Waktu Pemberian Vaksin Covid-19 untuk Balita Masih Dikonsultasikan dengan WHO

Fimela Reporter diperbarui 14 Jan 2023, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Setelah pernyataan pemberian vaksin Covid-19 untuk anak digratiskan, kini pemerintah belum mengetahui pasti kapan waktu tepat untuk memberikan vaksin Covid-19 untuk anak di atas enam bulan. Dilansir dari liputan6.com Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) masih melakukan konsultasi dengan WHO terkait pemberian vaksin Covid-19 kepada anak-anak.

“Kami masih berkonsultasi dengan WHO untuk vaksinasi Covid-19 pada anak usia mulai 6 bulan ” kata Juru bicara Kementerian Kesehatan dokter Mohammad Syahril pada Rabu (11/1/2023).

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Tim Ahli Komite Nasional Penilai Vaksin Covid-19 dan ITAGI resmi memberikan izin penggunaana darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) untuk Vaksin Comirnaty Children usia 5 -11 tahun pada 29 November 2022. Setelah itu, pada 11 Desember 2022 terbit juga EUA untuk Vaksin Comirnaty Children usia 6 bulan sampai 4 tahun. 

Meski izin ini telah keluar, pemerintah masih menunggu hasil diskusi antar Kemenkes dan WHO terkait pemberian vaksin Covid-19 kepada balita. Oleh karena itu, saat ini pemerintah fokus pada pemberian vaksin booster untuk masyarakat yang berusia di atas 18 tahun.

Pemerintah juga mempercepat pemberian vaksin Covid-19 booster kepada lansia karena capaiannya masih di angka 68 juta atau sebesar 29,31 persen. Sehingga, hal tersebut perlu dilakukan karena kelompok tersebut lebih rentan bila terpapar SARS-CoV-2.

2 dari 3 halaman

Wacana vaksin gratis

Ilustrasi vaksin yang diberikan pada anak di bawah usia lima tahun. Credits: pexels.com by CDC

Sebelumnya, pemerintah mengungkapkan bahwa pemberian vaksin Covid- 19 kepada anak usia 6 bulan ke atas resmi digratiskan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin.

Menkes RI tersebut menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk anak usia enam bulan ke atas tidak berbayar, melainkan gratis. Budi juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segara memproses vaksinasi anak yang akan diselenggarakan secara gratis.

"Anggarannya cukup kok. Bisa untuk melakukan vaksinasi (Covid-19) pada anak secara gratis," kata Budi.

Sebelumnya dalam rilisan resmi yang diterbitkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) bersama Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah memperbolehkan penggunaan vaksin Pfizer untuk anak di atas 6 bulan.

Perlu diperhatikan hingga saat ini  baru vaksin jenis Pfizer yang mendapatkan izin darurat penggunaan untuk balita. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan Kemenkes juga dapat menyiapkan pilihan jenis vaksin untuk anak di atas 6 bulan.

"Sekarang adanya Pfizer tapi nanti kalau ada yang lain akan kita berikan," jelas Budi.

3 dari 3 halaman

Dosis vaksin untuk balita

Ilustrasi dosis vaksin Covid-19 untuk balita. (Sumber foto: Unsplash.com).

Terdapat dosis khusus untuk vaksin yang disediakan untuk anak. Untuk anak yang berusia 6 hingga 4 tahun dosis vaksinasi yang harus diberikan adalah 3 mcg/0,2 mL yang diberikan dalam 3 dosis pemberian. Dua dosis pertama diberikan dalam rentang waktu 3 minggu, diikuti dengan dosis ketiga yang diberikan setidaknya 8 minggu setelah dosis kedua.

Sementara dosis vaksin anak usia 5 hingga 11 tahun untuk vaksinasi primer adalah 10 mcg/0,2 mL, diberikan dalam 2 dosis dengan rentang waktu 3 minggu antara dosis pertama dan kedua.

Hasil efikasi Vaksin Comirnaty Children sebagai vaksinasi primer ditunjukkan melalui hasil studi immunobridging, dengan imunogenisitas setelah pemberian 3 dosis (3 mcg/0,2 mL/dosis) untuk anak usia 6 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan 2 dosis (10 mcg/0,2 mL/dosis) untuk anak kelompok usia 5 tahun sampai kurang dari 12 tahun sebanding dengan kelompok usia 16-25 tahun yang sudah memiliki data efikasi vaksin secara klinis.

Berdasarkan hasil studi, Vaksin Comirnaty Children (6 bulan – 4 tahun) dan Vaksin Comirnaty Children (5-11 tahun) memiliki profil keamanan yang dapat ditoleransi.

 

Penulis: Angela Marici.

#Women for Women