7 Penyebab Anak Gampang Menangis dan Cara Mengatasinya

Anisha Saktian Putri diperbarui 26 Jan 2023, 06:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Bagi orangtua jika anak menangis akan langsung merasa khawatir bahkan hingga frustasi. Terutaa ketika tida tahu mengapa si kecil menangis.

Padahal, wajar jika anak menangis karena itulah media komunikasi paling mudah untuk si kecil. Sebelum anak belajar bicara, mungkin kita akan kesulitan untuk mengetahui penyebab menangis.

Meskipun terkadang membingungkan, menangis juga bisa menyehatkan pada usia berapa pun. Sebuah studi tahun 2011 yang diterbitkan dalam Journal of Research and Personality menemukan bahwa ada banyak keadaan di mana menangis membantu orang merasa lebih baik.

Untuk itu ketika si kecil menangis tidak harus selalu membuat tangisannya berhenti. Menumpahkan sedikit air mata bisa baik untuk anak-anak.

Sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan, tanyakan, "Mengapa anak saya menangis?" Mengidentifikasi sumber akan membantu memberikan respons terbaik terhadap situasi tersebut.

Berikut adalah beberapa alasan paling umum si kecil menangis melansir verywellfamily.com.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Anak Kelelahan

Ilustrasi penyebab gondongan/Copyright shutterstock/Natee K Jindakum

Salah satu alasan paling sering anak-anak menangis adalah karena terlalu lelah. Menjadi tidak tenang dapat menyebabkan amukan dan ledakan lain dari perilaku yang tampaknya tidak rasional.

Orangtua tidak dapat mencegah 100% kelelahan yang memicu kemarahan pada anak, tetapi dapat meminimalkannya dengan menjaga jadwal tidur rutin mereka.

Mulailah dengan menetapkanwaktu tidur yang sesuai usia, lalu pertimbangkan tidur siang. Sebaiknya merencanakan dua kali tidur siang sehari sampai anak berusia 15 hingga 18 bulan, lalu satu kali tidur siang sehari hingga anak berusia sekitar 3 atau 4 tahun.

Waktu tidur yang tepat akan bergantung pada usia anak dan jam berapa biasanya bangun di pagi hari. Sebagian besar anak tidur dengan baik antara jam 7 dan 9 malam.

Cari tanda-tanda kelelahan, seperti menggosok mata, menguap, atau terlihat sedikit berkaca-kaca di mata.

2. Anak Lapar

Balita atau anak kecil mungkin akan memberi tahu saat ingin ngemil—kecuali jika mereka terlalu asyik bermain. Jika seorang anak terganggu dan tidak berkomunikasi denganmu, akan lebih sulit untuk mengatakan bahwa mereka lapar.

Kelaparan mungkin menjadi penyebab tangisan jika si kecil baru saja bangun dari tidur siangnya, atau jika sudah tiga hingga empat jam sejak terakhir kali dia makan. Jika anak sudah lama tidak makan dan suasana hatinya menurun dengan cepat, cobalah menawarkan mereka makan. Menyimpan beberapa camilan sehat dapat dengan cepat mengurangi air mata saat jauh dari rumah.

3. Anak Terlalu Terstimulasi

Tempat bermain yang menyenangkan adalah tempat yang diinginkan oleh seorang anak. Namun, pada titik tertentu, hiruk pikuk bisa menjadi terlalu berat bagi beberapa anak. Tidak jarang seorang anak tidak dapat mengungkapkan apa yang salah dalam situasi ini.

Jika si kecil sepertinya menangis tanpa alasan dan berada di lokasi yang ramai atau sibuk, cobalah beri mereka waktu istirahat. Bawa keluar atau ke ruangan yang lebih tenang dan biarkan duduk selama beberapa menit untuk mengetahui arahnya.

Bagi beberapa anak, istirahat mungkin tidak cukup. Jika anak kesal dan tidak terhibur atau ditenangkan, sebaiknya bawa mereka pulang lebih awal.

3 dari 3 halaman

4. Anak Stres

Ilustrasi anak sedih/copyright shutterstock.com/Africa Studio

Stres adalah alasan utama untuk menangis, terutama pada anak yang lebih besar. Anak-anak yang jadwalnya terlalu padat—mungkin beralih dari sepak bola ke piano, latihan bermain, hingga teman bermain—bisa menjadi sangat stres. Semua anak membutuhkan waktu luang untuk bermain secara kreatif, sekaligus untuk bersantai.

Anak-anak juga dapat menjadi stres karena apa yang terjadi di sekitar, seperti masalah dalam pernikahan orangtua, pindah sekolah, atau bahkan peristiwa yang mereka dengar di berita malam. Seorang anak mungkin menjadi anak yang tidak seperti biasanya menangis jika mereka merasakan beban dari peristiwa kehidupan yang penuh tekanan — bahkan yang tidak melibatkan mereka secara langsung.

Anak-anak yang lebih kecil yang mengalami stres akan membutuhkan bantuan orang dewasa dalam mengubah lingkungan. Dengan membantu mengurangi keadaan stres, juga memberi kesempatan untuk belajar mengelola emosi.

5. Anak Ingin Perhatian

Terkadang sepertinya air mata keluar entah dari mana. Satu menit anak bermain dengan gembira, memunggungi sebentar, dan menangis.

Anak tahu bahwa menangis adalah cara yang bagus untuk menarik perhatian orangtua.

Hindari melakukan kontak mata dan jangan memulai percakapan saat anak sedang mencari perhatian. Akhirnya, akan melihat bahwa tidak menyenangkan untuk mengamuk atau berteriak keras ketika tidak memiliki pendengar.

Tunjukkan kepada anak bahwa mereka dapat menarik perhatian dengan bermain dengan baik, menggunakan kata-kata yang baik, dan mengikuti aturan. Berikan pujian yang sering untuk perilaku ini dan anak akan cenderung tidak mencoba dan menggunakan air mata untuk menarik perhatian.

6. Anak Menginginkan Sesuatu

Anak-anak kecil tidak mengerti perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Ketika mereka menginginkan sesuatu, sering menyatakan bahwa membutuhkannya—dan saat ini juga.

Secara proaktif ajari anak cara-cara yang pantas secara sosial untuk mengatasi perasaannya ketika tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.