Chitra Subyakto Bagi Tips Menyulap Kain Perca Jadi Benda Bernilai Jual

Hilda Irach diperbarui 20 Jan 2023, 19:22 WIB

Fimela.com, Jakarta Tren fashion di dunia seakan tak pernah memiliki jeda. Ragam model pakaian terus muncul seiring berkembangnya industri fast fashion yang memproduksi pakaian dengan cepat dan harga terjangkau.

Namun, melesatnya perkembangan industri fashion berbanding lurus dengan tercemarnya lingkungan. Bahkan, industri fashion telah berkontribusi sebagai penyumbang polusi terbesar kedua di dunia. Sisa kain yang dihasilkan selama proses produksi juga kerap menimbulkan masalah baru, yaitu penumpukan limbah fashion atau fashion waste.

Ada banyak cara untuk memanfaatkan limbah kain agar tidak berakhir menjadi sampah. Salah satunya dengan menyulap kain sisa atau kain perca menjadi benda yang berdaya seni, bahkan tak memungkinkan bisa dijual dengan nilai tinggi.

Dalam workshop ‘Upcycle & Recycle: Giving Life to Old Waste’ yang digelar Plataran Indonesia, Chitra Subyakto selaku founder dan creative director Sejauh Mata Memandang berkolaborasi dengan Tarlen Handayani, seorang penjilid buku yang dikenal dengan jenama Vitarlenology, berbagi tips membuat sampul buku dengan desain desain eksklusif yang memanfaatkan kain perca sisa produksi.

Dengan memadupadankan berbagai motif dan komposisi unik dari kain perca Sejauh Mata Memandang, menghasilkan sebuah sampul buku yang indah dan menarik serta tidak ada yang sama tiap desainnya.

 
What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Memanfaatkan Kain Perca

Founder Sejauh Mata Memandang berbagi tips mengurangi limbah fashion dengan mendaur ulang kain perca jadi produk bernilai. (Dok/Plataran indonesia).

Selain sampul buku, kain perca bisa dimanfaatkan untuk membuat benda bernilai lainnya. Chitra sendiri kerap memanfaatkan kain perca menjadi tatakan gelas hingga mainan hewan peliharaan.

“Kain perca bisa dipakai apa saja, baik jadi dekorasi rumah, tatakan gelas, hingga mainan binatang peliharaan, semuanya itu bisa dilakukan dari rumah. Kalau mau dijual beda lagi, kita harus mempertimbangkan minat konsumen,” kata Chitra saat ditemui Fimela di Plataran Dharmawangsa, Jakarta, (19/1).

 

Founder Sejauh Mata Memandang berbagi tips mengurangi limbah fashion dengan mendaur ulang kain perca jadi produk bernilai. (Dok/Fimela/Hilda Irach).

Peserta workshop disuguhkan berbagai ilmu baru yang menambah wawasan tentang sustainable fashion, serta praktik langsung yang seru dan interaktif.  Nantinya, sebagian dari hasil penjualan tiket workshop ini pun akan disumbangkan untuk langkah perbaikan hutan di Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh.

Melalui workshop ini, Plataran Indonesia bersama Sejauh Mata Memandang dan Vitarlenology mengajak masyarakat untuk menjadi agen penggerak perubahan lingkungan dengan mengolah kembali produk-produk yang terbuang guna mengurangi pencemaran lingkungan. 

“Sebagai individu kita sebisa mungkin meminimalisir dampak buruk dari limbah fashion. Melalui workshop ini, kami ingin menyampaikan bahwa upcycle dan recycle ini bukan suatu hal yang sulit dilakukan bahkan bisa menjadi benda bernilai jual,” tandas Chitra.