Cuma buat saya definisi sukses kan beda-beda ya, setiap orang punya artinya sendiri. Buat saya sebenernya simple, ketika kita bisa melakukan sesuatu hal dan hal tersebut memang passion kita, itu akan beda sekali rasanya. Kita bisa passionate melakukan hal tersebut apalagi yang dilakukan tersebut bisa berguna bagi orang lain. Jadi menurut saya itu sudah cukup merepresentasikan dari kata sukses.

NIken Prawesti for Lady Boss (Foto: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Bagaimana cara Anda meningkatkan kualitas diri?

Never stop learning. Kayanya itu udah kuncian banget ya. kita gak boleh berhenti belajar. Everyday is a learning process dan ga boleh stop. Akan banyak hal baru yang selalu bisa kita dapatkan, kita pelajari dari banyak hal. Dari orang lain, dari buku. Jadi buat saya sih always hungry for knowledge itu benar-benar hal utama agar kita bisa terus mengupgrade diri kita. 

Bagaimana Anda menanggapi stigma kuno perempuan hanya berada di dapur, kasur?

Saya rasa sih udah ga tepat ya sebenarnya. Memang saya bisa melihat adanya stigma bahwa perempuan tuh ga bisa jadi pemimpin dilatarbelakangi oleh budaya dan nilai-nilai tradisional ya. bahwa hanya laki-laki yang hanya bisa jadi pencari nafkah utama. Kalau perempuan ya urusannya domestic. Padahal kan urusannya ga seperti itu. Karena saya yakin setiap laki-laki atau perempuan harus memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mengaktualisasi diri mereka sehingga buat mereka ada positive attitude tapi juga ga hanya di situ. Kita bisa sama-sama memberikan kontribusi yang baik untuk komunitas dan masyarakat jadi sudah ga relevan lagi untuk sekarang ini. Karena sudah banyak yang membuktikan kalau laki-laki dan perempuan sama saja. Memang secara nature punya tantangan yang berbeda satu sama lain. Tapi kita sama-sama bisa memimpin kok.

Apa yang harus dilakukan perempuan agar lebih berani berperan lebih dan mengaktualisasi diri?

Yang pertama jangan menyerah sama stigma. Terus harus selalu mengaktualisasi diri banyak hal kok dengan kita sekarang hidup di generasi yang open minded dengan banyak saluran informasi yang bisa kita dapatkan. Banyak media untuk kita mengaktualisasi diri. Dan aktualisasi diri bukan Cuma kerja jadi woman karier 9 to 5. Gak seperti itu. Banyak hal yang bisa kita lakukan, bahkan dari rumah. Contohnya, untuk ibu rumah tangga tanpa harus merelakan waktu di luar, bonding dengan family berkurang. Sebenarnya banyak yang bisa dilakukan di rumah. Misal, gabung dengan klub klub literasi atau yang sifatnya supportive. Woman support group. Kan juga banyak tuh. Jadi not necessarily aktualisasi diri itu dikaitkan dengan urusan finansial. Akan bagus, lebih baik itu akan menghasilkan finansial ya. supaya perempuan juga bisa berkontribusi dalam urusan rumah tangga. Cuma kalaupun tidak, banyak cara untuk kita bisa mengaktualisasi diri. Jadi jangan berhenti dan selalu cari support system yang baik. Jadi kita harus lebih selektif dalam memilih pasangan hidup. Siapa yang bisa mensupport untuk bisa terus maju. Mencari lingkungan pekerjaan juga yang supportive sehingga ya kita semua bisa sama-sama maju. Meskipun saya juga mengakui ya mungkin banyak teman-teman di sana yang tidak bisa mendapatkan akses previllage seperti itu. Cuma again menurut saya banyak hal yang bisa kita lakukan, mencari support system yang baik. Supaya kita bisa punya sedikit ruang mengekspresikan keinginan kita sebagai seorang individu.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan ke Sahabat FIMELA yang ingin mengembangkan dirinya?

Untuk Sahabat Fimela, selalu positif menjalani kehidupan sehari-hari. Selalu berusaha semaksimal mungkin untuk bisa mengaktualisasi diri dengan berbagai kegiatan yang positif. Jadi jangan pernah menyerah dengan keadaan dan selalu percaya usaha kita tidak akan mengkhianati hasil. Satu hal lagi yang paling penting adalah kita harus sabar dalam berproses. Jadi jangan pernah ingin buru-buru, terutama dalam meniti karier, jenjangnya banyak sekali yang harus kita lewati. Jadi bersabar lah pada proses itu.