Tingkatkan Kesadaran Tentang Depresi, Johnson & Johnson Luncurkan Kampanye #MoreThanBlue

angela marici diperbarui 29 Des 2022, 10:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kesehatan jiwa menjadi masalah serius yang sering dialami oleh beberapa orang. Stigma negatif dan kesadaran yang rendah menghambat pasien untuk melakukan pengobatan, sehingga membuatnya terus menerus merasakan depresi, frustasi, dan tak berdaya.

Kurangnya pemahaman akan perbedaan tentang jenis depresi di antara pasien, perawat, dan profesional medis umum juga membuat gejala dan pengalaman sering dianggap sama untuk setiap penderita. Depresi dapat diibaratkan seperti samudera dan lautan biru yang sangat luas, semakin dalam dimasuki akan semakin gelap, dan semakin dekat ke permukaan akan ada peluang lebih baik untuk bertahan hidup.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk Indonesia berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan jiwa emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.

Pada umumnya, orang tahu bahwa mereka mengalami depresi, namun sebagian tidak memahami seberapa penting untuk menanganinya. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia seringkali memberika stigma negatif terhadap mereka yang mengidap depresi karena alasan budaya, agama, atau profesional. Hal tersebut menyebabkan pasien merasa malu, minder dan merasa tidak diterima.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Kampanye Edukasi Tentang Depresi #MoreThanBlue

Ilustrasi depresi yang dapat menjadi salah satu pemicu kesehatan jiwa. Credit: pexels.com/Liza

Dokumen White Paper di wilayah Asia Pasifik yang  bertajuk “Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum” mengungkapkan bahwa Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di dunia. Dokumen tersebut menyoroti bahwa orang yang hidup dengan depresi 40 persen kurang produktif daripada individu yang sehat.

Pada fase awal kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan karakter Alex yang dikembangkan oleh Janssen, perusahaan farmasi dari Johnson & Johnson. Karakter yang dibuat untuk media sosial ini akan menggambarkan masalahnya, memanusiakan kondisi depresi, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengubah persepsi bahwa depresi semuanya sama dengan menunjukkan bahwa depresi itu dapat timbul dalam berbagai bentuk dan gejala yang tidak terduga dan dapat menimpa semua orang.

Sebagai bagian dari peluncuran kampanye ini, Johnson & Johnson Indonesia memperkenalkan penggunaan cerita komik, melalui karakter Alex, sebagai cara untuk menyebarkan edukasi tentang depresi. Melalui cerita komik ini, masyarakat umum dan generasi muda dapat belajar dan mengenal tentang depresi, dampaknya, serta tanda dan gejala untuk mengenalinya. 

Program ini juga mendorong orang untuk mendapatkan:

  • Informasi (mengenali tanda-tanda depresi dan dampaknya),
  • Skrining (menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan dapat disembuhkan),
  • bantuan (berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional dan menerima perawatan yang tepat).

 

 

3 dari 3 halaman

Bantu Pasien Kenali Gejala Depresi

Ilustrasi depresi. credit: Foundry Co dari Pixabay.

Kampanye #MoreThanBlue yang digaungkan oleh Johnson & Johnson memiliki tujuan untuk membantu para pasien mengenali gejala depresi dengan menciptakan percakapan bahwa depresi tidak semuanya sama, melainkan sebuah spektrum, dan memberdayakan para penderita untuk mencari pengobatan yang tepat. Mampu mengenali gejala depresi dapat membantu kaum muda mencari bantuan profesional sejak dini dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Adapun beberapa gejala gangguan depresi mayor, seperti:

  • Rasa sedih yang terus menerus,
  • Pesimis,
  • Rasa tidak berdaya,
  • Gampang tersinggung,
  • Insomnia,
  • Sulit makan,
  • Menarik diri dari lingkungan,
  • Melakukan usaha untuk bunuh diri. 

Oleh sebab itu, apabila Sahabat Fimela, keluarga, teman, atau orang terdekat mengalami gejala-gejala tersebut dan dugaan menderita gangguan depresi mayor, terutama bila ada niat untuk melukai diri sendiri dan/atau bunuh diri, maka sangat disarankan untuk segera berkonsultasi pada tenaga kesehatan jiwa profesional, seperti psikiater, dokter umum, atau psikolog.

 

Penulis: Angela Marici

#Women for Women