Lady Boss: Cara Anita Lundy Berdayakan Warga Sekitar dalam Membangun Industri Sepatu

Syifa Ismalia diperbarui 28 Des 2022, 10:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Berawal dari produksi rumahan di Bandung pada tahun 2012, terlahir sebuah brand footwear lokal yang begitu menyedot perhatian, Ittaherl. Setiap merilis koleksi baru, jenama yang satu ini langsung diburu penggemar hingga tidak menyisakan satupun di situs pembeliannya.

Ide terbaik kadang tak perlu dicari jauh-jauh, seperti cerita Anita Lundy, founder dan CEO Ittaherl mengawali langkah bisnisnya. Saat itu ia mengaku kesulitan mencari produk sepatu yang nyaman secara look maupun feel ketika mengenakannya. Akhirnya ia mencoba mendesain sepatu untuk pribadi, dan sempat ditunjukkan kepada orang-orang terdekat.

"Jadi aku pribadi kesulitan untuk nyari sepatu yang nyaman dipakai, tapi bentuknya juga yang aku inginkan. Zaman awal sekitar 2012, kadang-kadang kita kalau dapat sepatu yang nyaman, bentuknya nggak aku banget atau bentuknya cantik tapi pas dipakai kok sakit. Berawal dari sanalah aku coba bikin sepatu, sebenarnya untuk konsumsi dipakai pribadi dulu sih untuk sendiri, lama-lama berkembang sampai sekarang ini," ujar Anita Lundy saat wawancara eksklusif dengan FIMELA.

Bicara tentang perjalanan kariernya selama 10 tahun bersama Ittaherl, Anita Lundy banyak menghadapi rintangan. Diakui Anita hal yang membuatnya konsisten di bisnis ini adalah karena karena cinta dan dukungan yang ia dapatkan.

"Kunci sukses itu relatif ya, tapi buat aku kesuksesan itu pastinya yang pertama support dari keluarga, pekerja Ittaherl sendiri yang aku namakan mereka Ittaherl Avengers, kemudian ada customer kita yang aku sebut Ittaherl Friends," jelasnya.

What's On Fimela
Anita Lundy for Fimela Lady Boss (Foto: Dok. Ittaherl, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Dalam perjalanannya bersama Ittaherl, Anita Lundy mengajak orang-orang di sekitarnya untuk berdaya, baik perempuan maupun laki-laki. Tidak seperti perusahaan lainnya, uniknya dia tidak mengutamakan pendidikan, status sosial, atau skill yang dimiliki para pekerja. Sebab yang terpenting untuknya mereka mau bekerja dengan hati senang.

"Aku punya kerinduan untuk memberdayakan orang-orang di sekitar kantor sini, tanpa aku melihat status pendidikan, usia mereka. Bahkan di sini ada yang usianya lanjut, ada yang masih kecil juga. Dan banyak yang malah tidak ber-skill di bidang ini. Tapi bisa kesampaian, itu tuh bikin aku happy banget," jelasnya.

Walaupun tidak memiliki skill, Anita Lundy membuktikan diri bahwa kini Ittaherl menjadi salah satu brand terpopuler, tak hanya dalam negeri, melainkan juga luar negeri. Salah satu pencapaian besar mereka, adalah kolaborasi menarik dengan Sanrio dan Disney.

Kepada Fimela, Anita Lundy banyak menceritakan mengenai perjalanan bisnisnya di balik sukses Ittaherl, bagaimana menjadi seorang leader yang dicintai para pekerjanya hingga mimpi yang ingin ia wujudkan. Berikut cuplikan percakapan FIMELA dengan Anita Lundy.

2 dari 3 halaman

Kiprah Ittaherl dengan Tim yang Tak Biasa

Anita Lundy for Fimela Lady Boss (Foto: Dok. Ittaherl, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Sekitar 10 tahun jadi brand sepatu lokal populer, kesuksesan Ittaherl tak lepas dari kerja sama tim. Anita Lundy menjabarkan jika syarat menjadi timnya yang utama adalah kemauan bekerja dan berusaha.

Ittaherl menjadi salah satu brand lokal yang populer dan selalu ditunggu koleksinya, apa yang mengawali lahirnya brand ini?

Cerita sedikit yang tentang latar belakang Ittaherl, awalnya itu problem, lalu aku tuh nyari solusi problemnya apa sih? Jadi aku pribadi kesulitan untuk nyari sepatu yang nyaman dipakai tapi bentuknya juga yang aku inginkan gitu. Zaman dulu itu, zaman awal sekitar 2012, kadang-kadang kita kalau dapat sepatu yang nyaman gitu, bentuknya yang aduh nggak aku banget gitu atau aduh ini bentuknya cantik tapi pas dipakai kok sakit. Berawal dari sanalah aku coba bikin sepatu, sebenarnya untuk konsumsi dipakai pribadi dulu sih untuk sendiri, lama-lama berkembang-berkembang sampai sekarang ini.

Ada produk lain selain footwear? Kenapa memilih fokus utama ke sepatu?

Jadi sebenarnya untuk scarf, beberapa merchandise lain di luar footwear itu sebenarnya as a gift sih. Jadi kita memang produksi scarf, dll. Tapi kita nggak fokus menjual selain footwear. Jadi fokus Ittaherl sampai per hari ini masih di footwear, tapi kita nggak tahu yah ke depannya seperti apa. Kenapa footwear? Karena di awal aku tuh susah banget mencari alas kaki yang nyaman dan juga bentuknya sesuai dengan yang aku inginkan. Jadi berawal dari sana, akhirnya waktu awal tuh aku bikin sendiri. Kemudian teman-teman lihat 'lucu ini, buatin aku juga'. Nah terus dari teman ke teman dan aku melihat mereka unboxing Ittaherl, mukanya tuh happy banget. Dari situ aku punya kerinduan. Aduh, aku pengin lebih banyak lagi nih melihat orang-orang happy ketika mereka terima Ittaherl dan mereka pakai Ittaherl. Di sana lah, awal mulanya lahir brand Ittaherl dan fokusnya memang di footwear.

Seperti apa strategi Ittaherl sebagai brand pendatang baru untuk menarik perhatian konsumen?

Nah pastinya kalau waktu kita produksi sedikit seperti itu, aku juga nggak bisa muluk-muluk ya karena keterbatasan modal, quantity juga nggak banyak. Jadi kita menawarkan ke lingkungan pertemanan yang sudah ada. Jadi teman-teman aku dulu nih tawarin dan feedback dari mereka kan jujur banget ya, nggak enak di sini, sakit dsb. Jadi di situ momen untuk brand Ittaherl ini untuk belajar terus memperbaiki, sampai akhirnya kita memutuskan di awal-awal itu untuk mengadakan bazar. Bazar Ittaherl pertama kali itu di tahun 2012 di Plaza Indonesia. Aku ingat banget, nah di sana kita udah lumayan nih udah bisa produksi, lumayanlah 3 digit quantity gitu. Iya bertahap sih, awalnya dari pertemanan dulu aku tawarin.

Selain customer, siapa lagi yang akhirnya membuat Ittaherl lebih sukses seperti sekarang?

Ya pastinya yang pertama support dari keluarga itu ya, suami anak-anak, karena tanpa mereka aku pasti nggak bisa menjalankan semua ini karena kan harus bagi waktu ya. Terus juga pekerja Ittaherl sendiri yang superhero, makanya aku menamakan mereka Ittaherl Avengers karena setiap bagian itu penting, walaupun mereka hanya bagian menggunting, mereka hanya bagian menjahit, kesannya kayak simple dan sepele, tapi kita itu saling connect, dari segi packaging mereka nggak rapi akhirnya yang kena juga kita semua dari segi QC (Quality Control) mereka misalnya tidak meng-QC dengan baik, akhirnya karena kita semua. Kemudian ada komunitas kita Ittaherl Friends itu sendiri karena mereka yang menjadi salah satu inspirasi desain-desain lahirnya Ittaherl, misalnya kita keluar model Kanika, dll.

Apa konsekuensi yang dihadapi dengan kebijakan memilih karyawan tersebut?

Memang sudah menjadi kerinduan waktu aku memutuskan untuk melahirkan Ittaherl ini. Aku memang rindu untuk memberdayakan para pekerja dari siapa saja sebenarnya yang penting dia mau belajar, dia punya hati dan dia melakukan pekerjaannya happy gitu. Nah jadi otomatis mereka itu hampir semuanya tuh tidak punya skill untuk mengoperasikan jahit, untuk membuat sepatu, bahkan admin aku aja itu tuh kayaknya lulusan SD gitu, nggak sekolah tinggi gitu itu, padahal admin yang mengoperasikan komputer. Bahkan mereka aja baru pernah pegang komputer itu ketika masuk di kantor Ittaherl.

Jadi itu resiko dan konsekuensi yang memang aku sudah mau jalanin, otomatis kayak misalnya mereka akan salah gunting, mereka akan banyak melakukan kesalahan itu, tapi yang harus kita terima. Tapi tetap ada waktu belajar. Jadi aku juga harus bisa realistis ya, memang mau bantu, tapi kita juga harus realistis untuk melihat kelangsungan usaha ini kan enggak cuma dari pengennya aku satu orang gitu karena banyak orang di dalam sini. Jadi tetap misalnya aku kasih waktu belajar 'oke kamu kita coba waktu belajar satu sampai tiga bulan di bagian ini' ternyata nggak bisa, kita rotasi di bagian lain. Nah nanti akan menonjol tuh 'Oke ternyata kamu tuh di bagian ini, di bidang ini'. Kalau kelihatan memang mereka juga tidak menyukai pekerjaannya, nggak suka gitu dengan yang mereka jalankan, buat apa kita paksa juga karena nanti melakukannya nggak ada enjoy dan nggak ada happiness.

Berbicara soal desain produk, proses kurasinya Ittaherl sendiri seperti apa?

Jadi kalau misalnya teman-teman Ittaherl ya, kadang mereka itu sudah bisa mengidentifikasi, misalnya kita lagi jalan di mall atau di manapun, mereka sudah bisa mengidentifikasi itu pasti Ittaherl. Jadi kita selalu punya signature style dan benang merah pada karakter Ittaherl. Walaupun dia desainnya mungkin kadang-kadang sulit, kadang-kadang tomboy, kadang-kadang simple atau sporty gitu, tetap ada satu benang merah yang yang ada di produk itu. Nah jadi dia itu, itu kita harus selalu setia dengan signature style itu, kalau tidak nanti kita kehilangan jati diri gitu, jadi Ittaherl itu. Aku tuh pengin banget orang bisa mengidentifikasikan kalau misalnya di jalan oh itu tuh Ittaherl gitu dan seringnya mereka melihat sama Ittaherl di jalan gitu mereka tuh bisa langsung connect dan kenalan gitu, nah itu yang yang buat aku wow, maksudnya bisa langsung senyum-senyum terus nanti 'Oh kamu dapat Kanika ya'. Misalnya Oh aku pakai yang ini, akhirnya mereka kenalan dan itu membentuk satu komunitas pertemanan yang cukup solid ya buat aku dan aku happy banget gitu. Jadi makanya itu penting banget untuk bisa menonjolkan benang merahnya Ittaherl, yang kita tonjolkan itu adalah handmade-nya, uniknya dan desainnya tuh berbeda dari mungkin dari yang lagi in saat itu apa gitu ya. Bisa dilihat dari Instagramnya kadang-kadang juga bahkan kiri sama kanan tuh beda desainnya kan, kirinya gambarnya apa kanannya gambarnya apa gitu.

Seberapa berpengaruh masukan dari konsumen bagi Ittaherl?

Ittaherl itu bisa aku katakan brand yang dinamis ya, kita tuh cukup fleksibel tapi kita juga punya integritas yaitu si benang merah desain kita sendiri. Oleh karena itu kalau misalnya Ittaherl Avengers aku kasih tahu pas mereka baru masuk atau baru join team, bahwa kalian jangan kaget ya Ittaherl adalah satu company yang dinamis, jadi bisa keputusan demi keputusan tuh bisa kita tuh kayak berubah karena tergantung situasi gitu, kadang-kadang ada masukan dari ada yang dirasa kurang cocok. Se-fleksibel dan dinamis itu, tapi ada rambu-rambu yang kita tidak boleh langgar seperti signature style nya, handmade nya, kita tetapkan di point itu.

Anita Lundy for Fimela Lady Boss (Foto: Dok. Ittaherl, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Mempertahankan kesuksesan bukan hal mudah, mindset apa yang Anda bagikan kepada tim?

Jadi emang sih apalagi zaman sekarang yang merintis susah, mempertahankan susah gitu kan. Jadi karena kalau zaman 2012 lalu belum terlalu banyak brand lokal tuh lahir ya, kalau sekarang tuh wah banyak banget gitu dan semua kayaknya segala produk pasti banyak juga yang yang melahirkan produk tersebut. Jadi kalau buat aku mindset yang aku selalu tanamkan ke anak-anak sini bahwa segala kritik walaupun enak nggak enak, didengar ya. Kalau enak didengar sih ya itu sih happy ya, kemudian kita anggaplah kritik pedas yang enggak enak didengar itu tuh jangan kalian jadikan sebagai sesuatu yang nggak baik. Jadi sebenarnya customer memberikan kritik ke kita itu sebenarnya karena mereka tuh peduli care kan misalnya 'tolong dong ini sepatunya kurang ini kurang itu' kalau mereka nggak peduli ngapain capek-capek memberikan input tersebut gitu, nah jadi aku selalu bilang ke Ittaherl Avengers bahwa segala kritik pedas apapun itu kalian harus bisa tampung dan kita harus mengelola, jangan mengabaikan karena itu bukti bahwa customer itu masih care sama brand kita. Justru bikin kita tuh terus belajar gimana sih buat brand Ittaherl ini terus menjadi lebih baik dan memperbaiki diri, itu sih baik dari service quality, mungkin desain gitu. Kadang-kadang apa yang kita pikir baik belum tentu kan buat customer juga oke. Jadi sebenarnya kita harus open sih untuk segala kritik dan masukan itu

Salah satu pencapaian besar Ittaherl adalah ketika kolaborasi dengan Disney. Bagaimana awal mulanya?

Kerjasama dengan Disney awalnya sebenarnya waktu itu kita tuh sebelum sama Disney kita kerjasama dengan Sanrio dari Jepang. Kita ditawari licence dari Japan untuk kita berkolaborasi sama Hello Kitty, Gudetama. Mungkin Disney melihat oh ini modelnya unik nih, nah kita kenalan lah sama Walt Disney, waktu itu kita bertemu dengan perwakilan dari Walt Disney Indonesia dan di sana kita nggak langsung menerima tawaran sih. Memang susahnya kalau satu brand tuh lumayan idealis kan kita tuh nggak bisa gerak cepat, tahun berapa ya, antara tahun 2017 dan 2018, aku lupa, udah lama banget diajakin, tapi karena belum kepikir konsepnya. Nah aku tuh tipe yang harus dipikir gambaran besar setahun itu mau bikin apa nih kalau kita mau bergandengan tangan dengan licence gitu kalau belum dipikir, aku belum iyain. Jadi di situ aku merasa bodoh dulu, aku berpikir dulu sampai akhirnya di tahun 2020 atau 2021 kita launching tuh sama Disney gitu karena sudah kebayang mau bikin apa karakternya apa aja storyline-nya tuh bagaimana, itu tuh sudah dipikirkan di awal sih.

Dengan bekerja sama dengan Disney, Ittaherl nggak cuma dikenal di Indonesia, tapi juga Internasional, bagaimana tanggapan Anda?

Senang sih, memang banyak banget kayak email-email atau message atau DM yang masuk dari customer Ittaherl itu dari luar negeri gitu, banyak banget. Tapi karena saat ini aku tuh pengen fokusnya untuk distribusi di dalam negeri dahulu, Karena aku nggak mau nambah kekecewaan. Sekarang aja yang di Indonesia kita sendiri masih banyak yang belum kedapatan. Terus masa aku mau merambah keluar. Nggak pengen bikin teman-teman yang di Indonesia tuh kayak sedih gitu, kayak kecewa gitu. Jadi aku memang senang banyak dari luar yang tertarik, tapi saat ini aku masih mau fokus di nasional dulu, doakan ya semoga dimudahkan. Kalau nasionalnya sudah tercukupi, kita bisa keluar.

Selama sepuluh tahun, apakah Ittaherl memiliki offline store?

Tidak ada offline store-nya selama 10 tahun ini. Jujur, selama ini kita masih fokus di online karena kita menyadari kapasitas produksi itu, kita nggak bisa produksi yang terlalu banyak banget karena memang nggak mampu gitu. Ini semua berdasarkan kekuatan tangan kan, bikinnya tuh benar-benar delicate banget, kayak pelan-pelan, nggak bisa full pakai mesin. Karena itulah saat ini kita fokus di online. Kami berharap teman-teman yang belanja di online tuh seenggaknya semua bisa merasakan dan kebahagiaan. Sejujurnya, pengin ada wish gitu untuk bikin offline store, tapi aku juga ada ketakutan misalnya kita udah bisa bikin offline store lalu kita nggak mampu nih untuk produksi kan bikin kecewa dua kali gitu, di online enggak dapat bikin offline juga nggak dapat size nya. Jadi sih banyak pertimbangan yang kita harus pikirkan gitu, keinginan pasti ada cuma kita balik lagi lihat kapasitas produksi Ittaherl saat ini bagaimana. Paling walaupun offline hanya bazar aja. Itu juga seperti acara temu kangen, karena kan biasanya kita chatting saja.

Seberapa penting eksistensi di media sosial bagi Ittaherl?

Seberapa penting buat aku pastinya penting banget ya karena Ittaherl 10 tahun ini hidup dari sosial media, karena kita nggak punya offline. Dari sosial media, aku bisa show product kita, dari situ juga kita bisa ngobrol dengan customer. Nah, strateginya mungkin harus terus ngikutin media sosial yang lagi in sekarang itu apa. Jadi nggak boleh buta teknologi, walaupun aku kan udah bukan gen Z, ya, karena milenial. Dulu itu yang menjadi alasanku karena gaptek, tapi akhirnya aku buang jauh-jauh pikiran itu dan berusaha selalu belajar.

Selain Founder, Anda juga sekaligus terjun sebagai admin dan model ya?

Iya, semua orang bilang kenapa cuma kamu sendiri yang balas, karena kan pastinya jadi banyak yang unread. Tapi nggak tahu kenapa, aku pengin langsung dengar apa sih masukan dari customer, atau cerita mereka menggunakan Ittaherl dan itu menjadi kebahagiaan sendiri untukku. Jujur, itu juga jadi semangat buatku memulai hari. Justru kalau itu hilang, aku nggak tahu spiritnya nanti seperti apa. Dari situ juga muncul banyak ide, jadi buatku balas DM sendiri itu penting banget. Walaupun aku sering balasnya kelamaan, mereka paham, yang tidak paham justru yang baru-baru.

Sebenarnya itu kayaknya terbentuk dengan ketidaksengajaan juga sih. Jadi dulu kan kita pakai model, terus dapat masukan dari customer, mereka akan lebih senang kalau misalnya Ittaherl itu direpresentasikan sama aku sendiri. Oke lama-lama tuh jadi apa ya kebiasaan itu malah terbentuk tanpa tidak sengaja.

3 dari 3 halaman

Bermanfaat bagi Sesama

Anita Lundy for Fimela Lady Boss (Foto: Dok. Ittaherl, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Menurut Anda, bagaimana sepatu bisa membuat perempuan menjadi lebih cantik?

Kita sebagai perempuan tetap harus bisa menjaga baik tubuh kita, baik perkataan, dan hati kita gitu. Ya salah satu yang mungkin bidangku footwear, jadi harus memastikan bahwa produk yang dibuat oleh Ittaherl itu baik dan bisa memberikan manfaat. Nah jadi contohnya sepatu itu kan satu produk yang kita pakai tiap hari kan. Jadi begitu kita mau memulai hari, aku tuh pengin Ittaherl friends itu mendapatkan feel, mereka saat mau beraktivitas, mau kerja, mereka tuh lihat ke bawah dan melihat sepatu yang bikin mereka mood-booster bikin happy dengan begitu itu kayak ibaratnya semacam doa gitu buat buat diri kita bahwa oke Hari ini aku akan melakukan hal yang baik. Hari ini akan positif nih buat aku. Jadi hal sesimpel itu aja aku tuh udah bisa memberikan sedikit lah kontribusi dalam kehidupan setiap Ittaherl Friends, membuat mereka bisa merasa lebih cantik lebih positif lebih bahagia, buat aku itu tuh juga udah luar biasa sih. Jadi makanya create produk yang memang bikin orang happy.

Apa kunci sukses Ittaherl untuk sampai ada di tahap ini?

Kunci sukses ya, itu kan relatif ya, tapi buat aku kesuksesan itu adalah di mana Ittaherl friends, jadi aku suka sebut komunitas atau customer, Ittaherl friends. Di mana mereka bisa merasa pede, happy, ketika mereka memakai Ittaherl. Kunci buat aku sukses itu seperti itu dan sampai sekarang pun senang banget kayak 'aku habis terima Ittaherl nih. Ini moodbooster banget karena aku lagi sakit, lalu aku langsung jadi semangat'. Terus ada lagi 'Aduh, saat aku pakai Ittaherl aku merasa awet muda'. Di situ aku merasa kebahagiaan yang nggak bisa di apa ya dinilai oleh oleh materi gitu, itu buat aku dan yang kedua itu adalah harus selalu mau belajar. Jadi kayak Ittaherl sudah berjalan hampir sebelas tahun, sampai sekarang pun kita nggak berhenti belajar. Oke, apalagi nih yang mau diperbaiki dari Ittaherl. Ada apa lagi nih masukan dari customer gitu dan selalu mau mendengar masukan dari customer.

Apa suka duka menjadi CEO dan Founder Ittaherl?

Pasti banyak sukanya, kayak ada yang pakai Ittaherl itu rasanya happy banget, bahkan aku sampai samperin pengguna Ittaherl kalau lagi di luar. Di satu sisi, aku juga punya kerinduan untuk memberdayakan orang-orang di sekitar kantor sini, tanpa aku melihat status pendidikan, usia mereka. Bahkan di sini ada yang usianya lanjut, ada yang masih kecil juga. Dan banyak yang malah tidak ber-skill di bidang ini. Tapi bisa kesampaian, itu tuh bikin aku happy banget. Kalau dukanya, mungkin pembagian waktu kali ya, karena aku seorang mama ibu dengan dua orang anak. Jadi mengenai pembagian waktu, pasti ada yang harus dikorbankan, kayak misalnya ada pemotretan di Jakarta, tapi di hari bersamaan ada pentas anakku. Makanya, manajemen waktu itu menurutku penting dan harus disusun.

Apa menurut Anda kapasitas yang harus dimiliki seorang leader?

Menurutku Ittaherl Avengers dan Ittaherl Friends akan melihat Anita sebagai CEO, sebenarnya dengan kita melakukan pekerjaan kita sehari-hari dengan baik, sabar, teliti mereka itu akan melihat dan menjadikan kita tauladan dan mencontoh juga. Jadi buat aku ya itu sih memberikan teladan yang baik dan memberikan arahan yang jelas brand Ittaherl ini visinya ke mana, misinya apa? Mau dibawa ke mana nih arahnya? Aku selalu mengibaratkan kita itu seperti bis, jadi Ittaherl Avengers dan Ittaherl Friends duduk di belakang, aku tuh yang nyetir. Jadi ayuk kita arahkan mau ke mana nih?

Apa prinsip yang diterapkan dalam karier dan kehidupan?

Buat aku penting banget buat mengandalkan Tuhan ya karena secara logika, aku tuh seorang ibu yang tidak punya background pendidikan footwear, tapi bisa kerjasama dengan Disney. Nggak kepikiran banget. Jadi kita juga harus punya prinsip, kita sudah melakukan terbaik, hasilnya di luar kuasa aja. Karena kalau kita ngotot, akhirnya nanti jadi depresi. Kita tuh harus fokus kasih yang terbaik untuk customer, baik segi produk, service pelayanan, kualitas. Dan yang paling penting kerjasama tim karena kita saling berkesinambungan, ibarat kabel kalau error, semua error.

Pelajaran paling berharga yang sudah didapatkan dari Ittaherl?

Pelajaran berharga pasti banyak banget, yang pertama itu adalah harus berani melangkah walaupun kondisinya nggak ideal. Kalau dipikir-pikir memulai satu usaha modalnya Rp10 juta mau bikin apa? Karena kan kayak nggak ideal banget, modal aku kurang, lalu secara background pendidikan Anita tidak desain sepatu, keluarga aku bukan usaha persepatuan. Secara dilihat-lihat tuh kayaknya susah deh. Tapi aku berpikir ya susah sih, tapi bisa, yaudah kita jalanin. Bukannya bisa sih, tapi susah. Jadi mindset itu menjadi pelajaran berharga buat aku dan yang paling penting juga itu adalah kita harus membangun super team, seperti yang aku bilang, aku tidak bisa mengerjakan semuanya. Aku juga nggak bisa excellent di semua bidang, jadi perlunya kita gandengan tangan sama Ittaherl Avengers, sama Ittaherl Friends. 'Yuk kita bertumbuh bareng gitu untuk build brand ini' dan sekarang pun setelah kita udah lebih dari 10 tahun bukan artinya sudah sudah matang terus tidak mau belajar gitu, jadi kita juga tetap belajar lagi nih, apalagi nih? mau melakukan apalagi? Dan selalu mau keluar dari zona nyaman.

Anita Lundy for Fimela Lady Boss (Foto: Dok. Ittaherl, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

Bagaimana cara Anda menumbuhkan rasa percaya diri saat merasa down?

Rasa down itu pasti kita semua ngalamin ya, hal yang wajar banget walaupun aku melakukan pekerjaan di bidang yang aku suka banget ini. Meski aku cinta banget tapi tetap namanya manusia kita juga nggak bisa mengerjakan segala sesuatu selalu dalam kondisi tidak prima. Jadi support dari keluarga, teman, kita penting banget. Saat depresi, aku kasih tahu dan mereka akan menguatkan, ngasih saran membangun biar aku powerful sih.

Jika diberikan kesempatan untuk berterima kasih pada diri sendiri, apa yang ingin Anda ucapkan?

Jadi aku mau berterima kasih pada Anita karena tidak menyerah apalagi awal 2012 itu memulai Ittaherl ini, nggak gampang, karena waktu itu belum banyak level brand yang lahir kalau sekarang kan banyak banget dan kita sangat bangga memakai lokal brand. Waktu itu tuh belum seperti itu, waktu itu tuh anggapan eh brand luar itu selalu lebih bagus dari local brand, aku juga mau berterima kasih karena waktu itu aku tidak menyerah walaupun jualannya susah. Nah terus juga aku mau berterima kasih, aku udah bisa menjalankan kerinduanku yaitu pemberdayaan pada orang-orang di sekitar rumah atau yang di sekitar tempat aku bekerja. Walaupun prosesnya panjang karena training orang yang sudah berskill sama tidak kan pasti beda ya walaupun training apa panjang walaupun ya perlu waktu untuk melatih gitu tapi aku senang gitu. Dan Aku bisa setia sama apa yang sudah menjadi kerinduan aku ini.

Mengajak orang sekitar untuk membantu Ittaherl lebih sukses, lebih banyak perempuan, kenapa memberdayakan perempuan?

Kita memang 80% perempuan, tapi tetap ada pria juga. Kenapa banyak perempuan? karena mungkin memang Tuhan sediakan untuk para perempuan yang akhirnya punya hati dan kerinduan untuk gabung. Buatku sih luar biasa ya, banyak di sini juga yang dia tuh menjadi tulang punggung keluarga. Bahkan awal mula Ittaherl banget itu ada satu orang pertama dari ART aku, di mana di tahun 2012 aku nanya ke dia mau nggak diajarin skill baru atau setidaknya kamu memiliki keterampilan baru. Dan sampai sekarang dia masih ikut aku, sekarang menjadi kepala produksi. Kuncinya mau belajar dan punya hati dan suka dengan apa yang dikerjakan.

Harapan 2023 untuk diri sendiri dan Ittaherl?

Harapan aku semoga Ittaherl bisa menjadi salah satu brand yang memberikan inspirasi ya buat para perempuan di luar sana. Berkaryalah dengan talenta kita masing-masing. Karena setiap perempuan memiliki potensi dan talenta yang berbeda. Bahkan kita sendiri nggak sadar dengan talenta yang dimiliki. Dengan kita berkarya, kita berkontribusi dengan negara, seperti aku, bisa mempekerjakan pengrajin lokal di Bandung. Sedangkan harapan aku untuk diri sendiri ya semoga aku bisa terus mau keluar dari zona nyaman karena berada di comfort zone itu paling nyaman ya, jadi aku mau keluar dari konteks doang terus belajar dan terus memperkaya diri dengan pengetahuan baru.