Fimela.com, Jakarta Klaim atas efek aroma pada emosi, seperti lavender yang menenangkan dan jeruk untuk menambah energi sebenarnya telah beredar selama beberapa dekade. Tapi, apakah kebahagiaan benar-benar memiliki aroma?
Jawabannya, pada tingkat dasar, ya. Bau tubuh adalah gambaran tentang bagaimana perasaan seseorang karena terprogram untuk terlibat dalam keringat emosional.
Faktanya, para peneliti dari Universitas Utrecht telah menemukan apa yang disebut chemosignals yang hampir tidak berbau dan dikeluarkan oleh kelenjar apokrin, yang peka terhadap emosi dan stres. Sederhananya, jika seseorang merasa bahagia, secara alami akan tercium aroma tertentu.
Selain itu, ada beberapa bukti bahwa chemosignals ini bisa merangsang emosi yang sama pada orang lain yang menciumnya. Sama halnya dengan aroma parfum yang bisa memicu reaksi kenikmatan, relaksasi, atau kebahagiaan bawah sadar.
Aroma tubuh orang bahagia
Semua parfum terdiri dari molekul aroma, yang memasuki sistem limbik di otak, tempat perasaan diproses dan ingatan disimpan. Apa yang dihirup juga bisa berarti neurotransmiter, bahan kimia perasaan nyaman seperti serotonin dan dopamin dilepaskan.
Saat kita mencium sesuatu yang menyenangkan, ini bisa memicu kenangan indah. Aroma jeruk sangat membangkitkan semangat, terutama karena menyampaikan musim dan lanskap, keduanya mengingatkan kita pada liburan.
Contoh lainnya adalah vanila. Jika kamu memanggang kue bersama ibu atau nenek saat masih kecil, aroma vanila sering mengundang kenyamanan, bahkan sekarang akan membuatmu kembali ke dapur masa kecil itu.
Tidak heran jika saat ini parfum lebih bernuansa peningkat suasana hati. Para ahli parfum mengaku bahwa mereka mencari koneksi yang lebih dalam, menggunakan sistem penciuman sebagai jalan ke otak adalah cara tercepat memengaruhi perasaan seseorang.